97. INT. RUMAH SAKIT - RUANG RAWAT INAP — SIANG
Ruangan itu sepi tanpa siapapun. Eril sarapan di ranjangnya.
SFX: SUARA TELEVISI MENGGEMA RUANGAN.
ERIL
(bingung penasaran)
INSERT:
Suara presenter berita televisi terdengar jelas :
PRESENTER BERITA
Eril menyuap dan seketika terdiam menatap makanannya mendengar kata "Pantai Lenta". Ia menoleh perlahan ke televisi yang menempel di atas pintu, memperlihatkan mobil sedan berwarna merah marun terparkir di sisi pantai.
ERIL
(menerka-nerka, tercengang penasaran)
PRESENTER BERITA
Pintu tiba-tiba terbuka, Mira datang membawa bingkisan dan Tomi mengikuti di belakangnya. Eril mengalihkan matanya pada mereka dan terkejut benci.
MIRA
(tersenyum canggung)
Eril memalingkan wajah, menatap sarapannya.
MIRA
(canggung)
ERIL
(cuek marah)
MIRA
(menyesal)
Eril masih menatap tajam sarapannya, mengaduk dan menelan makanannya.
ERIL
Mira merasa bersalah.
Eril menahan marah mengaduk-ngaduk nasinya.
ERIL
(kesal)
MIRA
Mira mengeluarkan foto Eril dan Bella yang banyak terlapisi solasi dari dalam tas.
MIRA
Eril menerima foto itu dan memperhatikannya dengan terkejut tak percaya.
MIRA
ERIL
(tercengang)
MIRA
Eril tertegun tak percaya menatap foto itu. Menatap dalam Bella yang tersenyum hangat.
BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATIONS
- Tempat parkir rumah sakit - Bella keluar dari mobil dan menatap rumah sakit dengan harapan.
- Lobby rumah sakit - Bella berjalan memeluk bingkisan sambil senyam-senyum merapikan rambut. Bella berpapasan dengan Tomi. Setelah berpapasan, tomi melambatkan jalannya. Ia menoleh Bella seperti melihat, mengingat-ngingat tidak asing.
END MONTAGE
98. INT. RUMAH SAKIT - RUANG RAWAT INAP — SIANG
Eril di ranjangnya dengan tatapan kosong. Mira menatap Eril dengan ekspresi bersalah.
ERIL
(kesal, kecewa)
MIRA
(seperti memohon)
Eril menatap foto itu kembali, merasa bersalah.
MIRA
Mira berusaha menenangkan dan meyakinkan Eril.
CUT TO:
99. INT. RUMAH SAKIT - LORONG — SIANG
Bella melihat ke dalam kamar melalui kaca di pintu. Wajah riangnya berubah datar, tertegun sesaat melihat kehadiran Mira menatap Eril yang tertunduk.
BELLA
(pura-pura tegar, kecewa)
Bella berbalik badan. Menatap sendu bingkisan yang dibawanya.
Ia berjalan pergi menunduk, meninggalkan bingkisan di kursi panjang dekat pintu kamar Eril.
CUT TO:
100. EXT. RUMAH SAKIT - TEMPAT PARKIR — SIANG
Bella berjalan cepat menahan sedih menuju mobil dan memasukinya.
INSERT:
Dari kejauhan di jalan setapak, Fiki menggendong tas punggungnya, memperhatikan Bella pergi.
FIKI
(terheran penasaran)
CUT TO:
101. INT. RUMAH BELLA - KAMAR — SIANG
Bella masuk dan mengambil boneka hiu biru dan gelang Eril di dalam kotak di bawah kasur dengan kesal dan kecewa. Lalu keluar
CUT TO:
102. EXT. DEPAN RUMAH BELLA — SIANG
Bella berjalan cepat keluar rumah sambil membawa boneka hiu dan gelang hitam Eril.
BELLA
(kesal, sedih)
Bella berdiri di hadapan tempat sampah sisi jalan. Ia mengangkat dan menatap boneka dan gelang Eril.
BELLA
(tegar)
Bella melempar boneka dan gelang itu ke tempat sampah tanpa ragu dan berbalik pergi.
CUT TO:
103. INT. RUMAH ERIL — SIANG
Eril membuka pintu kamarnya, berdiri dirangkul Fiki karena telapak kakinya masih di perban. Mereka menatap kamar yang kacau berantakan, Eril sedih, Fiki terkejut berusaha memahami.
BEGIN MONTAGE:
- Eril merapikan seprai kasur dan bantal-bantalnya.
- Fiki memunguti pecahan kaca di lantai.
- Eril dan Fiki mendirikan lemari buku.
END MONTAGE:
Fiki berdiri memangku beberapa buku dan menyusunnya di rak, dan Eril duduk di lantai menyusun tumpukan buku bagian bawah.
FIKI
ERIL
FIKI
ERIL
Fiki memandang Eril bertanya-tanya kasihan.
ERIL
Fiki terduduk menyandari rak disamping Eril.
ERIL
(tegar)
FIKI
Eril menyelipkan buku terakhir dan tak sengaja melihat ujung flashdisk hitam tepat di samping bawah rak, dekat buku terakhir yang ia masukkan.
ERIL
Fiki mendekat penasaran.
ERIL
CUT TO:
104. INT. RUMAH ERIL - DAPUR — SIANG - MONTAGE
- Eril berdiri dengan tongkat bantu jalan, Membuka tudung saji, kosong.
- Membuka kulkas, hanya ada beberapa makanan dan sayur yang sudah basi.
- Membuka ember beras, tersisa sedikit. Ia sedih.
END MONTAGE
CUT TO:
105. INT. RUMAH ERIL - KAMAR SUSI — SIANG
Eril sedang menghitung uang di depan laci lemari yang terbuka. Uang pecahan campuran.
ERIL
(sedih berusaha tegar)
CUT TO:
106. INT. RUMAH ERIL - RUANG TAMU — SIANG
Fiki membaca pesan Bella yang terkirim 4 jam yang lalu.
INSERT:
Pesan Bella: Fiki, jangan kabari aku lagi tentang Eril. Dan jangan beri tahu dia tentang apapun kelibatanku. Ayo kita hidup masing-masing dengan tenang.
Di bawah pesan itu, ada pesan Fiki
INSERT:
Pesan Fiki setengah jam lalu: "Bella, Eril sudah ingat siapa kamu sebenarnya." Dan beberapa panggilan Fiki yang tak terjawab Bella.
FIKI
Eril datang dengan hati-hati dan duduk di kursi sofa satu orang, sebelah kiri Fiki.
Fiki mematikan ponselnya.
FIKI
ERIL
(agak terkejut)
FIKI
ERIL (V.O.)
(merenung)
FIKI
ERIL
(ragu)
Fiki memahami.
ERIL
FIKI
IBU-IBU TETANGGA (O.S.)
ERIL
Eril berjalan keluar dengan dua tongkat bantu jalannya.
CUT TO:
107. EXT. TERAS RUMAH ERIL — SIANG
Eril menghampiri ibu-ibu tetangga yang berdiri dibalik pintu pagar luar rumah.
ERIL
(penasaran)
IBU-IBU TETANGGA
(ramah)
Eril menerima dengan senang hati menatap keresek itu.
ERIL
IBU-IBU TETANGGA
Sesaat menutup pagar, Eril melihat RUMAH BU RATRI di seberang. Ia menatap tidak asing mobil sedan merah yang terparkir di rumah itu. Matanya menyadari sesuatu.
ERIL
(tercengang)
CUT TO:
108. INT. RUMAH BU RATRI — SIANG
Ruangan itu sepi, hanya terdengar suara presenter berita televisi.
PRESENTER BERITA TELEVISI (O.S)
Bu Ratri duduk di kursi meja makan sendirian, mengenakan pakaian serba hitam. Keningnya tertunduk di atas tangannya yang bersedekap di meja. Menyilangkan kakinya yang menggantung.
Di atas meja tepat di depan bu Ratri, foto keluarganya tergeletak, Bu ratri, suaminya, dan Bagas. Ia mengangkat wajahnya menatap foto itu. Matanya sembab, merah bekas menangis.
Ia ambil foto itu dengan dua tangan, dan menangis sesegukkan lagi.
DISSOLVE TO:
109. EXT. PANTAI LENTA — SIANG - MONTAGE
(MIMPI)
- Eril berjalan menabrak ombak sambil menangis. Ia tertelan ombak dan masuk ke dalam air laut.
- Meronta-ronta semakin tenggelam, tubuhnya dalam posisi menghadap ke atas memegangi leher sesak napas dan mengulurkan tangan. Kesadaran Eril menurun dan memejamkan mata.
- Saat membuka matanya sedikit, ia melihat bayangan hitam, Bagas menyelam ke arahnya. Berusaha menggapai tangan Eril.
END MONTAGE
110. INT. RUMAH ERIL - KAMAR ERIL — MALAM
Jam dinding menunjukkan pukul 02.00 subuh.
Eril tersadar dari mimpi. Wajah penuh keringat dan napas terengah-engah jelas, serangan panik.
Ia meminum obat bergemetar. Berbaring lemas di kasur, menatap kosong langit-langit kamar sambil mengatur napas, menariknya dalam dan menghembuskan perlahan. Perlahan-lahan mulai menangis, memukul dada dan perutnya berkali-kali.
CUT TO:
111. INT. RUMAH ERIL — SIANG - MONTAGE
- Dengan perasaan sedih Eril berdiri memandang ruang tamu, kakinya masih ada perban, dia berdiri dengan sisi kakinya.
- Memandang sendu kamar ibu yang tertata rapi.
- Memandang tempat ibu memasak di dapur, dari pintu dapur.
- Eril duduk di kursi meja makan. Sunyi dan sepi. Eril menatap kedua tangannya di atas meja yang menggaruk-garuk kulit sisi kukunya, merenung. Ia pejamkan mata berusaha tegar dan duduk tegak, mengepalkan tangan.
END MONTAGE:
112. INT. RUMAH ERIL - KAMAR ERIL — SIANG
Di meja belajar Eril mengecas ponselnya. Lalu membuka laptop, membuka email.
INSERT:
Email dari perlombaan cerpen nasional : Selamat. Kamu berhasil menjuarai lomba menulis cerpen tingkat nasional ke-12, dengan karyamu yang berjudul "Langit Di Atas Kertas". Kamu berhak mendapatkan juara pertama dan hadiah berupa uang senilai lima juta rupiah. Untuk pengambilan hadiah kamu bisa menghubungi nomor di bawah ini.
ERIL
Eril mengangkat flashdisk bertulis "CADANGAN" dan menyambungkannya ke laptop. Terdapat satu file.
ERIL
(penasaran)
Melihat banyak dokumen tersusun, bertuliskan judul-judul cerpen, judul novel mentah, sertifikat-sertifikat perlombaan menulis. Eril semakin membuka matanya dan tersenyum lebar senang.
SFX: NOTIFIKASI PESAN MASUK.
Eril membuka ponsel yang sedang diisi baterai di atas meja.
INSERT:
pesan dari nomor perusahaan: Halo Erilan Tamaindra. Perkenalkan, saya Asih, senior editor dari penerbit Abyudaya. Kami tertarik dengan karya kamu di lomba menulis cerpen tingkat nasional yang telah kami adakan. Kami berniat untuk mengajak kamu menulis dan menerbitkan buku. Jika berkenan, hubungi kami di nomor ini (nomor ASIH). Terima kasih, dan sampai jumpa.
Eril agak syokk membaca pesan itu sesaat, mencerna semuanya.
Eril menelepon nomor perusahaan itu.
ERIL
(agak gugup senang)
DISSOLVE TO:
ESTABLISH Gedung Penerbitan Abyudaya.
113. INT. GEDUNG PENERBITAN - RUANG EDITOR — SIANG
Fiki tengah duduk menunggu di kursi yang ada di lorong, samping pintu ruang editor yang tertutup.
Eril keluar dari pintu itu dengan senyum lebar.
FIKI
ERIL
(bersemangat)
Sambil berjalan sedikit pincang karena kakinya masih diperban, Eril bercerita dengan semangat. Fiki tersenyum bangga mendengarnya.
ERIL
Mereka berjalan pergi agak pelan karena Eril agak pincang. Eril bercerita, Fiki mendengarkan.
CUT TO:
114. EXT. TROTOAR JALAN RAYA — SIANG
Fiki dan Eril turun dari bis. Fiki sedikit membantu Eril menuruni tangga bis.
Mereka berjalan berdampingan.
ERIL
Fiki ikut tertawa.
FIKI
(tertawa senang)
ERIL
Mereka tertawa lagi sambil terus berjalan.
ERIL
(tersenyum)
Eril berjalan riang agak melompat-lompat ke depan Fiki walau agak kagok.
FIKI
ERIL
(bergembira)
Fiki tersenyum senang menggeleng-geleng bangga melihat Eril berjalan dengan gembira.
Eril 10 langkah di depan Fiki, berjalan mundur menghadap Fiki.
ERIL
(senang)
Eril berlari tertawa usil meninggalkan Fiki walau masih terpincang-pincang.
FIKI
(senang, bergembira)
Fiki mengejar Eril yang berlari agak pincang sambil tertawa.
CUT TO:
115. INT. RUMAH ERIL - RUANG TAMU — MALAM
Di meja ruang tamu yang setinggi lutut ada martabak keju dan martabak telur yang masih tertutup.
Fiki duduk sendirian di atas karpet, sisi meja. Menatap layar ponselnya menampilkan ruang pesan pada nomor Bella. Ruang pesan sudah ada banyak panggilan Fiki yang tidak dijawab Bella dan pesan terakhir Fiki yang bertuliskan: Bella, bagaimana kabarmu? Bisa kita bertemu? Ada yang harus dibicarakan."
FIKI
(bimbang)
Eril datang sambil membawa camilan dan minuman. Fiki menurunkan ponselnya.
ERIL
Eril menaruh makanan yang dibawanya di meja.
FIKI
ERIL
FIKI
Eril melahap sepotong martabak kejunya dengan tangan.
Fiki mengambil sepotong martabak telor dan memakannya.
ERIL
Fiki sedang mengunyah juga, mengangguk-ngangguk senang.
Mereka makan dan tertawa-tawa senang.
DISSOLVE TO: