Air mata Tania masih mengalir membasahi pipinya. Sudah sejak tadi Leo pergi meninggalkannya, namun, sampai saat ini ia masih belum beranjak pergi. Mengulang lagi kenangan yang terjalin indah bersama Leo yang kini telah menjadi mantannya.
"Tania, lo ngapain di sini?" Tania segera menyeka air matanya saat Atarik tiba-tiba datang dan duduk di sampingnya. "Pakai nangis segala lagi. Lo kenapa?" Lanjut Atarik. Tania menggeleng, "Nggak kenapa-kenapa. Ini tadi cuma kelilipan doang." Elak Tania sambil mengusap air matanya yang masih tersisa di sudut matanya.
"Masak sih? Tapi kayaknya enggak deh. Mata lo juga bengkak." Atarik mendekatkan wajahnya pada wajah Tania dan meneliti setiap titik pada wajah gadis itu. Berusaha mencari kejujuran yang tak Tania ungkapkan. "Lo bohong ya?"
"Enggak Rik."
"Alah, kelihatan banget kali Tan kalau lo itu nangis. Kenapa sih, lo nangis?" Atarik semakin berusaha mengorek masalah yang menimpa Tania sampai-sampai gadis itu menangis.
Tangis Tania yang awalnya sudah mulai mereda kini keluar lagi, bahkan lebih deras dari yang tadi. Semua ini karena Atarik yang kembali mengingatkannya akan sosok Leo.
"Kok lo malah nangis?" Tania menatap Atarik sebelum ia menjawab, "Gue putus sama Leo." Dengan suara serak.
Atarik mendengus kesal, ia pikir Tania menangis karena hal lain yang lebih penting dari ini. Namun ternyata dugaannya salah. Tania tidak jauh dari layaknya perempuan yang menangis jika gagal menjalin hubungan asmara. "Ya ampun Tan, gue pikir lo nangis itu gara-gara yang lain. Ternyata putus sama pacar lo."
"Lo tau nggak, gimana caranya dia saat mutusin gue? Dia kasih dua pilihan ke gue, dan kedua pilihan itu sangat sulit buat gue trima."
"Pilihan apa sih?" Tanya Atarik yang semakin penasaran akan kedua pilihan itu sampai-sampai Tania putus dari Leo. Tania memberitahu kedua pilihan itu pada Atarik, bahwa ia harus memilih antara teman atau cinta. Jika ia memilih teman itu tandanya ia putus dari Leo, dan jika ia memilih cinta maka ia harus meninggalkan teman-temannya.
"Gimana perasaan lo Rik, jika lo yang ada di posisi gue? Apa yang akan lo pilih?" Tanya Tania setelah ia selesai menceritakannya pada Atarik. Mendapat pertanyaan seperti itu dari Tania membuat Atarik bungkam, tidak mampu menjawab. Ia akui, jika pilihan Tania tadi benar-benar sulit jika menimpa dirinya. Namun syukurlah, sampai sekarang ia belum merasakan berada di posisi Tania kali ini. Jikalau semua itu terjadi menimpa dirinya, mungkin ia akan memilih teman.
"Kalau gue berada di posisi lo, gue akan memilih teman."
"Kenapa?" Tania butuh alasan, dan Atarik bersyukur karena ia telah menyiapkan alasannya.
"Teman lebih penting, dia selalu ada di saat kita butuh, dan teman lebih mengutamakan perasaan dari pada nafsu. Orang putus cinta, diselingkuhin atau ditinggal pacarnya, itu sudah menjadi hal yang wajar bagi orang remaja dan orang yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta. Tapi orang yang meninggalkan temannya, justru itulah orang yang kejam, tidak mempunyai hati. Dan yang lebih utama, cinta remaja tidak terlalu membawa rasa sakit hati sedalam-dalamnya jika gagal menjalin kisah tersebut. Tapi yang namanya teman, jika ditinggalkan tanpa alasan yang jelas, mereka akan merasakan sakit hati sedalam-dalamnya. Mengingat pada siapa ia berbagi cerita, pada siapa ia berkeluh kesah selain orangtua, dan pada siapa ia menjalani hari-hari dengan penuh warna sehingga akan menjadi suatu momen yang indah? Kenangan."
Hati Tania goyah saat mendengar alasan Atarik tersebut yang memilih teman daripada cinta. Atarik benar, untuk apa ia memilih cinta yang hanya menuruti nafsu sedangkan ada teman yang selalu ada menemaninya dengan penuh perasaan. Dan Tania sangat berterimakasih kepada semesta yang telah membisikkan melalui angina kepadanya bahwa ia lebih baik memilih teman dan meninggalkan cinta.
Tania menyeka air matanya, "Makasih ya Rik, udah menyadarkan gue dan menghidupkan semangat gue lagi." Atarik tersenyum lebar, "Namanya juga teman Tan. Yaudah, sekarang kita pergi yuk? Gue mau ngajak lo ke studio rekaman."
"ngapain?"
"Lo lupa ya, kalau siang ini, gue di suruh kak Herdi ke studio rekaman, buat jadi pianis." Tania tertawa kecil, kenapa ia bisa lupa jika hari ini temannya ada yang ingin menjadi seorang pianis, awal dari menuju impiannya.
"Tapi gue juga mau ngajak lo yang jadi penyanyinya Tan?"
Pupil mata Tania terbuka lebar setelah Atarik mengajak dirinya untuk menjadi seorang penyanyi.
"Hah? Penyanyinya?"
"Iya. Habisnya, gue nggak kenal siapa-siapa Tan, jadi gue ngajak lo aja. Lagipula suara lo juga kedengarannya enak. Gimana? Mau ya Tan?" Atarik merajuk pada Tania. Tania berpikir, bola matanya berputar kekanan dan kekiri, sekali-kali ia berkata, "Emm, gimana ya?" Sampai pada akhirnya jawaban yang pasti ke luar dari bibirnya karena tidak tega melihat wajah Atarik yang melas. "Oke. Gue mau jadi penyanyi lo." Seketika itu senyum Atarik yang sempat terbenam kini terbit kembali, menghiasi wajanya yang bersinar terang.
"Yaudah, kita pergi sekarang aja biar nggak lama-lama, lagi pula, Ayunda, Riri dan juga Ifan udah nunggu di sana kok!"
"Ada mereka juga?"
"Iya, gue yang ngajak."
"Jadi penyanyi?"
"Enggaklah. Jadi penyemangat aja. Kita kan teman seperjuangan." Tawa Atarik dan Tania lepas begitu saja. Namun mereka bangkit berdiri dan benar-benar pergi, Tania memberi pertanyaan lagi pada Atarik yang dimana pertanyaan itu baru saja melintas di otaknya, "Oh ya Rik, sebenarnya, tujuan lo datang ke kafe ini, ngapain sih?"
"Tujuan gue datang ke sini, mau beli nasi goreng, mama yang minta. Nih, nasi gorengnya." Atarik menunjukkan sebuahkantong plastik berisi bungkusan nasi goreng yang tergeletak di atas meja. Tania mengangguk pelan, "Oh."
Setelah itu keduanya pergi, meninggalkan tempat bersejarah bagi Tania. Kandasnya jalinan asmara bersama Leo, laki-laki yang pertama kali memperkenalkannya apa itu artinya jatuh cinta.
_
Baru saja Tania dan Atarik sampai di studio rekaman, namun di sana ternyata sudah ramai. Ada Riri, Ifan dan Ayunda yang duduk di ruang tunggu, padahal tadi Atarik hanya menebak saja jika mereka bertiga sudah datang ke studio.
"Udah lama ya nunggunya?" Tanya Atarik seraya memeluk mereka bertiga secara bergantian, begitupun dengan Tania. Mungkin sudah menjadi kebiasaan mereka berlima untuk berpelukan secara bergantian jika saling bertemu. Sebagai salam sapa dan pertemuan.
"Lumayan kok." Jawab Riri yang melirik jam tangannya.
"Udah dapat penyanyinya Rik?" Tanya Ifan. Atarik melirik Tania yang berdiri di sampingnya, "Tania yang akan jadi penyanyinya."
"lo Tan?" Ayunda menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Iya, kalau lo mau juga nggak apa-apa. Gue malah senang."
"enggak usah repot-repot Tan. Lo aja. Suara gue nggak enak." Balas Ayunda dengan mengusap lehernya. Tania tersenyum kecil. "Kalau gitu, kita masuk ke ruangan rekamannya dulu ya, biar nggak lama-lama. Gue masih seragaman sekolah nih!"
Ayunda, Riri dan Ifan kompak mengangguk. Tania langsung mengajak Atarik untuk menuju ke ruangan utamanya, rekaman.
Setelah sampai di ruang musik, mereka langsung sesuai dengan lagu yang telah mereka sepakati bersama. Denting dan Suara Hati Seorang ke Kasih yang dinyanyikan oleh penciptanya sendiri, Melly Goeslaw. Jika orang-orang yang pernah menonton film Ada Apa Dengan Cinta? dan Ada Apa Dengan Cinta? 2, pasti sudah tidak merasa asing lagi karena lagu tersebut juga menjadi soundtrack film tersebut
Atarik menekan note. Nada musik mulai mengalun indah dan Taniapun mulai menyanyikan lagu pertama yang berjudul Denting.
Denting yang berbunyi dari dinding kamarku
Sadarkan diriku dari lamunan panjang
'Kan kurasa malam kini semakin larut
Ku masih terjaga
Sayang, kau di mana
Aku ingin bersama
'Kan kuputus semua untuk tepiskan rindu
Mungkinkah kau di sana merasa yang sama
Seperti dinginku di malam ini
Rintik gerimis mengundang
Kekasih di malam ini
Kita menari dalam rindu yang indah
Sepi kurasa hatiku
Saat ini oh sayangku
Jika kau di sini, aku tenang
Sayang, kau di mana
Aku ingin bersama
'Kan kuputus semua untuk tepiskan rindu
Mungkinkah kau di sana merasa yang sama
Seperti dinginku di malam ini
Rintik gerimis mengundang
Kekasih di malam ini
Kita menari dalam rindu yang indah
Sepi kurasa hatiku
Saat ini oh sayangku
Jika kau di sini, aku tenang
Setelah menyanyikan lagu Denting, kini Tania menyanyikan lagu keduanya yang berjudul Suara Hati Seorang Kekasih.
Hanya namamu di hatiku
Jiwa dan raga takkan berdusta
Namun terkadang cinta terusik benci sesaat
Seribu musim takkan bisa
Menghibur hati yang penuh marah
Entah mengapa
Berpisah saat mulai menjalin
Suara hati seorang kekasih
Bagai nyanyian surgawi
Takkan berdusta
Walau ketamakan merajai
Diri yang penuh emosi
Jauh di dasar hatiku
Tetap ku mau
Kau sebagai kasihku
Seribu musim takkan bisa
Menghibur hati yang penuh marah
Entah mengapa
Berpisah saat mulai menjalin
Suara hati seorang kekasih
Bagai nyanyian surgawi
Takkan berdusta
Walau ketamakan merajai
Diri yang penuh emosi
Jauh di dasar hatiku
Tetap ku mau
Kau sebagai kasihku
Tania menyanyikan lagu keduanya dengan penuh perasaan, mengingat kembali kebersamaannya dengan Leo yang baru saja berakhir. Mengingat yang pernah mereka habiskan bersama dan tak mungkin bisa kembali lagi. Setelah semuanya selesai Tania langsung berpamitan pergi pada teman-temannya karena sudah sore.
Tuhan akan membawa kita pada dua garis nama yang baru, yaitu ; Pertemuan dan pengenalan. Yang akN membawa kita pada dunia yang berbeda.
(Ifan Bagus Santoso)