Skenario: Bukan Bunga Layu
7. BAGIAN 7

87 INT. TEMPAT MAKAN DI YOGYAKARTA - SIANG

Kita melihat sop di depan Zea dan Nata (C.U.). Keduanya antusias dan langsung melahap.

CUT TO:

88 INT. TEMPAT MAKAN DI YOGYAKARTA - SIANG

Piring di hadapan Zea dan Nata kosong. Makanannya habis tak ada yang tersisa.

ZEA

(antusias)

Pesen satu pecel bagi dua, setuju?

NATA

SETUJU.

Nata dan Zea tertawa.

NATA

Eh, bukannya kita harus kejar kereta jam 15.00? Biar enggak penuh? Enggak kebayang minggu malam penuhnya kayak apa.

ZEA

Ssst. Dekat banget. Tinggal ngesot.

Tidak ada alasan untuk tidak makan lagi. Nata dan Zea tertawa lagi.

89 INT. STASIUN KERETA JAKARTA - MALAM

Nata dan Zea berjalan berdampingan sambil bercengkerama.

ZEA

Coba kalau besok bukan senin. Minum kopi jos nya bisa malam ini nih.

NATA

Bener juga... Mantap tuh, sambil lihat tugu jogja.

90 INT/EXT. PINTU KEDATANGAN STASIUN KERETA JAKARTA - MALAM

Galang dan Bia serta anaknya (Cia) berdiri menunggu di luar stasiun. Di area kedatangan. Menunggu Zea.

Bia yang sedang menggendong anaknya cemberut sembari memandang Galang.

BIA

(cemberut)

Gue nikah, lo enggak datang. Zea cuma pulang dari Jogja, lo bela-belain jemput dia malam-malam gini. Sahabatnya nikah, beli tiket pesawat kek pulang ke Indonesia.

GALANG

Gue minta maaaf... banget. Masalah gue enggak datang ke acara nikahan lo, gue mengaku salah. Gue mingkem deh. Gue tahu gue enggak bisa beralasan apa-apa.

BIA

Oke masalah nikah itu urusan antara gue dan lo. Lo masih berhutang sama gue. Cia saksinya ya.

Tapi, masalah Jeje. Udah bertahun-tahun gue bantuin lo. Tapi enggaaak ada hasilnya.

GALANG

Gue juga bingung. Karena cinta harus dua arah, gue cuma bisa menunggu.

(beat)

Kalau aja cinta bisa satu arah.

(beat)

(sedih)

Gue takut bikin Zea tertekan dan enggak nyaman. Kalau ada lo kan seenggaknya keberadaan gue bisa bikin dia lebih nyaman.

BIA

(merasa bersalah)

Duh. Paling enggak bisa gue lihat mata lo sedih memelas gitu.

Galang menatap Bia. Tersenyum lega.

Bia melihat Zea keluar dari pintu kedatangan. Zea dari kejauhan berjalan ke arahnya.

Zea dan Nata terlihat berjalan sembari bercengkerama. Tidak tahu ada Galang dan Bia menjemput.

BIA

(ke Galang)

Zea dateng, Zea itu Zea dateng.

Galang sedikit gugup. GLUP! menelan ludah. Mengepalkan tangan. Menghela napas.

BIA

(ke Galang)

Kok... kayaknya ada cowok ya. Itu siapa? Kok gue enggak kenal.

Galang terlihat penasaran, tambah gugup.

BIA (O.S.)

JEJE!!!

Zea mendengar suara seseorang memanggilnya. Tapi tidak tahu dari arah mana.

Bia melambai-lambaikan tangan.

Zea melihat Cia. Lalu baru melihat lambaian tangan Bia.

Zea berjalan ke arah Cia. Berlari kecil. Nata mengikuti Zea dari belakang.

ZEA

(ke Cia)

CIAAA!!! Ngapain Cia kesini? Kangen sama kak Jeje? Iya? Kangen?

Galang memandang Zea yang ada di depannya. Tatapannya penuh pertanyaan.

Bia memandang Nata yang berdiri agak berjarak di depannya. Tatapannya penuh pertanyaan.

Nata memandang Zea yang sedang berinteraksi dengan Cia. Tatapannya manis.

ZEA

(ke Bia, ke Galang)

Kenalin, ini Nata.

Zea menghidupkan keheningan.

NATA

(ke Bia, ke Galang)

Halo. Gue Nata.

BIA

(menundukkan kepala)

Bia.

Galang tetap memandang Zea. Tidak sekalipun mengalihkan tatapannya dari Zea.

Nata menunggu perkenalan dari Galang. Bia yang mengetahui hal itu, langsung memukul punggung Galang dengan tangannya. Membuat Galang tersadar.

Galang baru melihat Nata.

GALANG

Halo. Gue Galang.

NATA

Gue yang urus penginapan punya ibunya Zea. Habis ambil foto penginapannya buat dimasukkan ke website. Seharusnya janjiannya sama ibu Kusuma. Tapi karena ibu Kusuma ada halangan, jadi Zea yang dikirim ke Jogja.

BIA

(ke Zea)

Oh. Aku baru tahu mama kamu pakai agensi buat penginapannya?

Zea mengangguk. Membenarkan bahwa Kusuma menggunakan jasa agensi untuk mengurus penginapan.

BIA

(ke Nata)

Agensinya namanya apa?

NATA

(ke Bia)

InapNesia

ZEA

(ke Nata)

Hmm. Makes sense. InapNesia. Singkatan dari "Menginap di Indonesia"?

NATA

(tertawa)

Hmmm. Mungkin. Gue sejujurnya baru banget sih kerja di sana.

BIA

(menggumam)

Hah? Bentar. InapNesia?

NATA

(ke Bia)

Iya. Kenapa?

BIA

(ke Zea)

Je. Itu kan perusahaan tempat temen aku kerja yang punya posisi kosong. Yang posisinya aku tawarkan ke kamu kemarin tapi kamu enggak ambil.

NATA

(ke Zea)

Aku berhutang budi ke kamu dua kali dong ya.

Mendengar Nata menggunakan panggilan "aku" "kamu" ke Zea, Galang langsung menatap Nata. Memandanginya dengan penuh tanda tanya. Perasaannya tidak enak. Ada rasa cemburu.

ZEA

(ke Nata)

Kenapa?

NATA

(ke Zea)

Karena kamu enggak terima posisinya, aku jadi dapat kerjaan.

ZEA

Lebih tepatnya, karena rejeki semua udah ada yang atur.

BIA

Kawan-kawanku tercinta. Mau pulang enggak? Kasian si bayi harus tidur.

NATA

Oh sorry sorry. Gue pulang juga ya kalau gitu.

ZEA

(ke Nata)

Pulang pakai apa? Mau ikut kita?

Mendengar Zea menawarkan tumpangan kepada Nata, Galang dan Bia saling berpandangan. Mereka merasa heran akan tingkah laku Zea.

NATA

(ke Zea, tersenyum)

Enggak. Aku ninggalin motor di sini.

(beat)

Gue duluan ya.

Nata berjalan pergi menjauh dari Bia, Galang, Zea dan Cia.

91 EXT. AREA LUAR STASIUN KERETA JAKARTA - MALAM

Kita melihat Nata berjalan ke arah yang ia tuju, parkiran motor. Nata berjalan dengan tempo pelan. Tatapan matanya penuh dengan pikiran. Tidak tenang. Tahu jika Zea tidak mudah untuk didapatkan. Ada berbagai variabel. Salah satunya, Galang.

92 INT/EXT. DI DALAM MOBIL YANG BERJALAN - MALAM

Zea dan Galang duduk di barisan depan. Galang yang menyetir. Bia dan Cia duduk di belakang.

ZEA

(ke Bia)

Kenapa jemput sih Bi. Tumben. Aku kan udah kepala 3. Malu deh pakai dijemput segala.

BIA

Apa lagi kalau bukan karena rengekannya Ga...

Galang melihat Bia melalui kaca spion. Kita melihat mata Galang memelas dari kaca spion (B.C.U.). Kepalanya menggeleng. Memohon Bia untuk tidak mengatakan apa-apa.

Bia melihat bahasa isyarat Galang.

BIA

Rengekannya Cia. Cia kangen kayaknya sama kamu.

ZEA

(menoleh ke belakang)

Cia kangen sama kak Jeje?

Cia tertidur pulas. Zea malu. Zea kembali melihat ke depan.

Ada keheningan di dalam mobil. Zea melihat jalanan malam dari jendela di sampingnya. Galang terlihat ingin berbicara, tapi tertahan oleh ketidakyakinannya. Bia tidak tahan berada di keheningan dan hawa canggung.

Bia melepas kecanggungan.

BIA

(ke Zea)

Je, kamu enggak sadar Galang pulang?

ZEA

(melirik Galang)

Sadar lah. Kan dia duduk satu mobil sama kita.

GALANG

(ke Zea)

Kok tadi enggak nyapa aku? Malah nyapa Cia. Kamu kan hampir tiap minggu ketemu Cia. Enggak ketemu aku 2 tahun.

Zea menatap Galang heran.

Bia kaget mendengar Galang. Memijat kepalanya. Kecewa dengan perkataan Galang. Mulai sadar usaha Galang mendekati Zea tidak akan berhasil.

Galang langsung menyesali perkataannya. Menggigit bibir. Sangat menyesal. Kecewa pada dirinya sendiri.

93 INT/EXT. DEPAN RUMAH ZEA - DI DALAM MOBIL - MALAM

Mobil Galang berhenti di depan rumah Bia. Zea dan Galang secara bersamaan menengok ke belakang. Bia dan Cia tertidur. Anak dan ibu posisinya sama-sama kemana-mana.

ZEA

Bi, sampai rumah.

Bia perlahan bangun.

ZEA

Ibu sama anak kok ya kembar. Mobil jalan langsung merem.

BIA

(mencoba untuk sadar)

Sampai ya.

Bia berusaha menggendong Cia dan siap-siap keluar dari mobil.

Bia melambaikan tangan ke Zea dan Galang dari luar mobil.

BIA

(ke Galang)

Thank you ya lang.

GALANG

(ke Bia, tidak bersuara, hanya gerakan bibir)

Thank you.

94 INT/EXT. DI DALAM MOBIL YANG BERJALAN - MALAM

ZEA

(ke Galang)

Kapan pulang?

GALANG

Kemarin sore.

Zea kembali diam. Galang juga tidak balik bertanya.

Perjalanan mereka menuju pulang diselimuti keheningan dan kecanggungan.

95 INT. KAMAR ZEA - MALAM

Zea masuk ke dalam kamar. Meletakkan tas secara sembarangan.

ZEA

(berbicara sendiri)

Canggung banget. Sumpah canggung banget.

96 INT. KAMAR GALANG - MALAM

Galang masuk ke dalam kamar. Meletakkan kunci mobil di atas meja.

Galang meremas-remas rambutnya sendiri. Kesal.

97 INT. RUMAH ZEA - RUANG MAKAN - DEPAN KULKAS - MALAM

Seluruh bagian rumah Zea gelap. Sudah tidak ada aktifitas.

Zea membuka kulkas. Mengambil air putih dingin dan meminumnya.

TING!

Ponsel yang Zea pegang berbunyi. Ada satu pesan dari Nata. Zea membukanya.

Nata mengirim foto tugu Jogja yang sudah diedit (B.C.U.)

ZEA

(menggumam sendiri)

Lah. Malah kirim foto tugunya aja. Fotoku mana?

Zea mengembalikan botol air putih ke dalam kulkas. Menutup kulkasnya kembali.

CETEK! Zia menyalakan lampu ruang makan.

ZIA

(kaget)

HAAAHHH!

Zia kaget melihat Zea sedang berdiri di kegelapan.

Zea melihat Zia tak berekspresi. Bingung.

ZIA

Jeje! Napas tuh bersuara kek. Kan serem malem malem gini tiba-tiba ada penampakan.

ZEA

(sebal)

Emang aku hantu. Penampakan.

Zea meninggalkan ruang makan, meninggalkan Zea. Berjalan ke arah kamarnya.

ZIA (O.S.)

(suara sedikit keras)

Galang pulang.

ZEA

(serius)

Iya. Tahu.

Raut wajahnya langsung berubah menjadi serius.

98 INT. RUMAH ZEA - RUANG MAKAN - PAGI

TING TONG!

Galang membunyikan bel. Zia, Irawan, Zea, dan Kusuma yang sedang sarapan heran siapa yang datang ke rumah mereka pagi-pagi.

CUT TO:

99 INT/EXT. DEPAN PINTU RUMAH ZEA - PAGI

Kusuma membuka pintu. Melihat Galang di depannya. Kusuma kaget dan senang melihat Galang. Galang pun tersenyum.

CUT BACK TO:

100 INT. RUMAH ZEA - RUANG MAKAN - PAGI

KUSUMA (O.S.)

Zia... ada Galang!

ZIA

Zea kali ma.

Zea melirik Zia. Mengerutkan dahi.

IRAWAN

Apa ini... Papa merasakan sinyal sinyal cinta lama bersemi kembali.

ZEA

(ke Irawan dan Zia)

Apasih.

ZIA

(ke Zea)

Aku berangkat duluan ya. Kamu berangkat sama Galang aja.

Zia buru-buru berdiri dari kursi. Mengambil jaket motor dan helm.

ZIA

(ke Irawan)

Dah papa.

Zea terlihat bingung. Panik.

101 INT/EXT. DEPAN PINTU RUMAH ZEA - PAGI

Di depan pintu Zia menepuk bahu Galang. Tersenyum dan mengedipkan satu mata.

Galang membalas gestur Zia dengan tertawa kecil. Gemas dengan sikap Zia.

102 INT/EXT. DI DALAM MOBIL BERJALAN - PAGI

ZEA

Besok lagi kamu enggak perlu antar aku ke kantor

GALANG

Siapa yang mau antar kamu ke kantor terus-terusan?

Ini karena kita partner kerja. Belum lihat grup Whatsapp kantor?

Kita disuruh ke client.

Zea kaget. Buru-buru mengambil ponsel dari tasnya. Mengecek grup Whatsapp kantor seperti yang Galang katakan.

Menyadari perkataan Galang benar, Zea menjadi malu sendiri dan salah tingkah.

Zea menjadi sibuk membenahi posisi duduknya. Menelan ludah.

Galang melirik ke arah Zea. Mengetahui Zea sedang salah tingkah. Galang tersenyum sendiri.

ZEA

(ke Galang)

Dari hari apa balik kerja lagi?

GALANG

Hari ini.

ZEA

Bukannya mau jadi saxophonist? Kok balik lagi ke dunia bisnis?

GALANG

Break selama 2 tahun kemarin mengajarkan aku kalau mau bermimpi itu harus punya uang. Kalau mau bermimpi itu harus sadar akan realita.

Aku bersyukur kerjaan aku ada hubungannya sama musik, bidang yang aku suka. Aku bakal menjalani realita dengan senang hati, dengan kerja di perusahaan. Di saat yang sama aku juga bisa pakai bakat aku di bidang musik buat dukung kerjaan aku. Aku juga masih bisa ngeband bareng Zia, sama anak band lainnya buat raih cita-cita aku sebagai saxophonist.

ZEA

Jawabnya bijak banget.

GALANG

Tambah charming?

ZEA

No comment.

Galang tersenyum.

ZEA (V.O.)

Realita... Mimpi... Cita-cita.

Zea melihat ke jalanan melalui jendela sampingnya. Tatapannya jauh ke luar. Tatapan Zea penuh dengan pikiran.

103 INT. PERUSAHAAN KLIEN - PAGI

Zea dan Galang terlihat sedang berdiskusi dengan client.

Sedikit-sedikit Galang melirik Zea.

Galang terlihat senang dan bangga ketika melihat Zea berdiskusi dengan client.

104 INT/EXT. KAFE - MALAM

Zea, Zia, Bia, dan Galang duduk bersama di sebuah kafe.

Zia berhadapan dengan Bia. Zea berhadapan dengan Galang.

Zia duduk sejajar dengan Zea. Bia duduk sejajar dengan Galang.

Kita melihat rasa canggung antara Zia dan Bia juga rasa canggung antara Galang dan Zea.

Hening. Semuanya canggung sampai Galang berbicara.

GALANG

Jadi, terakhir kapan pada kumpul?

Semua masih terdiam. Tidak menjawab.

GALANG

Gue pulang agak bahagia sedikit kek. Kalaupun enggak senang lihat gue pulang, seenggaknya akting kek demi gue.

Setelah ada beberapa jeda keheningan, masih dalam keadaan duduk, Bia memeluk Galang yang duduk di sampingnya.

Galang balik memeluk Bia.

ZIA

(mengangkat satu tangan)

Gue udah ya kemarin.

Galang tertawa.

Galang melihat Zea yang melihat ke bawah.

Galang berdiri dari kursi. Melangkah sedikit ke arah Zea. Memeluk Zea yang sedang duduk. Memeluk erat.

Mata Zea terbelalak dalam pelukan Galang. Kaget.

Zia dan Bia pun turut kaget melihat gerak-gerik Galang yang tegas dan berani.

ZIA

(ke Galang)

Lang, lo enggak merasa Zea berubah?

Mendengar Zia bertanya padanya, Galang melepaskan pelukannya. Kembali ke tempat duduknya.

GALANG

(melihat Zea)

Merasa.

ZIA

Lo enggak kaget?

(beat)

Gue sama bokap gue kagetnya setengah mati.

GALANG

(melihat Zea)

Kaget sih.

ZEA

(ke Galang)

Kok kemarin kemarin enggak bilang atau nanya apa-apa?

GALANG

Kamu operasi plastik?

ZEA

Enggak.

GALANG

Ya udah. Apanya yang harus dipermasalahkan?

Zia meletakkan ponselnya di samping wajah Zea. Menunjukkan perbedaan antara Zea yang sedang duduk dan Zea dalam bentuk foto (saat Zea masih menarik) yang ada di ponselnya kepada Galang.

ZIA

(ke Galang)

Dari ujung kepala sampai kaki beda banget enggak sih?

BIA

(menggigit jari)

Gue masih enggak bisa lihat perbedaan apa-apa.

Bia masih heran mengapa dia tidak bisa melihat apa yang Zia lihat.

GALANG

(ke Zia)

Lo masih bisa lihat cewek yang di samping lo itu adik lo kan?

ZIA

(mengangguk)

Syukurnya sih masih.

GALANG

(ke Bia)

Lo masih bisa lihat cewek yang di depan gue ini sahabat lo kan?

BIA

Jujur di mata gue Zea sama aja.

GALANG

Setiap orang bisa berubah. Bisa berubah penampilannya, bisa berubah karakternya. Termasuk Zea. Seringnya, perubahan itu bisa jadi sumber masalah.

Tapi selama orang yang melihat Zea merasa Zea itu sama, selama kita percaya kalau Zea adalah orang yang sama, masalah apapun itu enggak akan muncul.

Kadang, kalau kita merasa orang itu berubah, mungkin bukan karena mereka berubah. Tapi karena cara pandang kita ke orang itu yang berubah. Seiring berjalannya waktu.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar