Skenario: Bukan Bunga Layu
9. BAGIAN 9

121 INT/EXT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - TEMPAT PARKIRAN - MALAM

Galang mulai resah. Menunggu Zea tak terasa sudah sejam lamanya. Tapi Zea tidak kunjung datang.

GALANG

(menggumam)

Apa dia lembur?

122 INT. DI DALAM RUANG BIOSKOP - MALAM

Zea panik setelah membaca pesan dari Galang.

Zea langsung membalas pesan Galang.

NATA

(ke Zea, berbisik)

Filmnya udah mau mulai.

Zea menoleh ke arah Nata, lalu mengangguk.

123 INT/EXT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - TEMPAT PARKIRAN - MALAM

Galang menunduk. Menyandarkan dahinya ke setir mobil.

Ponsel dalam kantongnya bergetar. Membuat Galang mengangkat kepalanya dari setir.

Membaca pesan dari Zea yang berbunyi,

"Maaf Lang, aku ada janji sama teman. Aku lupa kasih kabar. Maaf... banget. Satu kupon permintaan maaf bisa ditukar kapan aja. Peace."

GALANG

(ke ponsel)

Zea Azela... kamu terselamatkan oleh kupon.

Kata kupon permintaan maaf membuat Galang senyum-senyum sendiri.

Galang menyalakan mesin mobil. Menyetir mobil keluar dari tempat parkir.

124 INT. DI DALAM RUANG BIOSKOP - MALAM

Nata dan Zea fokus menonton film. Hanya mereka yang terlihat tidak memegang popcorn.

Nata melirik Zea. Ingin mengetahui apakah Zea menikmati film yang diputar atau tidak.

NATA

Gimana filmnya? Seru enggak?

Zea tidak menoleh sekalipun ke arah Nata. Sangat fokus melihat ke layar.

ZEA

(mengangguk)

Seru

Nata terlihat lega. Lalu kembali melihat ke layar.

Kadang mereka terlihat tertawa. Kadang terlihat sedih. Kadang terlihat serius.

125 INT. GEDUNG BIOSKOP - MALAM

Nata dan Zea berjalan keluar dari ruang bioskop. Orang-orang yang keluar bersamaan dengan Nata dan Zea melirik Zea dengan tatapan aneh dan heran. Ada juga yang saling berbisik sembari melihat Zea.

Zea lagi-lagi merasa tidak nyaman.

Nata menyadari ketidaknyamanan Zea.

NATA

(ke Zea)

Kenapa? Lapar?

ZEA

(tertawa)

Aku kelihatan suka makan banget ya di mata kamu?

NATA

(mengangguk)

Semenjak insiden pecel di Jogja.

ZEA

Itu bukan karena aslinya aku suka makan, tapi karena menyiasati keadaan.

NATA

Coba jelasin maksudnya apa.

ZEA

Kan pecel yang rasanya kayak waktu itu tuh cuma ada di Jogja. Karena kebetulan waktu itu kita lagi di Jogja, kenapa enggak sekalian makan aja? Kapan lagi coba ke Jogja? Paling nunggu lebaran.

Kalau enggak makan, rugi kan?

NATA

(tertawa, mengangguk)

Iya. Iya. Bukan karena suka makan, tapi karena menyiasati keadaan.

ZEA

(melakukan pembenaran)

Tapi beneran, aku biasanya enggak makan sebanyak itu loh.

NATA

Aku enggak bilang apa-apa.

ZEA

Aku cuma klarifikasi aja.

NATA

Enggak perlu klarifikasi kali. Aku enggak benci sama perempuan yang suka makan kok. Malah terlihat charming.

Zea menghela napas panjang.

ZEA

Aku enggak biasanya melakukan pembenaran diri sendiri.

NATA

Biasanya pasrah?

ZEA

Iya. Aku tipe orang yang cuek sama omongan orang.

NATA

Terus kenapa setiap sama aku enggak pernah pasrah?

ZEA

Entah. Kayaknya kamu punya kekuatan untuk bikin orang membela diri deh.

NATA

Hmmm. Aku enggak tahu lagi ini pujian apa hinaan.

ZEA

Hmmm. Anggap aja pujian.

NATA

(tertawa)

Oke.

ZEA

Lapar enggak sih?

NATA

Berarti benar ya tadi mukanya kayak gitu karena lapar?

ZEA

(tertawa)

Iya deh iya. Anggap aja iya.

Nata pun tertawa.

126 INT/EXT. TEMPAT MAKAN DI PINGGIRAN - MALAM

Nata dan Zea duduk berhadapan. Menunggu nasi goreng yang mereka pesan datang.

Tempat duduk yang lain kosong. Hanya ada Nata dan Zea.

ZEA

Gimana mama aku? Klien yang baik atau... enggak?

NATA

Walaupun awalnya aku kira seram, tapi baik kok.

ZEA

Seram kenapa?

NATA

Awal kerja tuh tiba-tiba aku ditelpon sama ibu Kusuma malam-malam. Itu hari pertama aku masuk kerja tuh. Terus tiba-tiba ibu Kusuma marah gara-gara harga penginapannya sama kantor diturunin, padahal lagi hari libur. Aku panik kan. Padahal paginya aku ke kantor itu baru perkenalan. Belum disuruh kerja. Kerjanya ngapain aja pun aku belum tahu waktu itu. Terus aku bilang aja itu karena kesalahan sistem. Aku bilang aku bakal diskusi sama tim dan telpon dia lagi besok paginya.

Zea mendengarkan cerita Nata sambil tertawa.

ZEA

(tertawa)

Kamu belum tahu ya mama aku cerewetnya di rumah kayak apa.

Kita melihat Nata yang terus berbicara dan Zea yang hanya mendengarkan sambil tertawa (LONG SHOT).

127 INT. RUMAH GALANG - MALAM

Galang sampai di rumahnya. Jalan menuju dapur. Mencari makanan di meja. Mencari makanan di kulkas. Mencari mie instan di lemari. Nihil. Tidak ada makanan untuk makan malam sama sekali.

128 INT. SUPERMARKET - MALAM

Zia dan Kusuma (ibunya) sedang berbelanja di supermarket. Zia mendorong kereta belanjaan dan ibunya yang mengambil barang.

Ponsel Zia berbunyi.

INTERCUT:

ZIA

Lang? Kenapa?

GALANG

Mau makan bareng enggak?

ZIA

Gue lagi belanja nih sama nyokap.

GALANG

Oh okedeh. Enjoy.

ZIA

Bukannya lo pulang sama Jeje? Kenapa enggak makan sekalian?

GALANG

Dia ada janji sama temennya. Enggak jadi gue antar pulang.

(beat)

Yaudah Zi. Dahhh.

ZIA

Oke.

(beat)

(menggumam)

Teman? Siapa lagi coba teman Jeje kecuali gue, Bia, sama Galang?

KUSUMA

(ke Zia)

Siapa tadi?

ZIA

Galang ajak aku makan.

KUSUMA

Kenapa kamu enggak suruh dia ke rumah kita aja? Supaya dia bisa makan bareng di rumah kita.

ZIA

(cengar-cengir)

Enggak kepikiran.

KUSUMA

Kasihan itu Galang kan tinggal sendiri. Mama sama papanya udah enggak ada. Mungkin dia lagi enggak punya makanan di rumah. Makanya sampai ajak makan kamu di luar gitu. Kesepian kali dia.

Zia terlihat merasa bersalah. Lalu mengambil ponselnya kembali dari kantong. Menelpon Galang.

129 INT. RUMAH GALANG - MALAM

Ponsel Galang di atas meja dapur bergetar. Ada panggilan dari Zia. Galang berada di depan pintu, hanya membawa jaket dan dompet, siap-siap ke luar rumah. Tidak mengetahui ponselnya bergetar.

130 EXT. TROTOAR PINGGIR JALAN - MALAM

Galang berjalan santai di trotoar pinggir jalan. Melewati toko-toko yang masih buka. Dari kaca sebuah toko, Galang melihat sebuah saxophone yang dipajang. Melihat saxophone membuatnya mengingat masa lalu.

CUT TO:

131 EXT. TROTOAR PINGGIR JALAN - SIANG

FLASHBACK

Bia, Zia, Galang, dan Zea berjalan santai di trotoar pinggir jalan. Melewati toko-toko yang masih buka. Dari kaca sebuah toko, Zea melihat sebuah saxophone yang dipajang.

ZEA

Aku tahu tipe ideal cowok yang aku mau kayak apa.

BIA

(ke Zea)

Apa?

ZEA

Kayak pemain saxophone.

BIA

Pasti habis lihat saxophone?

Bia menoleh ke belakang, mencari. Lalu Bia melihat saxophone yang dilihat Zea.

BIA

(tertawa)

Benar kan aku bilang.

GALANG

Kenapa pemain saxophone?

Kalau lihat di tv tv kan pemain saxophone suka ngeluarin urat urat di leher. Itu kereeen banget. Kelihatan cowok banget gitu.

GALANG

(heran, melirik ke Zia)

Hah? Sejak kapan urat bisa keren.

ZEA

Terus nih ya. Apalagi kalau cowok pakai kemeja lengan panjang, terus lengan kemejanya dilipet sampai siku. Duh. Sumpah keren banget itu. Enggak bisa berkata-kata. Aku bisa langsung klepek-klepek.

Zia dan Galang saling melirik satu sama lain. Heran dengan perkataan Zea.

BIA

Kalau buat aku nih ya, tipe ideal cowok aku itu yang bisa nyetir pakai satu tangan. Apalagi kalau lagi parkir. Terus cowoknya lihat kebelakang gitu sambil nyetir pakai satu tangan. Duh. Itu bikin klepek-klepek sih.

Zia dan Galang saling melirik satu sama lain lagi untuk kedua kalinya. Heran dengan perkataan Bia.

CUT BACK TO:

132 EXT. TROTOAR PINGGIR JALAN - MALAM

PRESENT

Galang tertawa kecil. Lalu melanjutkan langkahnya. Masuk ke dalam toko kecil serba ada di sebelah toko musik tempat dimana saxophone dipajang.

133 INT. TOKO KECIL SERBA ADA/TOKO KELONTONG - MALAM

Galang menuju ke barisan tempat mie instan. Mengambil satu mie instan. Berpikir. Lalu mengambil dua mie instan. Berpikir lagi. Galang jalan ke dekat kasir, mengambil keranjang belanjaan. Lalu mengambil banyak mie instan dan memasukkannya ke dalam keranjang belanjaan.

134 INT/EXT. TEMPAT MAKAN DI PINGGIRAN - MALAM

Nata dan Zea melahap nasi gorang pesanan mereka.

ZEA

Film yang tadi bagus deh. Tokohnya punya karakter yang kuat. Dialognya juga unik. Apalagi endingnya. Nunjukkin kalau karakter utama ceweknya itu karakter yang kuat. Jarang kan karakter cewek kuat sampai akhir? sampai ending?

Nata menatap Zea heran.

ZEA

Kenapa? Kok tatapannya gitu banget?

NATA

Orang awam yang habis nonton film itu biasanya cuma kasih review kayak, "Filmnya tadi sedih ya." atau "filmnya tadi endingnya bikin gereget ya" atau "ih harusnya si A jadiannya sama si B".

(beat)

Kamu suka film ya? Cinephilia?

ZEA

Hmmm. Bisa dibilang gitu. Tapi aku bukan expert film loh. Cuma sekadar nge-fans. Sekadar suka.

(tertawa)

Tapi sukanya sampai ke taraf yang aku bisa nonton film tiap hari.

(beat)

Kamu suka film juga?

NATA

(tersenyum)

Aku pembuat film. Suka ikut lomba-lomba.

ZEA

Dan... menang?

Nata mengangguk perlahan.

Zea menganga. Kaget sekaligus kagum.

NATA

(menyuruh Zea)

Mingkem.

ZEA

Hahaha. Aku baru kali ini ketemu sama pembuat film. Langsung starstruck nih.

NATA

Aku bukan star kali. Lagi pula aku udah berhenti.

ZEA

Kenapa?

NATA

Cuma dari film, susah untuk menghidupi diri sendiri, apalagi untuk menghidupi orang tua. Harus jadi pembuat film terkenal kalau mau tetap hidup. Atau... ya kayak aku. Cari opsi kerjaan lain.

(beat)

Memang ya. Realita sama mimpi memang suka bentrok. Kita manusia harus bisa berusaha berdiri di tengah-tengah keduanya. Menjalani realita dengan senang hati, di saat yang sama juga harus mengejar mimpi. Supaya bisa bertahan hidup, tapi juga supaya bisa tetap hidup.

ZEA

Aku enggak nyangka kamu sedewasa ini.

NATA

(tertawa)

Berkat bertahun-tahun bikin dan nonton film, tanpa sengaja jadi suka mengambil pesan hidup dari film yang dibikin dan ditonton.

ZEA

(tertawa)

Nonton film memang ada gunanya ya.

135 EXT. TROTOAR PINGGIR JALAN - MALAM

Galang keluar dari toko. Membawa satu tas keresek putih berisi mie instan. Berjalan kembali ke rumah.

Galang kembali melihat saxophone yang dipajang di toko. Membuatnya lagi-lagi mengingat masa lalu.

CUT TO:

136 EXT. TROTOAR PINGGIR JALAN - SIANG

FLASHBACK

Galang berdiri di depan toko saxophone yang sama, toko yang sewaktu itu dilihat oleh Zea.

Memandangi saxophone dari luar.

Galang lalu membuka pintu toko.

137 INT. TEMPAT LES MUSIK - MALAM

FLASHBACK

GURU LES

(ke Galang)

Pulang kuliah?

GALANG

Iya.

GURU LES

Hebat kamu atur waktunya. Biasanya anak kuliahan sibuk skripsi.

Galang hanya tersenyum. Lalu memainkan melodi dengan saxophone sembari dilatih oleh guru lesnya.

138 INT. UNIVERSITAS - SIANG

FLASHBACK

Sepulang kuliah, Galang menunggu Zea.

Galang melihat Zea dari kejauhan dan langsung menghampiri Zea.

GALANG

Je, nanti malam datang ya ke kafe ini. Aku manggung sama anak-anak ekskul musik lainnya.

Zea menerima catatan bertuliskan nama kafe beserta alamatnya yang diberikan Galang.

ZEA

(tersenyum)

Oke.

139 INT. KAFE - MALAM

FLASHBACK

Galang bermain musik bersama teman band kuliahnya di sebuah kafe. Galang memegang saxophone. Galang melihat ke arah kursi pengunjung. Mencari Zea. Namun Zea tidak terlihat. Wajah Galang sedih.

140 INT. KAMAR ZEA - MALAM

FLASHBACK

Bia dan Zea mengerjakan tugas bersama di kamar Zea. Zea tertidur di meja belajarnya.

Bia berusaha membangunkan Zea yang sedang tertidur pulas.

CUT BACK TO:

141 EXT. TROTOAR DI PINGGIR JALAN - MALAM

Galang tersenyum sendiri setelah mengingat masa lalu. Terlihat kasihan pada dirinya sendiri.

Galang kembali berjalan. Kita melihat sisi belakang Galang yang berjalan sembari membawa tas belanjaan.

142 INT. RUMAH GALANG - MEJA MAKAN - MALAM

Galang melahap mie instan langsung dari panci yang dipakai untuk memasak. Seorang diri.

143 INT. KAMAR ZIA - MALAM

Zia sedang membereskan kamarnya.

KUSUMA (O.S.)

(berteriak)

Zia... cucian baju bawa sini! Papa lagi mau cuci baju nih.

Zia memilah baju baju yang berserakan di kasur. Zia memegang kemeja putih berlengan panjang. Berusaha mendeteksi apakah baju itu kotor atau tidak.

CUT TO:

144 INT. KAMAR ZIA - MALAM

FLASHBACK

Zia bercermin dengan mengenakan kemeja putih berlengan panjang. Lalu melipat lengan panjangnya sampai siku. Menyisir rambut. Menggunakan parfum. Lalu keluar kamar.

145 INT. KAFE - SIANG

FLASHBACK

* Kembali ke scene nomor 9*

Bia dan Zia duduk berhadapan di sebuah kafe. Bia memainkan sedotan di dalam gelas sembari menatap Zia. Terlihat bosan. Zia sibuk dengan laptopnya.

Kita melihat Zia mengetik dan melihat lengannya yang dilipat hingga siku (B.C.U.).

Bia berdiri dari tempat duduk dan menghela napas.

ZEA

Aku pergi.

Bia memalingkan badannya dari Zia. Berjalan keluar dari kafe. Kita melihat Bia yang berjalan semakin menjauh dari Zia. Kita melihat sisi belakang Zia yang berdiri memandangi Bia. Tangannya mengepal dengan lengan yang masih dilipat hingga siku (B.C.U.)

CUT BACK TO:

146 INT. KAMAR ZIA - MALAM

PRESENT

Zia melihat kemeja yang ia pegang dengan raut wajah yang penuh sesal. Zia lalu berjalan keluar kamar, masih memegang kemeja putihnya.

147 INT. RUMAH ZEA/ZIA - RUANG KELUARGA - MALAM

ZIA

Ini ma.

Zia menyerahkan kemeja putih ke Kusuma.

KUSUMA

Cuma ini yang dicuci?

ZIA

Dibuang juga enggak apa-apa.

Zia lalu pergi. Kembali ke kamarnya.

KUSUMA

Kok dibuang sih. Kayaknya masih bagus ini.

Kusuma melihat-lihat kemeja putih Zia dengan seksama. Mendeteksi apakah ada kecacatan.

148 EXT. DEPAN RUMAH ZEA - MALAM

Zea berdiri menghadap ke Nata yang duduk di motornya. Zea melepaskan helm dan memberikannya ke Nata.

ZEA

Makasih ya.

NATA

Aku yang seharusnya bilang makasih. Karena hutang budi aku lunas.

Zea tersenyum.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar