Skenario: Bukan Bunga Layu
6. BAGIAN 6

70 EXT. JALANAN DI YOGYAKARTA - MALAM

Nata dan Zea berjalan berdampingan di jalanan Yogyakarta. Berniat mengunjungi Tugu Jogja.

Zea berjalan sembari menyilangkan kedua tangan di depan dadanya. Pandangannya lurus ke depan. Kecepatan langkahnya kadang cepat, kadang juga lambat. Terlihat sedang banyak pikiran.

Nata berjalan sembari bolak balik memperhatikan Zea, langkah kakinya, dan langkah kaki Zea. Berusaha mengikuti kecepatan langkah Zea.

Kita melihat pergerakan langkah kaki Zea, lalu langkah kaki Nata yang berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah Zea (C.U.)

ZEA

(ke Nata)

Kamu enggak kaget?

Nata yang sedang fokus menyamakan langkahnya, sedikit kaget mendengar Zea berbicara. Zea melepas keheningan.

NATA

Kaget kenapa?

ZEA

Karena penampakan aku.

NATA

(tertawa)

Emangnya hantu, penampakan.

Tiba-tiba Zea menghentikan langkahnya. Menghadapkan badannya ke arah Nata. Melihat Nata.

Nata ikut berhenti. Mengerem gerakan kakinya.

ZEA

(penasaran)

Lihat aku dengan seksama deh. Memangnya enggak ada yang aneh?

Kita melihat Zea dari atas ke bawah. Zea dari pandangan Nata adalah Zea yang memiliki sedikit garis keriput, mata sayu, wajah dan badan yang sedikit menggendut. Tidak lagi langsing.

Pandangan tajam Zea ke arahnya membuat Nata kaget dan tidak fokus. Nata ingin segera pergi dari situasi tersebut.

Nata melihat sekelilingnya. Zea heran melihat Nata yang malah mengalihkan matanya.

NATA

(mengalihkan perhatian)

Itu tugu Jogja kan?

Zea mengangguk.

NATA

Ngobrolnya sambil jalan aja yuk.

ZEA

(mengangguk)

Hmmm. Oke.

Nata dan Zea kembali berjalan lagi. Menuju tugu Jogja yang sudah dekat dengan mereka.

NATA

Menurut aku, enggak ada yang aneh.

(beat)

Ternyata itu yang dari tadi bikin kamu jalannya jadi kaya robot?

Zea memasang raut wajah heran dan manatap Nata.

ZEA

(ke Nata, mengerutkan dahi)

Hmmm?!

NATA

(ke Zea, mengerutkan dahi)

Hmmm?!

ZEA

Aku enggak salah dengar kamu barusan pakai panggilan "aku" "kamu"?

NATA

Oh...

Enggak enak kamu bilang "aku" "kamu" tapi aku bilang "gue" "lo"

ZEA

Kenapa? Enggak apa-apa kali. Sudah seharian kamu pakai "gue" "lo".

NATA

Mungkin aku aja yang mau mengalah.

ZEA

Maksudnya?

NATA

Biasanya orang lain yang ikut-ikut jadi pakai "gue" "lo". Ternyata kamu tetap teguh pendirian. Jadi aku memutuskan untuk mengalah.

ZEA

(tertawa)

Kakak aku aja enggak pernah sengaja untuk kalah buat adiknya, ngapain kamu pakai mengalah segala.

NATA

Hmmm. Anggap aja ini adalah bentuk niat aku, sebagai perwakilan orang Jakarta yang baik, untuk menghargai bahasa Indonesia?

ZEA

(antusias)

Mau tinggal di Jogja, Bandung, Sumatra, orang Jakarta selalu pakai "gue" "lo". Dan yang paling aku sebal, kalau orang lokalnya sendiri enggak ikut-ikutan pakai "gue" "lo", apalagi kalau ngobrolnya antara cewek dan cowok, suka banget tuh dibawa ke hati. Namanya kalau sekarang "baperan". Cowoknya jadi kegeeran.

NATA

(tertawa)

Semangat banget marahnya.

(beat)

Jadi, gimana? Mau keluarin unek-unek apalagi? Mumpung ada perwakilan orang Jakarta yang siap mendengarkan nih.

ZEA

(menghela napas, menenangkan diri)

Hmm. Udah.

Zea lalu tertawa. Nata pun tertawa.

71 EXT. JALANAN DI YOGYAKARTA - DEPAN TUGU JOGJA - MALAM

Zea dan Nata sampai di depan tugu Jogja. Nata terlihat memosisikan kameranya untuk memotret tugu Jogja yang dihiasi lampu, berkat sentuhan kombinasi lampu jalan dan lampu mobil yang berlalu lalang.

ZEA

Silakan... di foto...

NATA

(tersenyum)

Terima kasih.

Nata mengambil gambar dari berbagai sisi. Berusaha mendapatkan hasil foto yang bagus.

Setelah selesai berpindah-pindah tempat, Nata merasa kehilangan Zea. Menengok ke samping, ke belakang, mencari Zea. Beberapa saat kemudian menemukan Zea berdiri diam agak berjarak di belakangnya.

Nata memotret Zea dari kejauhan. Cekrek! Cekrek! Cekrek!

Zea tersadar ada kamera ke arahnya. Zea berjalan menghampiri Nata. Kita melihat dari layar kamera (dari pandangan Nata) kalau Zea lama-lama mendekat ke arah Nata (SLOW MOTION).

Zea mendekatkan matanya ke lensa kamera. Menatap lensa kamera. Membuat Nata bisa melihat mata Zea dari layar kameranya. Secara tidak langsung mata mereka saling bertemu, tapi tanpa bisa melihat satu sama lain.

Mata Nata bergoyang, tidak fokus. Salah tingkah.

Zea mengalihkan tatapannya dari lensa kamera, menatap Nata yang ada di depannya.

ZEA

(bercanda)

Kalau mau ambil foto, bukannya harus ijin dulu?

NATA

Oops, sorry.

ZEA

Aku maafkan kalau kirim fotonya ke aku.

NATA

(tersenyum)

Oke.

(beat)

Jadi, apa yang unik dari Tugu Jogja? Kenapa kesini?

ZEA

Karena... Tugu Jogja jantungnya kota Jogja.

NATA

Pusat kehidupan?

ZEA

(serius)

Tugu Jogja letaknya ada di tengah tengah kota. Di antara gunung merapi sama keraton. Makanya di sebut jantungnya kota.

Kalau pusat kehidupan, bisa sih dibilang gitu. Daerah sini memang paling ramai.

Terus ya, lebih uniknya lagi, kalo kita tarik garis dari titik gunung merapi, ke tugu jogja, sampai ke keraton, garisnya lurus loh. Keren kan penataan kotanya.

Nata fokus mendengarkan. Tatapannya dalam.

Zea menginterpretasikan raut wajah Nata seperti Nata merasa bosan mendengarkan penjelasannya.

ZEA

Enggak penting sih. Haha.

NATA

Enggak ada informasi yang enggak penting. Tergantung kita nerima informasi itu dari perspektif yang bagaimana.

Kita melihat Zea berceloteh, Nata mendengarkan (LONG SHOT).

72 INT/EXT. KAFE - MALAM

Galang (32) terlihat membawa tas saxophone, berjalan ke arah Zia dan 4 teman band yang sedang tampil di sebuah kafe. Menghibur para pengunjung.

Galang duduk di tempat meja makan yang kosong. Melambaikan tangannya ke Zia. Zia yang sedang menyanyi juga melambaikan tangannya ke arah Galang.

Setelah satu lagu yang Zia nyanyikan selesai, Galang mengeluarkan saxophone dari tas, berjalan ke arah panggung, menaruh tasnya di samping panggung, lalu naik ke panggung.

Ketika Zia dan band mulai memainkan musik, Galang ikut melantunkan melodi dengan saxophone-nya.

Kita melihat Zia, galang, dan 4 teman band lainnya memainkan musik di panggung beserta pengunjung kafe yang menikmati musik mereka.

CUT TO:

73 EXT. JALANAN DI YOGYAKARTA - MALAM

ZEA

Pulang jam berapa? Naik kereta? Pesawat?

NATA

Kamu enggak pulang?

ZEA

Aku mau di sini dulu. Masih mau makan gudeg, sop, sama pecel. Paling besok hari Minggu malam.

NATA

Kebetulan. Aku juga mau pulang besok. Mau pulang bareng?

ZEA

Oke. Aku balik ke penginapan ya. Tinggal di mana malam ini?

NATA

Di rumah teman.

ZEA

Punya kenalan yang tinggal di Jogja? Kenapa enggak ajak dia aja jadi tour guide?

NATA

Orangnya pergi. Baru balik malam ini.

ZEA

(tersenyum)

Oooh. Jadi hari ini kamu berhutang budi sama aku ya?

Nata tersenyum.

NATA

Iya. Pakai banget.

ZEA

Sampai ketemu besok ya.

Zea berjalan menjauh dari Nata. Nata masih berdiri di tempatnya. Memperhatikan Zea yang jalan menjauh sampai Zea sudah tidak lagi dalam jarak pandangnya.

Nata mengeluarkan dompet dari kantong celananya. Dari dompetnya, Nata mengeluarkan tiket kereta YOGYAKARTA - JAKARTA hari Sabtu jam 23.00 malam (hari ini). Nata membuang tiketnya ke tong sampah di dekatnya.

Nata mengeluarkan ponsel dari kantong celananya. Membuka website penginapan. Mencari penginapan terdekat.

CUT BACK TO:

74 INT/EXT. KAFE - MALAM

Zia, Galang, dan 4 teman band masih bermain musik. Mata Galang terlihat sibuk. Mencari seseorang di antara kursi pengunjung.

75 INT. RUMAH PENGINAPAN ZEA - RUANG KAMAR TIDUR - MALAM

Sesudah mandi, dengan handuk di atas kepalanya dan mengenakan baju tidur miliknya Zea duduk di atas kasur. Menggenggam ponsel. Mengirim pesan ke ibunya.

Zea memberi tahu ibunya kalau tugasnya sudah selesai. Lalu Zea sadar, seharian ini dia tidak berkenalan dengan Nata. Apalagi bertukar nomor telepon.

Lalu meminta nomor telepon Nata dan namanya ke ibunya. Kita melihat percakapan melalui pesan antara Kusuma dan Zea melalui layar ponsel.

Setelah mengetahui nomor telepon Nata, Zea mengirim pesan ke Nata. Pesannya berbunyi,

"Hai Nata. Maaf, step pertama terlewat. Supaya tetap sopan, salam kenal. Aku Zea. "

CUT TO:

76 INT. PENGINAPAN NATA - MALAM

Pemilik penginapan menuntun Nata ke kamar pesanan Nata. Memberikan kunci.

PEMILIK PENGINAPAN

(ke Nata, bahasa Jawa)

Menika Mas kuncinipun. Menawi wonten ingkang perlu, hubungi kula. Mangga ngaso rumiyin.

(Ini ya mas kuncinya. Kalau ada apa-apa hubungi saya. Selamat beristirahat)

Nata menerima kunci. Bingung namun mengerti karena gerak-gerik si pemilik.

NATA

(bingung)

Terima kasih mas.

Pemilik penginapan keluar dari kamar Nata. Nata menaruh tas dan kameranya, ingin ke kamar mandi. Telepon genggam di dalam sakunya bergetar.

Nata menghentikan langkahnya. Mengambil ponsel. Ada satu pesan dari nomor yang tidak dikenal. Nata membuka pesannya.

Kita melihat pesan dari Zea dari layar ponsel Nata.

Nata tertawa. Menertawakan kecerobohan dirinya dan tingkah laku Zea. Lalu tersenyum.

CUT BACK TO:

77 INT. RUMAH PENGINAPAN ZEA - RUANG KAMAR TIDUR - MALAM

Zea menerima balasan pesan dari Nata. Pesannya singkat, "Salam kenal juga."

78 INT/EXT. KAFE - MALAM

Galang memeluk 4 anak band satu per satu. Semuanya terlihat antusias bertemu Galang kembali setelah sekian lama.

Galang lalu memeluk Zia. 4 teman lainnya membereskan peralatan musik.

ZIA

(ke Galang)

Gimana? Sampai mana aja lo?

GALANG

(ke Zia)

Haha. Sampai ke tempat yang udah cukup bisa bikin refreshing lah.

ZIA

Bakal masuk kantor lagi?

GALANG

Masih bingung gue.

ZIA

Zea masuk lagi akhirnya.

GALANG

(antusias)

Oh. Beneran?

ZIA

Gila. Masih belum nyerah lo?

Wajah Galang berkata tidak. Ia belum menyerah mendapatkan Zea. Tapi tidak bersuara.

ZIA

Wah gila lo. Tuh anak sampe entar nenek-nenek gue yakin enggak bakal nikah.

GALANG

Santaiii. Gue enggak bilang apa-apa.

(beat)

Zea mana? Enggak nonton lo manggung?

ZIA

Kapan dia nonton gue manggung? Itu jaman kuliah kali. 6 apa 7 tahun lalu.

Lagi ke Jogja anaknya.

GALANG

Ngapain?

ZIA

Bantu emak gue ngurus penginapan. Enggak tau sih gue sebenarnya dia ngapain. Kenapa? Mau nyusul?

GALANG

Elaaah. Enggak. Capek juga gue.

ZIA

Kayaknya anaknya besok balik.

Galang tak bisa menyembunyikan ekspresi senangnya. Pikiran besok bisa bertemu Zea membuat matanya berbinar-binar.

79 INT. PENGINAPAN NATA - MALAM

Kita melihat Nata sedang melihat-lihat foto hasil jepretannya hari ini melalui komputernya. Dari foto penginapan Zea, foto saat di mobil hias, foto makanan, foto tugu jogja, sampai foto Zea seorang diri.

80 INT. KAMAR GALANG - MALAM

Kita melihat tas traveling berukuran besar masih berisi dan sedikit terbuka di lantai kamar Galang. Lalu kita melihat tembok kamar Galang dipenuhi dengan piagam dan piala penghargaan untuk lomba musik klasik.

Galang meletakkan tas saxophone-nya di atas kasur sembari melihat foto dalam figura di atas meja belajarnya. Fotonya bersama Zia, Zea, dan Bia. Galang menatap Zea di dalam foto itu (B.C.U).

81 INT. PENGINAPAN ZEA - RUANG KAMAR TIDUR - PAGI

TING! TING! TING!

Zea masih tertidur pulas. Layar ponsel Zea yang ada di atas meja di sampingnya menyala. Ada 3 pesan muncul sekaligus. Kita melihat satu per satu pesan bermunculan dari layar ponsel Zea.

"Udah bangun?"

"Aku boleh ikut makan gudeg?"

"Sop sama pecel?"

82 EXT. TEMPAT MAKAN GUDEG LESEHAN - PAGI

Kita melihat penjual gudeg di pinggir jalan dan pengunjung duduk lesehan di atas tikar di pinggir jalan sedang makan. Penjual gudeg menyiapkan menu gudeg dengan bubur dan dengan nasi (C.U.).

Zea duduk sendiri di atas tikar. Menunggu Nata sembari menikmati musik yang dinyanyikan oleh pemusik yang ada di daerah situ.

Ada pengunjung laki-laki yang sedang makan gudeg melihat Zea dengan tatapan aneh. Ada juga pengunjung laki-laki yang membisikkan sesuatu ke pasangan perempuannya setelah melihat Zea.

Pemusik jalanan yang sedang menghibur pengunjung bernyanyi dengan mengerutkan dahi, heran melihat Zea.

Melihat Nata di kejauhan, Zea melambai-lambaikan tangannya. Berusaha memberi tahu Nata dimana posisinya.

Setelah beberapa detik Nata mencari, mata mereka bertemu. Nata lalu melambaikan tangannya. Membalas lambaian tangan Zea.

CUT TO:

83 INT. KAMAR GALANG - PAGI

Galang bangun dari tidurnya. Kaget. Langsung buru-buru mengambil ponselnya dan melihat jam. Jam 8 pagi. Galang menghela napas. Merasa lega. Galang menelpon Bia.

INTERCUT:

GALANG

Bi, hari ini yang urus Cia siapa?

BIA

Bapaknya.

GALANG

Berarti gue bisa minta bantuan dong ya.

BIA

Zea sampe Jakarta malam. Gue enggak bisa nemenin lo jemput Zea.

GALANG

(menggaruk kepala)

Tau aja sih lo.

(beat)

(memelas)

Bi. Lo beneran enggak bisa bantu gue? Beneran?

Bia menghela napas. Dilema.

CUT BACK TO:

84 EXT. TEMPAT MAKAN GUDEG LESEHAN - PAGI

Kita melihat Zea dan Nata duduk di atas karpet sambil memegang piring berisikan gudeg.

Zea melihat Nata dengan perasaan bangga karena bisa membawa seorang teman untuk mencoba gudeg, makanan khas dari tempat asalnya.

85 EXT. JALANAN DI YOGYAKARTA - DAERAH NOL KILOMETER - SIANG

Nata dan Zea jalan-jalan menikmati indahnya kota Jogja sembari melihat-lihat sekeliling. Melihat bangunan tua bekas penjajahan Belanda, mengunjungi kedai kopi Jos (kopi dengan arang) dan mencobanya.

86 INT. TEMPAT MAKAN DI YOGYAKARTA - SIANG

Nata menyusul Zea yang sudah duduk terlebih dahulu.

ZEA

Mau sop atau pecel?

NATA

Hmmm. Sop.

ZEA

Oke. Tebakan aku benar.

NATA

Udah pesan?

ZEA

Udah dong. 2 sop.

NATA

Kalau tadi ternyata aku pengennya pecel, gimana?

ZEA

Ya pesen lagi. 2 sopnya buat aku.

Nata tersenyum. Gemas melihat Zea seperti melihat anak kecil yang bahagia saat dikasih makanan.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar