STASIUN 13
1. 1, scane 1-4

FADE OUT-FADE IN

JAKARTA 2020

1.    INT. RUANG KERJA KANTOR – PAGI

PEMAIN: ANDRE (22 TAHUN), RHEIN (20 TAHUN), ADNAN (24 TAHUN)

Ruang kerja Andre. Andre di depan komputer. Andre sibuk memilih foto-foto hasil jepretannya untuk sebuah majalah. Ada beberapa foto yang menurutnya kurang bagus, sementara pihak dari majalah sudah meminta foto-foto itu untuk dikirim segera. Andre mengamati semua foto-fotonya dan ia terpaku saat melihat beberapa foto dengan nuansa keputihan. (inser komputer dan foto).

Seperti ada cahaya di bagian sisi foto itu.

 

ANDRE

Aneh…

 (sambil mengerutkan kening.)

 

Andre kembali memperbesar foto-fotonya di komputer. (Zoom layar komputer). Benar saja di foto itu ada sebuah cahaya putih menyerupai sosok seseorang. Sosok bayangan aneh yang tertangkap kameranya. Seperti ada sebuah gerbang yang menjulang tinggi dengan ornament sangat unik.

Andre mengalihkan pandangannya ke jendela kaca. Di luar hujan.

Rhein datang menegur Andre.

 

RHEIN

Lo belum pulang, Ndre?

 

 Andre terkejut seketika. Ia mendongak dari layar monitor komputer dan menatap Rhein yang sudah bersiap-siap untuk pulang.

 

ANDRE

Belum. Lo pulang duluan aja, ntar lagi juga gue pulang.

 

RHEIN

Udah jam enam nih. Udah kesorean.

 

ANDRE

Iya, bentar lagi. Masih ada kerjaan yang harus gue selesaikan.

 

RHEIN

Okey, lo hati-hati ya. Biasanya malam-malam begini para penunggu gedung berkeliaran loh. Jangan sampai lo ngelihat yang serem-serem, bisa goyang disco bulu kuduk lo. Hahahaha...

(tertawa lebar.)

 

ANDRE

Lo parno. Emangnya gue takut?

 

RHEIN

Husst… jangan sesumbar lo. Ntar didatengin beneran baru tau rasa.

 

ANDRE

Cerewet lo ah. Udah sono pergi.

 

RHEIN

Huh, dinasetin juga. Ya udah, gue pulang dulu. Tengkuk gue udah pada merinding nih. Kayaknya di kamar mandi ada bayangan putih deh.

 

ANDRE

Itu gorden Rhein. Sudah, lo nggak usah nakutin gue. Gue juga nggak takut. Itu cerita udah dari taon jebot juga kayak begitu mulu. Hantu itu emang suka di kamar mandi. Dia mau ngintip elo buang air. Hahahah…

 

RHEIN

Emang di toilet ada gorden? Huh.

 

ANDRE

Ada. Hati-hati lo, di lift biasa mereka pada nongkrong.

 

RHEIN

Lo serius?

 

ANDRE

Beneran. Kemaren aja gue merinding waktu masuk lift.

 

RHEIN

Ughh…. Andre… jangan nakutin gue dong. Mana malam jumat lagi. Gue merinding nih.

ANDRE

Makanya lo buruan pulang gih. Mumpung masih ada yang mau turun.

 

RHEIN

Huh.

 

Rhein tampak kesal sambil melangkahkan kakinya. Andre hanya memperhatikan gadis itu yang berjalan lenggak-lenggok menuju pintu keluar.

 

Saat Andre tengah sibuk memperhatikan foto-foto di komputer, tiba-tiba Adnan menegurnya.

 

ANDRE

Wah-wah-wah… lembur lagi?

 

Andre hanya mengangkat bahunya, kemudian berujar kepada cowok dengan perawakan jangkung dan gempal di depannya.

 

ANDRE

Gue harus nyiapin foto-foto ini, Ad.

Besok harus sudah naik cetak.

 

ADNAN

Lo sih, nerima job nggak mikir dulu.

