Skenario: Bukan Bunga Layu
11. BAGIAN 11

166 EXT. HALTE BUS - PAGI

Zea turun dari bus. Berjalan santai di trotoar, ke arah kantor.

Zea menghirup udara pagi. Mendongakkan kepalanya ke atas. Melihat langit pagi.

167 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - RUANGAN KERJA ZEA - PAGI

Zea berjalan masuk ke ruangan dengan postur tubuh yang percaya diri. Menyapa.

ZEA

Pagi semua!

Zea kaget hanya ada satu teman kerjanya yang ada di ruangan.

Teman kerja Zea pun kaget dan heran melihat Zea datang ke kantor sangat pagi. Tidak seperti biasanya.

168 EXT. DEPAN RUMAH ZEA - PAGI

Zia berdiri di dekat motornya. Menelpon Galang sebelum pergi kerja.

169 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - PAGI

Galang masuk ke dalam kantor. Mau memulai hari. Menuju ke ruangan kerjanya.

Ponsel Galang di dalam kantong bergetar. Ada telpon dari Zia.

INTERCUT:

GALANG

Iya Ji? Pagi banget lo telpon.

ZIA

Lang, Zea berangkat ke kantor sama lo enggak?

GALANG

Enggak.

ZIA

Gue enggak tahu hal aneh apa lagi yang menimpa adik gue. Tapi pagi ini Zea hilang. Enggak ada di kamarnya.

Terus Lang, lo pasti kaget kalau lihat kamarnya.

GALANG

Kenapa? Rapi banget?

ZIA

Kok tahu?

170 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - LUAR RUANGAN KERJA ZEA - PAGI

Galang melihat Zea dari luar ruangan. Melihat Zea sudah mulai bekerja di mejanya, penampilan Zea terlihat rapi.

Galang masih meletakkan ponsel di telinganya. Melihat Zea dari kejauhan.

GALANG

(ke Zia)

Enggak ada hal aneh yang menimpa adik lo. Zea enggak hilang.

Cuma berusaha berubah. Jadi lebih baik.

Galang tersenyum bangga melihat Zea. Walau hanya dari kejauhan.

171 INT. KANTOR NATA (INAPNESIA) - SORE

Ponsel Nata bergetar. Ada pesan baru dari Zea. Nata membuka pesannya.

Pesannya berbunyi,

"Kamu masih punya hutang budi ke aku enggak? Kalau enggak, boleh aku yang ganti berhutang budi?"

Nata penasaran akan maksud dari isi pesan Zea.

172 INT/EXT. KAFE - SORE

Nata dan Zea duduk berhadapan di sebuah kafe. Ditemani dua cangkir kopi.

NATA

(ke Zea)

Tumben pemilihan tempat ketemuannya di kafe?

ZEA

Karena hari ini kita agendanya bukan untuk makan.

NATA

Tiba-tiba berasa jadi penikmat senja nih. Penikmat senja kan biasanya suka kopi dan puisi. Pas banget ini udah ditemani kopi. Tinggal kurang puisinya aja.

ZEA

Sebetulnya senja itu bukan hanya untuk penikmat kopi dan puisi aja. Tuhan menciptakan senja karena dia tahu. Manusia perlu banyak merenung.

Jadi, sebaiknya kita harus ikut-ikut penikmat senja. Ikut menikmati senja setiap harinya. Biar kita, manusia, bisa banyak merenung.

(beat)

Dan setelah merenung hampir setiap hari, aku memutuskan sesuatu.

NATA

Apa?

ZEA

Mau enggak kamu bikin film sama aku?

Nata sedikit kaget.

NATA

Kok tiba-tiba bikin film?

ZEA

Aku merasa senang setiap nonton film. Benar yang kamu bilang. Aku enggak seperti penonton film biasanya. Aku suka mengambil pesan hidup dari sebuah film, aku suka belajar banyak dari sebuah film. Buat aku, film bukan hanya sekadar hiburan. Tapi sesuatu yang bisa membantu aku mengembangkan diri aku secara personal.

(beat)

Apalagi, yang paling aku suka dari film itu aku bisa lihat berbagai permasalahan dari berbagai perspektif.

NATA

Contohnya?

ZEA

Setiap kali aku punya masalah, apalagi masalahnya berhubungan sama orang lain, aku selalu bias. Aku selalu lihat permasalahan itu cuma dari sisi aku. Enggak pernah dari sisi orang lain.

Tapi dari film aku bisa lihat semua perspektif dari setiap tokoh di dalam film itu.

NATA

Dan kenapa kamu mau bikin film?

ZEA

Aku ingin bisa kasih sesuatu ke diri aku dan ke orang lain. Aku rasa, dengan membuat film yang bisa menginspirasi, aku bisa kasih sesuatu yang lebih untuk orang lain dan juga diri aku sendiri.

Selama ini aku belajar banyak dari menonton film. Aku ingin bikin film untuk orang lain. Supaya orang lain juga bisa belajar banyak dari menonton film yang aku buat.

NATA

Tapi bikin film enggak semudah itu. Harus ada budget, harus ada staf, harus ada medianya, dan banyak hal lainnya.

ZEA

Kerjaan aku di kantor yang sekarang itu di bagian marketing dan business development. Kerjaan aku berhubungan sama uang dan orang.

Aku akan berusaha untuk cari funding dan prospek stafnya. Aku akan berusaha dari sisi bisnis.

Masalah aspek seni dan sinematografi, aku serahkan sama kamu. Aku juga ingin belajar banyak dari kamu tentang film. Kita bisa berkolaborasi Nat.

Kamu masih ingin banget bikin film kan? Itu bukannya cita-cita kamu? Passion kamu?

Mata Nata terbelalak kaget. Nata tak menyangka Zea punya karakter yang ambisius.

NATA

Ini bakal cuma jadi sampingan?

ZEA

Iya. Kalau feedbacknya bagus, kita bisa lanjutkan jadi lebih serius lagi.

Nata terdiam lama. Berpikir. Dilema.

Nata mengangkat tangannya ke atas meja. Ingin bersalaman dengan Zea. Zea menerima salamnya.

NATA

Selamat bekerja sama, mbak Zea.

Zea kaget. Tidak menyangka Nata menerima tawaran Zea semudah itu.

ZEA

Selamat bekerja sama, mas Nata.

Keduanya tertawa.

NATA

Kok agak gimana gitu ya kalau dipanggil mas.

ZEA

Di Jogja sih biasa mas mas kayak kamu dipanggil mas.

Nata dan Zea tertawa.

ZEA

Aku senang deh. Selama 30 tahun hidup, baru kali ini aku punya keinginan.

(beat)

Waktu orang lain sedang berusaha untuk mengejar mimpi mereka, aku selama ini cuma berusaha untuk bisa punya mimpi.

NATA

Kita harus bisa menerima kalau waktu yang dimiliki setiap orang beda beda. Setiap orang punya waktunya masing-masing.

Kita juga harus bisa percaya kalau setiap orang pasti akan sampai pada tujuannya di waktu dan momen yang tepat. Dengan begitu, kamu enggak akan membandingkan diri kamu sama orang lain.

ZEA

Aku tahu teorinya, tapi susah untuk aplikasinya.

NATA

(tertawa)

Sama kok.

Padahal kalau kita bisa selalu percaya akan hal itu, aku yakin hidup ini enggak akan berat. Hidup ini enggak akan jadi beban.

ZEA

Setuju.

NATA

Tapi aku yakin. Selama 30 tahun kehidupan kamu, yang kamu rasa 30 tahun itu tertinggal oleh orang lain, pasti ada hal positif yang bisa kamu ambil.

Otak Zea langsung berputar. Memikirkan hal positif apa yang dia ambil.

NATA

Pakai pusing segala.

ZEA

Hah?

Zea sadar dari lamunannya.

NATA

(tersenyum)

Bukannya... hal positifnya itu... di kehidupan ini kamu bisa ketemu sama aku?

ZEA

(semangat)

Dan jadi partner kerja aku.

Raut wajah Nata perlahan berubah. Menjadi sedih. Perasaannya campur aduk setelah mendengar Zea menganggap dirinya sebagai partner kerja. Tatapan matanya penuh arti dan makna.

ZEA

(tersenyum)

Partner curhat, partner ngobrol.

Hmmm, partner untuk meraih cita-cita.

(beat)

Terima kasih ya Nat, kamu kasih inspirasi buat aku. Aku bisa menemukan keinginan ini berkat kamu.

Nata memaksakan senyum. Senyumnya sedih.

ZEA

Aku enggak sangka aku bisa ajak kamu dengan cara yang semudah ini.

NATA

Aku yakin ada banyak hal lainnya yang kamu enggak pernah sangka selama ini.

ZEA

Maksudnya?

NATA (V.O.)

Kamu enggak akan pernah sadar kalau berbuat jujur dengan bilang aku suka kamu aja aku enggak mampu.

ZEA

(antusias)

Eh, kalau boleh, aku ingin coba untuk nulis skrip nya. Kayaknya karena kelamaan nonton film, aku agak punya bakat nulis deh.

Nata mengangguk sembari tersenyum.

173 INT. KAMAR ZEA - PAGI

Ponsel Zea berdering. Alarmnya berbunyi. Jam menunjukkan pukul setengah 5 pagi.

Zea langsung membuka mata. Meregangkan badannya. Lalu beranjak duduk di kasur.

ZEA

Jeje! Zea Azela! Semangat!

Zea berbicara kepada dirinya sendiri. Menyemangati diri sendiri dengan suara yang pelan. Masih sedikit mengantuk.

174 INT. KAMAR ZEA - KAMAR MANDI - PAGI

Zea berdiri di depan cermin wastafel. Menyikat gigi dan membasuh wajahnya.

Ada transisi dari sosok Zea yang cantik, dilihat dari cermin. Menjadi sosok Zea asli yang tidak begitu cantik. Namun hari ini matanya cerah. Tidak lagi sayu. Garis keriput di ujung matanya hilang.

175 INT. KAMAR ZEA - PAGI

Zea duduk di kursi meja belajarnya dengan sudah mengunakan pakaian yang rapi dan sudah berdandan.

Zea membuka laptop. Menuliskan kata-kata di halaman kosong yang berulang kali ia hapus dan tulis kembali.

Langit mulai cerah. Terlihat dari jendela kamar Zea. Zea beranjak dari kursinya. Mengambil tas. Lalu pergi meninggalkan kamar.

Kita melihat Zea dari sisi belakang yang meninggalkan kamar. Lalu melihat tulisan Zea di laptopnya bertuliskan,

"Skenario Film"

"Aku, Bukan Bunga Layu." (B.C.U.)

176 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - RUANG KERJA ZEA - PAGI

Zea menyapa karyawan di kantornya.

ZEA

"Pagi semua!"

Hanya ada satu teman kerja Zea.

TEMAN KERJA 2

Pagi Ze. Sekarang pagi terus ya datangnya. Senang aku punya teman.

ZEA

Aku baru sadar kalau pergi ke kantor lebih pagi itu bikin hari jadi lebih produktif. Terus kerjanya masih fresh.

(tertawa)

Aku sadarnya telat ya?

TEMAN KERJA 2

Hari ini ada yang beda dari kamu.

ZEA

(sedikit panik)

Beda apanya?

TEMAN KERJA 2

(senyum)

Semakin cantik

Zea heran mendengarnya. Bingung apakah ada semacam perubahan aneh lainnya yang terjadi padanya.

Tapi Zea tetap tersenyum kepada temannya.

177 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - RUANG MANAGER - SIANG

Zea dan Galang sedang berdiskusi dengan managernya.

MANAGER

(ke Zea)

Selama 6 bulan ini area marketing dan business development ada peningkatan. Bagus Ze. Walaupun sebulan pertama jelek sekali performanya. Tapi kamu bisa membuktikan kalau kamu bisa dan layak untuk kerja lagi di sini.

(ke Galang)

Kamu enggak usah dipertanyakan lagi. Hebat kamu Galang. Kalian sering-sering berkolaborasi ya. Biar makin kuat performa perusahaan kita.

Apalagi, Galang kan sudah keliling dunia, mendalami musik, sudah belajar banyak. Saya yakin perusahaan kita bisa lebih maju lagi.

Zea dan Galang saling tatap dan saling tersenyum.

178 INT. DEPAN PINTU RUANG MANAGER - SIANG

Zea memperlihatkan surat pengunduran diri di dalam amplop putih yang sedari tadi ia pegang dan ia sembunyikan di belakang pinggang (B.C.U.).

GALANG

(kaget, ke Zea)

Apa itu?

ZEA

(ke Galang, cengar-cengir)

Bukan saat yang tepat ya kayaknya.

Galang menghela napas panjang. Menahan tawa.

GALANG

(tertawa)

Je, baru 6 bulan loh.

Zea mengangguk.

ZEA

(ragu)

Habis dipuji lagi. Bukan waktu yang tepat banget enggak sih?

Galang mengambil surat pengunduran diri Zea dari genggamannya. Menyembunyikannya di belakang punggungnya.

GALANG

Ini aku sita dulu.

Aku tau kamu lagi bikin film sama Nata. Dan penontonnya di Youtube udah berjuta-juta. Tapi kamu terlalu cepat ambil keputusan.

Zea mengangguk setuju.

Galang tersenyum melihat Zea yang mengangguk-anggukkan kepalanya.

179 INT. RUMAH BIA - SIANG

Bia, Nata, dan Zea terlihat serius berdiskusi di rumah Bia.

Aji terlihat mengurus Cia. Menggendong Cia sembari memperhatikan istrinya bekerja.

ZEA

(ke Bia)

Bi, kostum sama make-up nya udah oke semua?

BIA

Udah sih. Cuma paling harus dicek sekali lagi kostum sama make-up nya benar-benar berelasi sama karakternya atau enggak.

ZEA

(ke Nata)

Nat, bisa bantu Bia cek kan?

NATA

Siiip.

ZEA

Lokasinya udah oke. Hmmm. Naskahnya Nat. Coba cek sekali lagi. Urutan scene-nya kayaknya sedikit berantakan ya? Nanti kita cek bareng-bareng yuk.

NATA

Tenang Je... Karya kedua memang suka bikin tambah pressure. Untuk karya pertama, we have nothing to lose. Untuk karya kedua, ekspektasi udah mulai tinggi.

ZEA

(tertawa)

Aduh iya nih. Jadi malu, ketahuan gugupnya.

(menghela napas)

Tenang. Semua permasalahan pasti bisa dilewati.

MONTAGE START:

180 EXT. DEPAN GEDUNG PERUSAHAAN KOSMETIK - SIANG

FLASHBACK

Bia berdiri dengan perut yang sedang hamil muda. Menangis di depan perusahaan kosmetik tempat ia diwawancara untuk penerimaan kerja.

Bia menangis karena tidak diterima dengan alasan hamil dan sudah menikah.

181 INT. RUMAH BIA - SIANG

FLASHBACK

Bia sedang menyusui Cia. Menggendong Cia yang tak henti menangis. Meletakkan Cia yang sudah tidur di box bayi.

Bia melihat media sosial di ponselnya. Teman-teman perempuan sebayanya mengunggah foto sedang jalan-jalan.

182 INT/EXT. DI DALAM MOBIL - SIANG

FLASHBACK

Bia sedang duduk di mobil bersama Aji di sampingnya. Bia menenangkan Cia yang menangis di pangkuannya.

Bia terlihat sedih melihat perempuan perempuan seumurannya menggunakan tas bermerek dan baju bagus sedang menunggu bus di halte ingin menuju ke kantor.

183 INT. KAMAR NATA - MALAM

FLASHBACK

Nata berbaring di kasurnya. Melihat saldo di bank nya melalui ponsel. Uang yang dimilikinya sangat sedikit. Nata terlihat resah.

Nata beranjak dari kasur. Mendekati dinding. Melihat setiap piagam lomba film yang dia dapat dengan mata yang sedih.

184 INT. KAMAR ZEA - SIANG

FLASHBACK

Zea di dalam kamar yang gelap dengan jendela yang sengaja ditutup. Berbaring lemas. Menatap langit. Terlihat resah.

185 EXT. DI TROTOAR JALANAN - SIANG

FLASHBACK

Zea berjalan dan dipandangi oleh orang-orang yang ada di sekitarnya dengan tatapan aneh. Zea merasa tidak nyaman dan sedih.

MONTAGE END

CUT TO:

186 INT. RUMAH BIA - SIANG

PRESENT

Kita melihat Bia yang senang bekerja bersama Nata dan Zea. Bia mencoba mendandani Zea. Mencocokan kostum di badan Zea.

Bia tertawa (C.U.)

Suaminya, Aji, terlihat ikut senang.

Kita melihat Nata yang bahagia sambil menggenggam kameranya.

Nata tertawa (C.U.)

Kita melihat Zea yang senang menunjukkan naskah film yang baru saja ia selesaikan.

Zea tertawa (C.U.)

187 INT. KAMAR ZEA - PAGI

Zea masih tidur terlelap. Matahari sudah naik. Cahaya matahari menembus jendela kamar Zea yang terbuka.

ZIA (O.S.)

Je...! Jeje...!

Zea membuka mata sedikit namun memilih untuk tidak merespon.

ZIA (O.S.)

Zea bangun ada Galang!

Mendengar kata Galang, Zea kaget. Matanya langsung terbuka lebar. Langsung buru-buru beranjak dari kasur. Berlari menuju kamar mandi.

Zea berdiri di depan cermin wastafel. Menyikat giginya dengan sangat cepat. Membilas wajahnya dengan sangat kilat.

Zea melihat dirinya berparas cantik di cermin. Namun kita melihat Zea yang asli masih belum berubah kembali menjadi Zea yang dulu.

Zea mencoba untuk mendeteksi bau badannya.

ZEA

(menggumam)

Untung kemarin sore udah mandi.

Zea buru buru keluar kamar mandi dan bersiap-siap.

Zea berdiri di depan cermin. Mengecek penampilannya untuk terakhir kali.

ZEA (V.O.)

Aku sudah berusaha untuk memancarkan aura positif supaya cara pandang orang kepadaku juga menjadi positif. Tapi, kata orang-orang penampilanku masih belum kembali ke Zea yang dulu. Walaupun, ada yang bilang sudah agak lebih mirip dengan Zea yang dulu.

Apa ada yang salah dengan usahaku? Atau memang cerita dongeng itu tidak ada dan ini hanya sekadar nasib buruk belaka yang menimpaku?

188 INT/EXT. DEPAN RUMAH ZEA - PAGI

Zea berjalan ke arah pintu rumah. Menggunakan sepatu.

ZEA (V.O.)

Aku akan berusaha untuk tidak memikirkan hal itu lagi. Selagi aku masih bisa menjalani hidup dengan penuh arti dan semangat, masih bisa menemukan mimpi...

Zea membuka pintu dan melihat Galang di depannya. Galang tersenyum. Zea pun tersenyum.

ZEA (V.O.)

dan... masih bisa bertemu dengan seseorang yang bisa menerima aku apa adanya, seseorang yang akan percaya kalau aku tidak akan pernah berubah.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar