149 INT. KAMAR ZEA - MALAM
Zea meletakkan tasnya di atas kasur. Lalu melemparkan dirinya ke kasur. Berbaring sambil melihat langit-langit atap.
ZEA
(menggumam)
Mimpi... Realita...
Kalau enggak punya mimpi, cuma ada realita yang membosankan?
Aku harus apa?
150 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - LIFT - PAGI
Zea sedang menaiki lift. Ding dong! Lift berhenti di salah satu lantai. Pintu lift terbuka. Ada Galang di luar. Mata Galang dan Zea bertemu saat keduanya berdiri berhadapan.
Galang tersenyum melihat Zea.
Zea merasa bersalah melihat Galang.
Galang masuk ke dalam lift. Berdiri berjejeran dengan Zea.
ZEA
(terbata)
Aku minta maaf.
GALANG
(ke Zea, bercanda)
Kemarin malam ketemu siapa?
Sampai aku dilupakan?
ZEA
Nata.
GALANG
Teman kantor?
ZEA
Kamu kayaknya pernah ketemu Nata kok.
(beat)
Oh waktu kamu sama Bia jemput aku di stasiun. Orang yang datang sama aku itu namanya Nata.
Galang merasa tidak nyaman. Cemburu.
GALANG
Oh. Aku enggak memperhatikan namanya waktu itu.
(beat)
Kupon permintaan maaf boleh dipakai buat apa aja kan?
ZEA
Boleh. Apaaa aja.
Galang tersenyum karena tingkah Zea menggemaskan.
151 INT. RUMAH BIA - PAGI
Bia membuatkan makanan untuk Cia di meja makan
Zea bermain bersama Cia di ruang tengah.
ZEA
Bi, kalau aku bikin perusahaan, kamu mau investasi enggak?
BIA
Investasi pakai makanan bayinya Cia?
ZEA
Aku serius.
BIA
Ya aku juga serius. Investasi pakai uang dari mana?
Aku investasi buat diri sendiri aja kurang. Mau beli tas enggak bisa, mau beli make-up enggak bisa.
ZEA
Kan ada pemasukan dari Aji.
BIA
Beda Je. Rasanya enggak sebebas pakai uang sendiri. Kalau buat Cia, aku merasa biasa-biasa aja minta uang suami. Kalau buat aku sendiri, rasanya gimanaaa gitu. Enggak leluasa. Akunya lama-lama enggak enak ke Aji.
ZEA
Kalau aku bikin perusahaan, kamu mau jadi karyawan aku enggak?
BIA
Hmmm. Tergantung...
Zea mengisyaratkan kata uang dengan bahasa tubuh. Menggesek-gesekkan ibu jari dan telunjuk.
Zea tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
ZEA
(ke Cia)
Kak Jeje enggak tahu loh Cia, kalau mama kamu ternyata mata duitan.
BIA
Memangnya ada rencana mau bikin bisnis?
ZEA
Kalau aku bikin film, gimana?
BIA
Nanti rekrut aku jadi staf perancang busana atau staf make-up ya.
152 INT. RUMAH ZEA/ZIA - RUANG TENGAH - PAGI
Zia, Irawan, dan Kusuma sedang menikmati hari libur weekend. Duduk di kursi sofa dan menonton tv bersama di ruang tengah. Memakan camilan.
IRAWAN
(berbisik, ke Zia)
Zi, Zea masih sama? Masih beda?
ZIA
Masih sama masih beda gimana sih pa?
IRAWAN
(berbisik)
Maksud papa waktu itu kan Zea berubah tiba-tiba jadi beda. Bukan kayak Zea yang dulu lagi. Apa masih berubah sampai sekarang?
ZIA
Masih. Zea enggak di rumah kok. Lagi di rumah Bia.
IRAWAN
Oh. Papa kira Zea di rumah. Makanya bisik-bisik.
ZIA
Tapi ya pa. Ada yang aneh loh.
Kusuma duduk di bagian paling pojok, sebelah Irawan. Masih fokus menonton tv dan memakan camilan. Tidak mempedulikan pembicaraan Zia dan Irawan.
IRAWAN
Aneh kenapa?
ZIA
Kayaknya ya. Cuma laki-laki yang bisa lihat kalau Zea berubah.
IRAWAN
Ah masa. Masa mata laki-laki sama mata perempuan beda. Mata manusia kan sama semua. Bisa melihat hal yang sama. Tapi bisa juga tidak melihat hal yang sama.
ZIA
Yang terakhir apa tuh maksudnya.
IRAWAN
Untung pagi. Kalau enggak, brrrr merinding papa.
ZIA
Tapi benar loh pa. Buktinya, mama sama Bia kan sama sama perempuan. Mereka selalu bilang Zea sama aja enggak berubah.
IRAWAN
Iya juga ya.
ZIA
Apa karena Zea udah layu?
IRAWAN
Memangnya adikmu itu tanaman. Bisa layu segala.
ZIA
Itu loh pa yang suka dibilang sama ibu-ibu. Mama juga sering bilang ke Zea. Kalau perempuan itu lebih baik nikah sebelum umur 30. Lebih baiknya... berapa ya...
(beat)
25 apa 26 gitu kalau enggak salah. Katanya, kalau enggak nikah umur segitu nanti bagaikan bunga, enggak bisa lagi mekar. Jadinya layu.
IRAWAN
Ah. Kamu ini ada-ada aja. Itu antara karena gengsinya orang tua atau karena permintaan tulus orang tua yang ingin anaknya nikah cepat saja. Jodoh kan di tangan Tuhan. Mau pasangan bertemu umur 20, 25, 30, 35. Semuanya kan sudah diatur sama yang di atas.
(beat)
Kasihan dong kalau sebagian manusia di bumi ini ditakdirkan bertemu jodohnya di umur 30. Masa sebagian orang itu bakal berubah jadi kayak Zea? Orang-orang melirik dia dengan tatapan aneh.
(beat)
Papa sama mama ingin Zea segera menikah itu karena yang pertama, Zea enggak pernah usaha membuka diri. Kalau Zea usaha, berdoa, tapi memang ditakdirkan bertemu jodohnya belum saat ini. Ya mama papa enggak akan berbuat apa-apa kok. Cuma bisa percayakan sama Tuhan.
Yang kedua, papa sama mama itu sudah tua. Papa bentar lagi sudah mau pensiun. Sebelum papa atau mama meninggal, papa ingin Zea ada di tangan laki-laki yang benar, yang bisa menjaga dia.
Cuma satu kok permintaan orang tua itu. Melihat anaknya menikah sebelum meninggal. Melihat anaknya hidup bahagia sebelum meninggal.
Kamu sama Zea dari bayi sudah minta susu, makanan, mainan. Apapun mama papa berikan. Mama sama papa enggak minta apa-apa. Cuma minta satu permintaan itu.
Zia terdiam. Suasana komedi berubah menjadi suasana haru. Zia merenung. Matanya menatap ke satu titik. Berpikir. Mata Zia sedikit berair.
153 INT. RUMAH BIA - PAGI
Bia selesai membuatkan makanan untuk Cia. Bia menyuapkan makanan untuk Cia. Zea memandangi Bia dan Cia. Diam.
BIA
Je, jangan-jangan. Kamu lagi mengalami cerita dongeng lagi. Cerita fairy tale.
ZEA
Ceritanya aku masuk ke lubang mengejar kelinci gitu? Alice in Wonderland? Terus tadaaa. Wujud aku berubah?
Zea merasa perkataan Bia tidak masuk akal.
BIA
Lebih tepatnya cerita dongeng Beauty and the Beast. Kan ceritanya si pangeran harus bertemu cinta sejatinya tuh supaya bisa menghilangkan kutukannya. Jangan-jangan kamu harus menemukan jodoh sejati supaya penampilan kamu berubah ke Zea yang semula.
ZEA
(menggeleng)
Aku enggak nyangka ini yang ada di pikiran ibu-ibu yang udah berumur, udah punya anak.
BIA
Aku lagi berusaha berpikir kreatif. Mencari solusi nih.
ZEA
Iya tapi enggak negeri dongeng juga kali.
(beat)
Memangnya siapa juga yang mau mengutuk aku?
BIA
Pandangan laki-laki.
Hmmm. Bukan bukan.
Bia berpikir keras. Zea menatap Bia heran, namun tetap mendengarkan.
BIA
Perspektif laki-laki.
ZEA
Hah?
BIA
Sebuah perspektif itu bisa menguntungkan, tapi bisa juga mencelakakan.
ZEA
Contohnya?
BIA
Aku sama Zia punya masa kelam. Sekarang, aku bisa move on dari masa kelam itu karena aku melihat memori itu dari perspektif yang positif. Caranya dengan aku jadikan memori kelam itu sebagai pengalaman percintaan yang berharga. Pengalaman kelam itu aku anggap bisa mengajari aku banyak tentang hidup, tentang percintaan, tentang gimana cara berurusan sama Aji, tentang gimana cara menjaga rumah tangga aku yang sekarang.
ZEA
Kalau perspektif yang mencelakakan?
BIA
Cara pandang perusahaan yang melihat aku sebagai wanita yang sudah punya anak, sudah menikah, berumur hampir 30 tahun, menganggap aku sebagai wanita yang enggak berpendidikan dan enggak bisa bertanggung jawab akan kerjaan.
Zea merenung. Tatapannya penuh pikiran.
ZEA (V.O.)
Cara pandang laki-laki yang melihat aku sebagai wanita berumur, belum berjodoh yang berarti enggak laku, dan enggak punya passion dan semangat dalam hidup?
Zea menghela napas panjang. Wajahnya sedih.
154 INT. RUMAH ZEA/ZIA - MALAM
TOK TOK TOK. Zia mengetuk pintu kamar Zea.
ZEA (O.S.)
Bentar bentar. Lagi pakai baju.
Beberapa saat kemudian.
ZEA
Masuk.
Zia membuka pintu kamar Zea. Lalu masuk ke dalam.
Zia hanya berdiri diam. Ingin berbicara tapi tidak yakin.
Zea melihat Zia hanya berdiri diam. Zea heran.
ZEA
Kenapa? Kaku amat.
ZIA
Hmmm.
Zea hanya melirik Zia heran sembari mengusap-usap rambutnya dengan handuk.
Zea duduk di kasur. Menghadap ke Zia yang berdiri kaku.
ZEA
Ji?
ZIA
Hmmm. Aku cuma mau tanya hubungan kamu sama Galang gimana.
ZEA
Gimana apanya?
(beat)
Tumben tanya-tanya masalah adiknya.
ZIA
Galang itu sahabat aku. Aku kenal dia lebih lama dari pada kamu atau Bia kenal dia. Galang orangnya baik. Kadang terlalu straightforward tapi itu karena dia cuma ingin mengutarakan pemikiran sama perasaan dia. Kalau kamu merasa tertekan karena karakternya Galang, tegur aja dia. Dia enggak akan mau berubah hanya demi orang lain tapi selalu mau untuk berubah jadi orang yang lebih baik lagi.
(beat)
Aku cuma mau bilang. Galang itu serius sama kamu. Udah dari dulu. Kamu harus bisa dengan jelas menerima atau menolak. Laki-laki itu selalu bertumpu sama harapan. Jangan bikin Galang menunggu yang enggak pasti.
Zia membalikkan badan. Membuka pintu. Mau keluar.
Lalu menoleh lagi ke arah Zea.
ZIA
Tapi aku berharap kamu bisa sama Galang. Jadi keluarga yang bahagia. Punya anak-anak yang lucu. Bisa membahagiakan mama sama papa.
Zia lalu keluar dari kamar. Menutup pintu dengan perlahan.
Zea terharu mendengar Zia. Baru kali ini kakaknya perhatian dengan kehidupan Zea. Mendengar kata "membahagiakan mama papa", Zea jadi terenyuh.
Zea menatap pintu kamar. Pandangannya kosong. Pikirannya berputar.
155 INT. KAMAR ZIA - MALAM
Zia menutup pintu kamarnya. Berada di dalam kamar. Wajahnya penuh penyesalan. Tidak percaya dia bisa mengatakan semua kata-kata itu ke Zea.
Melemparkan dirinya ke atas kasur. Menutup dirinya dengan selimut. Lalu menarik sedikit selimut hingga wajahnya terlihat.
ZIA
(menggumam)
Geli sendiri gue dengarnya.
Kalau bukan karena orang tua yang melahirkan, membesarkan.
Zia menghela napas panjang.
Kembali menutupi wajahnya dengan selimut.
156 INT. KAMAR ZEA - MALAM
Zea duduk di kursi meja belajarnya. Menyalakan layar ponsel. Membuka riwayat pesan dengan Nata. Membaca percakapannya dengan Nata sedikit demi sedikit dari bagian paling bawah ke bagian atas. Hingga menemukan foto tugu Jogja yang Nata kirimkan untuk Zea.
Zea memandangi foto tugu Jogja.
ZEA (V.O.)
Nata kan juga laki-laki. Enggak mungkin dia lihat aku biasa-biasa aja. Dia pasti juga merasa aneh pas lihat aku. Seperti laki-laki lainnya.
(beat)
(sedih)
Mungkin dia hapus foto aku.
(beat)
(terpuruk)
Kenapa cuma aku yang enggak bisa lihat kejelekan diri aku sendiri. Tapi orang lain bisa. Gimana cara mengubahnya kalau aku sendiri enggak tahu.
157 INT. KAMAR NATA - MALAM
Nata duduk di kursi meja belajarnya. Mengedit video dan foto di komputernya.
Di sampingnya ada tembok dengan tempelan-tempelan berbagai foto hasil fotografinya yang sudah diedit.
Lalu ada foto Tugu Jogja di antara foto foto tersebut. Ada tulisan "Jantung Kota Meninggalkan Rasa" di dalam fotonya.
Nata mengirimkan foto Tugu Jogja ke Zea untuk memberi tahu secara tidak langsung bahwa perasaan Nata pernah tertinggal di Jogja saat bersama Zea. Nata jatuh hati kepada Zea.
Nata memberikan jantungnya, hatinya kepada Zea.
158 INT. KAMAR ZEA - SUBUH/PAGI
Ponsel Zea berdering. Alarmnya berbunyi. Waktu menunjukkan pukul 4.30 pagi. Zea masih tidur. Belum bangun.
Alarm Zea berdering lagi. Waktu menunjukkan pukul 4.45 pagi. Zea lagi-lagi belum bangun.
Ponsel Zea berdering lagi untuk ketiga kalinya. Waktu menunjukkan pukul 5 pagi. Akhirnya Zea bangun setelah alarm yang ketiga.
Zea mengambil ponsel. Mematikan alarm. Kita melihat barisan alarm Zea setiap 15 menit sekali di aplikasi alarm di ponselnya.
Zea membuka mata. Berusaha bangun. Meregangkan badannya di atas kasur.
Tekadnya kuat untuk bangun. Tapi raganya tidak mendukung tekadnya.
Zea merengek kecil. Seperti anak kecil yang enggan bangun.
159 INT. KAMAR ZEA - KAMAR MANDI - PAGI
Di depan cermin wastafel. Zea menyikat gigi. Membasuh wajah.
Zea seperti masih belum bernyawa. Mukanya datar tidak berekspresi. Tidak bersemangat.
Kita melihat transisi perubahan wajah Zea. Dari sosok Zea yang dia lihat dari cermin terlihat menarik ke Zea asli yang sedang berdiri terlihat tidak menarik.
160 INT. KAMAR ZEA - PAGI
Zea berdiri di depan cermin. Berdandan. Menggunakan make-up. Menata rambut. Menggunakan pakaian yang necis.
Tidak seperti biasanya.
161 INT. RUMAH ZEA - RUANG MAKAN - PAGI
Keadaan di dalam rumah masih gelap. Semua masih tertidur.
Kita melihat Zea, Irawan, dan Kusuma masih tertidur di kamar mereka masing-masing (INSERT)
Zea mengambil roti tawar. Memberikan selai di atasnya dan melahapnya.
162 EXT. DEPAN RUMAH ZEA - PAGI
Zea keluar dari rumah. Berdiri di depan rumah. Zea mulai bersemangat. Bertekad menjalani hidup yang penuh semangat dan penuh arti.
163 INT/EXT. DI DALAM BUS - PAGI
Zea duduk di dalam bus. Tidak menyandarkan kepalanya ke samping jendela lagi. Postur duduknya tegak. Terlihat lebih percaya diri.
ZEA (V.O.)
Hidup harus penuh arti.
Hidup harus dengan passion.
Harus memancarkan aura positif supaya cara pandang orang ke kita juga positif.
Zea... Semangat!
Zea menghipnotis dirinya sendiri. Melontarkan kata-kata positif ke dirinya sendiri.
164 INT. RUMAH ZEA - MEJA MAKAN - PAGI
ZIA
Je...! Ayo berangkat!
Tidak ada respon. Kamar Zea kosong (INSERT).
ZIA
(menggumam)
Masa masih tidur?
KUSUMA
(ke Zia)
Coba kamu ke kamarnya. Bahaya kalau masih tidur. Nanti telat dia.
165 INT. KAMAR ZEA - PAGI
Zia mengetok pintu kamar Zea. Tapi tidak ada respon.
Zia membuka gagang pintu. Melihat setiap sudut kamar. Mencari Zea. Tapi Zea tidak terlihat.
Zia masuk ke dalam kamar. Menuju kamar mandi Zea. Zea tidak ada.
ZIA
(ke Kusuma, berteriak)
Ma...! Zea hilang! Dia enggak ada di kamar.
Kusuma mendatangi Zia setelah mendengar suara panik Zia.
KUSUMA
Kenapa sih teriak-teriak gitu.
ZIA
(kaget)
Ma, aku panik. Aku merinding.
KUSUMA
Kenapa?
ZIA
Kamar Zea rapi banget.
Kita melihat kamar Zea yang sangat rapi. Tidak seperti biasanya.