 

ANDRE

Ini kesempatan gue kan? Kapan lagi gue bisa ngembangin bakat gue jadi fotografer? Gue juga ingin seperti Darwis Triadi yang foto-fotonya dihargai sangat mahal.

 

ADNAN

Lo belum sanggup ngimbangi Darwis.

Hasil jepretan lo juga biasa-biasa aja.

 

ANDRE

Huh... lo nggak pernah ngedukung gue.

Pasti lo ngiri ama hasil jepretan gue kan?

 

ADNAN

Kagak. Buat apa juga gue ngiri, nganan aja susah. Gue nggak mau terjebak dengan foto-foto itu. Gue pulang dulu, mau hot date ama pacar gue. Ini kan malam keramat. Alias malam jum’at. Lo hati-hati ya, penunggu bangunan ini suka ama cowok kayak lo, hahahaha.

(tertawa renyah)

 

ANDRE

Sialan lo. Pergi sono.

(sedikit kesal)

 

Adnan langsung ngeloyor pergi. Andre mendesah berat kemudian memperhatikan layar monitor komputernya. Andre melihat arlojinya. Sudah jam 7 malam. Andre buru-buru mematikan komputernya.

CUT TO

  

2.    EXT. DEPAN KANTOR – MALAM

PEMAIN: ANDRE (22 TAHUN), MAMA (48 TAHUN)

Andre melangkahkan kakinya dengan tergesa keluar dari kantornya. Tiba-tiba saja ponselnya berdering dan membuat getaran di saku celananya. Sambil berjalan ia merogo saku celana dan mengambil ponselnya. Andre segera menekan tombol ok.

 

FARALEL CUT

ANDRE

Ya halo, Ma…

 

MAMA

Ndre... kamu cepat pulang ya. Anter mama ke rumah tante Siska.

 

ANDRE

Andre nggak bisa, Ma. Malam ini Andre mau ke Bandung.

 

MAMA (V.O)

Ke Bandung? Ada acara apa? Kan bisa besok pagi kamu berngakat?

 

ANDRE

Ada beberapa moment yang harus Andre liput, Ma. Acaranya pagi. Kalau besok nggak keburu.

 

MAMA

Kenapa malam-malam begini? Ini sudah jam berapa, Ndre…? Kamu ada-ada aja deh.

ANDRE

Andre kelupaan, Ma. Asyik di ruang kerja.

 

MAMA

Hmmm… kamu ini. Selalu saja begitu. Ya udah mama minta dianterin ama Nathan aja. Kamu hati-hati ya. Jangan lupa pulang ke rumah.

 

ANDRE

Iya, Ma.

 

Klik.

Mama mematikan ponselnya. Andre kembali melangkahkan menuju halte bus.

 

CUT TO

 

3.    EXT/INT. STASIUN KERETA MANGGARAI – MALAM PEMAIN: ANDRE

Andre duduk di kursi tunggu dan memperhatikan stasiun Manggarai dengan seksama. Tidak ada yang aneh, pikirnya. Ia masih melihat beberapa orang yang membeli karcis dan menunggu kereta yang datang.

 

Andre melirik jam tangannya. Jam di pergelangan kiri Andre mati. Ia tidak tahu sudah jam berapa saat itu. Jam-nya tidak bergerak diangka delapan. Andre menggoyang-goyangkan jam tangannya agar bergerak kembali, namun tetap saja mati. Disaat ia sibuk meperbaiki jam tangannya, tiba-tiba suara kereta menderu dari ujung rel. Sesaat angin bertiup menerbangkan debu di sekitar.

Andre memejamkan mata sesaat karena terkena serpihan debu. Kemudian ia mendongak melihat kereta api yang datang dari arah timur. Ia terkejut ketika melihat suasana yang mendadak berubah. Ia tidak melihat stasiun Manggarai seperti biasa. Tapi stasiun asing di matanya. Ia mengerutkan keningnya dan memperhatikan stasiun itu dengan seksama. Stasiun itu terlihat seperti stasiun lama. Andre mengucek matanya beberapa kali dan mengedarkan pandangannya di beberapa tempat. Ia berpikir itu akibat matanya yang telalu lelah hingga membuat pandangannya berubah. Namun stasiun tetap berubah.

Andre melihat para penumpang yang mengenakan pakaian model lama. Sangat kuno dan berwarna putih keabu-abuan keluar dari kereta. Mereka tidak banyak bicara dan keluar dengan tertip.

Stasiun Manggarai terlihat sangat usang. Andre seperti melihat film zaman dulu yang hanya berwarna hitam putih.

Andre mengucek matanya dan mendegut ludahnya. Kereta itu juga terlihat berbeda dari kereta sebelumnya. Kereta itu terdiri dari 13 gerbong yang sama ukurannya. Jendela-jendela kacanya juga terlihat sama. Andre memperhatikan tiket yang ia beli tadi. Kode kereta dan jam keberangkatan tidak meleset dari tiketnya. Ia berada di gerbong paling belakang.

Andre terlihat ragu sambil memperhatikan tiketnya berkali-kali. Kemudian ia bertanya kepada petugas kereta apakah kereta itu menuju Bandung atau bukan. Laki-laki baya yang ditanyai hanya mengangguk lalu pergi. Ia memastikan kalau yang ia lihat adalah kereta yang nyata.

 

CUT TO

 

4.    INT. DALAM GERBONG KERETA – MALAM

PEMAIN: ANDRE, KAKEK TUA (76 TAHUN)

Andre masuk ke gerbong dan duduk di kursi. Andre memperhatikan kursi-kursi yang masih kosong di bagian kiri dan kanan. Kursi-kursi itu berwarna biru dan menghadap ke depan. Tidak banyak penumpang yang menaiki gerbong belakang. Hanya ada beberapa punumpang saja yang terdiri dari seorang perempuan tua, Seorang ibu dan anaknya, lelaki paruh baya dan beberapa anak-anak remaja.

Andre pun duduk dengan anteng. Kemudian ia mengedarkan pandangan ke penumpang lainnya. Tidak ada yang aneh dengan penumpangnya. Semua duduk rapi dan tenang. Andre pun mulai merasa lega.

Kereta melaju dengan suara yang sangat khas berdentum di antara rel besi.

 

KAKEK TUA

Mau kemana, Nak?

(suara berat)

 

Andre menoleh sekilas.

 

ANDRE

Mau ke Bandung, Kek.

 

KAKEK TUA

Oh…

(manggut-manggut.)

 

ANDRE

Kakek mau ke mana?

 

KAKEK TUA

Kakek ke Bandung.

(suara datar)

 

ANDRE

Kenapa penumpangnya sedikit sekali ya, Kek?

 

Kakek itu hanya tersenyum tipis.

 

KAKEK TUA

Memang selalu begini, Nak…

 

Andre mangut-manggut

 

KAKEK TUA

Kamu sendirian?

 

ANDRE

Iya, Kek…

 

Kakek itu diam sejenak. Kemudian berkata lagi.

 

KAKEK TUA

Kenapa malam-malam begini ke Bandung?

 

ANDRE

Ada urusan pekerjaan, Kek.

 

KAKEK TUA

Kamu nggak takut?

 

ANDRE

Takut apa, Kek?

(penasaran.)

 

KAKEK TUA

Kamu pernah mendengar kereta hantu?

 

Andre mengangguk ragu.

 

ANDRE

Pernah sih, Kek. Tapi saya nggak percaya ada kereta hantu. Itu hanya cerita aja kan, Kek? Mana mungkin ada kereta hantu.

 

Kakek itu hanya tersenyum kemudian terdiam.

ANDRE

Boleh pinjam korannya, Kek?

 

Kakek itu memberikan koran yang ia pegang ke Andre dengan senyuman dan anggukan kepala. Andre meraih koran itu dan langsung membacanya. Ia membolak-balik isi koran yang tidak menarik. Semuanya berita-berita basi dan sudah lama sekali.

 

ANDRE

Ini koran kapan, Kek?

 

KAKEK TUA

Hari ini.

 

Andre terdiam dan kembali membaca berita-berita di dalamnya. Bacaan itu sama sekali tidak menarik perhatianya untuk dibaca. Dia juga bingung membacanya. Memakai ejaan lama.

 

Andre menyandarkan tubuhnya di kursi. Kemudian memperhatikan lagi gerbong kereta dengan penumpang-penumpang yang masih sama. Ia mulai merasa ngantuk yang luar biasa. Hanya sekejap ia memejamkan matanya, tiba-tiba ia terkejut mendengar suara jeritan-jeritan memilukan dan membuat Andre terjaga.

 

Ada guncangan beberapa kali di gerbong kereta. Andre tercekat dan membuka matanya. Gerbong kereta terlihat gelap dan berasap. Andre terlihat panik sambil mengedarkan pandangannya. Tetap gelap dan tidak terlihat apa-apa.

 

ANDRE

Ada apa, Kek?

 

Kakek yang berada di sampingnya diam saja. Gerbong kembali terguncang dan terasa panas. Terdengar suara teriakan dan jeritan minta tolong.

 

Andre terbelalak kaget. Kereta masih melaju dengan kencangnya dan suara-suara jeritan itu memadati gendang telinganya. Andre bertanya sekali lagi ke kakek di sampinya.

 

ANDRE

Ada apa, Kek…?

 

Kakek itu tidak menjawab dan Andre terkejut ketika gerbong kereta diterangi cahaya lampu dari luar. Ia melihat para penumpang yang begelimpangan di bawah kursi. Para penumpang itu berubah menjadi sosok hitam dengan kulit terkelupas mengerikan. Seperti hangus terbakar. Tangannya mengais-ngais gerbong dan menjerit-jerit kesakitan.

 

PEREMPUAN 1

Tolooonggg….. toloonggg…. Panaaaassss….

(menjerit)

Seorang kakek yang duduk di sampingnya juga berubah menjadi sosok yang mengerikan. Sebagian wajahnya terkelupas, matanya melotot dan ingin mencekik Andre. Sekonyong-konyong aja Andre menjerit histeris ketakutan.

 

ANDRE

AAARRGGGKKH!!!

 

Andre ketakutan dan beranjak dari tempat duduknya. Sosok-sosok berwajah hitam dan terkelupas itu mendekatinya sambil meminta tolong dengan suara yang melengking perih. Wajah-wajah hangus terbakar itu mengeluarkan aroma daging panggang yang menyengat. Kemudian aroma itu berubah menjadi bau amis yang sangat memuakkan.

Andre lari menerobos sosok-sosok di depannya. Beberapa anggota tubuh mereka berserakkan di gerbong. Kaki, tangan bahkan kepala.

Andre terus menerobos dan berusaha keluar dari gerbong menakutkan itu. Andre membuka pintu gerbong dengan tangan gemetar. Sosok-sosok mengerikan itu menghampirinya dengan tangan-tangan yang terkelupas dan berasap.

Andre kembali berusaha membuka pintu gerbong yang sangat sulit untuk dibuka. Ia membukanya dengan seluruh tenaga dan akhirnya terbuka lebar. Setelah terbuka ia langsung berlari membuka gerbong yang lain dengan nafas tersengal. Ia pun terkejut dan terheran melihat gerbong itu kosong sama sekali. Tidak ada penumpang seorang pun. Ia mendegut ludah dan mengerutkan kening.

Andre terpaku dengan pandangan nanar. Koran kakek itu masih berada di tangannya dan ia terkejut ketika melihat tahun terbitnya. 1968! Deg!

 

ANDRE

(bergumam)

1968? Tidaak!!!

 

Kereta berhenti dengan suara decitan yang sangat tajam. Hentakkan kereta membuat tubuh Andre terpental keluar. Andre jatuh dan terguling-guling di antara semak belukar.

 

FADE OUT-FADE IN

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar