Skala Manusia
6. ACT 2 SEQUENCE 5 LANJUTAN

73. INT. GEDUNG KEDOKTERAN - KELAS — SIANG

Suasana sedang ujian.

Eril menatap kosong lembar ujian di atas mejanya. Kelopak matanya agak hitam.

ERIL

(kesal, kecewa, sedih)

Apa saja yang sudah aku lupakan selama ini? Kenapa ibu menyembunyikannya dariku? Apa lagi yang tidak aku ketahui?

Eril menatap kedua tangannya di atas meja mulai bergemetar memegangi pulpen.

ERIL

(gelisah)

Sial. (berbisik, menurunkan tangannya)

Serangan kecemasan Eril menyerang. Ia menggenggam keras tiang meja. Bernapas terengah-engah dan pusing melihat pergerakan orang lain seperti dalam gerakan lambat. Keningnya berkeringat, wajahnya sangat gelisah.

Ia berdiri mencengkram sisi lembar ujian, tergesa-gesa ke meja pengawas.

PENGAWAS

Kamu sudah selesai? Ujian baru dimulai lima belas menit, masih ada banyak waktu.

Pengawas melihat curiga tangan Eril bergemetar saat memegang dan menaruh lembar ujian, juga wajah Eril yang gelisah.

PENGAWAS

(khawatir)

Kamu, baik-baik saja?

Eril mengangguk. Berbalik badan dan berjalan cepat mengambil tas di kursinya.

Bella khawatir curi-curi pandang melihat Eril gelisah keluar kelas.

Fiki yang duduk di sudut kelas khawatir melihat tingkah Eril.

CUT TO:

74. INT. GEDUNG KEDOKTERAN - TOILET — SIANG

Toilet sepi. Eril memasuki bilik toilet dengan merasakan serangan kecemasan.

Duduk di atas toilet, membuka tas terburu-buru kesusahan. Membuka obat penenang dan langsung melahapnya bergemetar. Ia menelannya tanpa minum, tapi tersendat. Ia semakin panik memegangi lehernya. Ia ambil botol minum di tas dan tapi kosong.

Eril keluar bilik toilet sambil memegangi lehernya panik dan oleng. Ia buka keran wastafel, dan langsung minum dengan mulutnya kepayahan.

Ia duduk di toilet, terengah-engah. Mengatur napas, menahan tangisnya. Menyilangkan tangan mememeluk dirinya dan mengusapi pundaknya. Ia menundukkan badan hingga dadanya menempel paha, sesegukkan menangis tertahan. Mengeram pedih.

CUT TO:

75. EXT. PERJALANAN PULANG — MALAM

Eril mengendarai motornya dengan perasaan sedih melamun menatap ke depan.

Ia kemudian melihat ke arah depan sisi kiri. Melihat Mira berjalan masuk ke mobil hitam yang terparkir menghadap jalanan, dekat jajaran streetfood.

ERIL

(heran)

Mira! (berbisik)

Eril menghentikan motornya di depan mobil hitam itu. Ia melihat Mira melalui kaca depan mobil sedang tersenyum memeluk laki-laki di kursi sopir. Eril tertegun.

Mira tersadar dan sedikit terkejut melihat Eril di depannya.`

Eril mengaitkan helm di spion dan turun berjalan cepat menghampiri pintu sopir. Mengetuk-ngetuk kaca pintu sopir dengan amarah.

ERIL

(marah menggebu-gebu)

Keluar! KELUARR LO!!!

Laki-laki itu TOMI (L/19) keluar dari mobil dan menutup pintunya.

Eril langsung menonjok wajah Tomi hingga tersungkur. Tomi berdiri kesakitan dan membalas. Eril menyerang balik memeluk Tomi hingga mereka terjatuh. Mereka berkelahi.

MIRA

(takut, marah)

Berheti! Berhenti!! (menarik Eril dari perkelahian)

Eril mundur menjauhi Tomi yang kesakitan. Pipi, hidung, bibir Eril berdarah-darah dan meludahkan darah ke aspal.

Mira menghampiri Tomi yang terduduk di atas aspal. Eril kecewa melihat Mira menghampiri Tomi.

ERIL

(marah, kecewa, sedih)

Mira, ini alasan kamu menghiraukan aku, hahh?! (mengelap darah di hidung)

Mira tidak menggubris, fokus membersihkan darah di wajah Tomi. Eril menghampiri dan menarik tangan Mira hingga berdiri menghadapnya.

ERIL

(kecewa sedih)

Mira, maksud kamu apa? Kenapa kamu?(menggenggam pergelangan Mira)

MIRA

Lepasin! (menyela) (berusaha melepaskan genggaman) Gue bilang lepasin tangan gue!!!

Tomi menyingkirkan tangan Eril dari Mira dan mendorong Eril mundur.

ERIL

(kecewa sedih)

Kamu tega ya?! Kamu bilang sayang sama aku. Kamu cinta sama aku. Sekarang pikiran aku sedang kacau, Mir, dan aku sangat butuh kamu. Tapi kenyataannya? Kamu malah pergi sama bajingan ini?!!! (menunjuk Tomi)

MIRA

(marah kesal)

Gue enggak peduli. Gue enggak pernah cinta sama lo, bahkan sedikit pun. (jeda) Gue terpaksa dan cuman pura-pura suka sama elo.

Eril tercengang tak percaya.

ERIL

Setelah kenangan kita?

MIRA

Kenangan? Hah. Lebih seperti siksaan bagi gue. Enggak ada artinya. (jeda) Udah saatnya lo harus tahu ini. Kita, cuma korban bisnis mereka, kedua orang tua kita!

ERIL

Maksud kamu?

MIRA

Ibu gue bantu Bu Susi karena buat balas budi. (jeda) Dan lo pasti lebih tahu keadaan keluarga lo saat itu. Sebagai bayarannya, kita yang harus dijodohkan. Dan itu enggak akan pernah terjadi.

Eril tertegun. Melangkah mundur. Memakai helm sambil menaiki motornya dan kemudian memacu cepat motornya.

BEGIN MONTAGE — VARIOUS LOCATION

  1. Perjalanan pulang - Eril memacu motornya kencang sambil menangis dalam helmnya, mengingat momen kebersamaan bersama Mira.
  2. FLASHBACK - ruang inap rumah sakit - Mira menghampiri Eril ditarik Bu Susi saat di ruang inap rumah sakit. Mira tersenyum hangat menatap Eril, dan Eril tersenyum padanya.
  3. FLASHBACK - Mall - Eril dan Mira berjalan berpegangan tangan mesra di depan orang tua mereka yang berjalan di belakang mereka. Mereka sesekali bertatapan. Mira memeluk tangan Eril.
  4. FLASHBACK - Restaurant - Eril duduk bersampingan dengan Mira di hadapan Bu Susi dan Bu Tini yang sedang mengobrol. Eril menggenggam tangan dan menatap wajah Mira tulus. Mira membalas dengan senyuman manis.

END MONTAGE

76. EXT. PERJALANAN PULANG — MALAM

Eril memacu motornya.

ERIL

(menangis, marah, kecewa)

SIALAAAANNNN!!! (memukul-mukul spedometer)

CUT TO:

77. INT. RUMAH ERIL — MALAM

Eril memasuki rumah dengan langkah cepat dan marah, mencari-cari ibu.

ERIL

(kesal, kecewa)

IBUU!!! IBUU!!

Eril memasuki dapur, berdiri dengan kecewa dan kesal di pintu dapur menatap Susi yang fokus memasak membelakangi Eril.

SUSI

(lembut)

Ada apa nak?

ERIL

(kecewa, berkaca-kaca, berucap lirih)

Ibu tega yah. Kenapa ibu bisa sejahat ini sama Eril? (berjalan ke dekat meja makan)

SUSI

Kamu bicara apa sih? (fokus memasak)

ERIL

Eril sudah tahu semuanya. Tentang perjanjian bisnis ibu sama bu Tini.

Susi tertegun berhenti mengaduk masakannya tanpa menoleh Eril.

ERIL

(marah, kecewa, sedih, meringis)

Bagaimana bisa seorang ibu menjanjikan anaknya sebagai jaminan untuk alasan bisnis? Bahkan tanpa bicara lebih dulu?! Ini lebih menyakitkan dibandingkan melihat ayah ditangkap, Bu. Lebih menyakitkan dari hinaan teman-teman Eril dulu. Sakit. Dada Eril sakit Bu. (menepuk dadanya beberapa kali mulai menangis)

Susi mematung menghadap masakannya.

ERIL

Yang ibu tanyakan saat setelah Eril kecelakaan, sebenarnya Eril ingat, bu dan tidak pernah melupakannya. Ingat apa yang sudah terjadi sama Ayah dan apa yang terjadi sama keluarga kita. Eril ingat setiap hal-hal menyakitkan hidup keluarga kita, Bu. Eril ingat semuanya. (menyeka matanya) (jeda) Ternyata, semenyakitkan ini menjadi anak seorang pengedar narkoba. (jeda) Eril terlalu naif buat selalu bilang engga kenapa-napa. Eril cape bu. Eril cape. (suaranya bergemetar)

Eril menangis tersedu-sedu sesaat. Tangannya bergemetar.

ERIL

(menangis kecewa)

Eril tahu ibu senang Eril amnesia kan?! Ibu enggak mau Eril mengingat tentang masa lalu ayah kan?! (jeda) Eril juga berharap begitu. Berharap semua ingatan Eril hilang. Tapi enggak bu, enggak. Semua itu masih ada di sini, menempel dikepala Eril setiap hari. (bergemetar menunjuk kepalanya)

ERIL

(gundah, sedih)

Selama ini Eril berpura-pura melupakannya di depan ibu, agar ibu bisa hidup tenang. Apa ibu tahu bagaimana perasaan Eril selama ini, menahan semua itu sendirian dan bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja? (jeda) Eril depresi bu? Serangan kecemasan Eril kambuh sejak saat ayah ditangkap. Eril menyembunyikan semuanya dari ibu. (jeda) Hampir setiap hari tangan dan kaki Eril menggigil, dan harus minum obat yang sangat aku benci. Itu Eril hadapi sendirian, bu. (menangis meringis)

Susi masih berdiri mematung di hadapan masakannya.

ERIL

(kecewa berat, sedih)

Eril selalu berusaha terlihat baik-baik aja di depan ibu, karena Eril enggak mau ibu murung lagi. Eril enggak mau mendengar ibu menangis lagi.(jeda) Eril tidak pernah menuntut ibu untuk menjadi ibu yang Eril inginkan. Eril hanya ingin kita berdua bahagia, bu. Eril hanya menginginkan itu (sesegukkan) (jeda). Tapi, akhirnya malah seperti ini? Siapa lagi yang harus Eril percaya, bu? (menggeleng tak percaya). (jeda) Eril harap, ibu menyesali apa yang sudah ibu lakukan. (berkata pelan kecewa)

Eril pergi dengan langkah cepat.

SFX: SUARA ERIL MEMBANTING PINTU KAMAR.

Susi tersentak. Mata dan pipinya sudah basah menangis dalam diam.

Susi mulai menangis tersedu-sedu kecil. Terjatuh duduk bersedih menyesal, memegangi dadanya kesakitan sambil menangis. Masakannya masih menyala menggoreng satu telur ceplok yang menggosong.

CUT TO:

78. INT. RUMAH ERIL - KAMAR ERIL — MALAM

SFX: SUARA GEMERICIK AIR DARI AQUASCAPE.

Eril tertunduk menangis memeluk kakinya di kasur, menyandar dinding. Tangannya bergemetar.

Eril mengangkat kepalanya. Matanya sembab, pipinya bonyok, hidungnya berdarah dan tangisan.

Ia menghirup-hirup udara merasa aneh kemudian menatap pintu dengan takut.

CUT TO:

79. INT. RUMAH ERIL - DAPUR — MALAM

Eril melihat kobaran api di masakan ibu dan menjalar sedikit ke beberapa bagian. Lalu melihat Ibu yang tergeletak di lantai dekat kompor tak sadarkan diri.

ERIL

(panik)

IBUU! Ibu! Ibu! (menjauhkan ibu dari kompor)

Eril mematikan kompor. Membasahi kain lap dengan air teko dengan panik. Ia berusaha memadamkan api yang menjalar walau agak takut dan panik menggunakan kain basah itu hingga padam.

Eril menghampiri ibunya dengan ketakutan. Melentangkan posisi berbaring ibu.

ERIL

(panik, takut)

Ibu! Ibu!! (memeriksa denyut nadinya) tidak, tidak, tidak, Ibuu!!! Ibuuu!! (meresusitasi jantung paru). Bu tolong bangun bu, Eril mohon. (mulai menangis, terus memompa dada Susi) Ibu, bangun! Jangan tinggalin Eril sendirian, bu.

Susi tidak kunjung Sadar, Eril semakin menangis.

ERIL

Maafin Eril, Bu (terus memompa). Maafin kata-kata Eril tadi bu. Semua ini salah Eril (bergemetar menggenggam tangan Susi). Eril janji, akan selalu menuruti semua perintah ibu. Janji. Tapi tolong bangun bu!! banguunn!!! Banguunn!! (menangis memohon).

Eril mengangkat kepala Susi, dibaringkan di pahanya. Eril memeluk erat dan menciumi kepala Susi sambil menangis paling pedih.

ERIL (V.O.)

Harapan dan tujuan, seakan melebur begitu saja dari diriku. Gagal menjaga ibu dan membahagiakannya, menjadi akhir bagiku. Dan kini telah kusadari, alasanku untuk tetap bertahan, telah lenyap.

DISSOLVE TO:

80. EKS. PEMAKAMAN — SIANG

Di pemakaman hanya ada sekitar 7 orang disana termasuk yang mengubur.

Eril berdiri lesu menatap kosong ibunya yang sedang dikubur. Wajahnya tidak ada harapan lagi dan masih memar-memar. Bajunya masih yang kemarin dan kotor oleh tanah makam.

Eril kemudian berbalik pergi dengan langkah berat dan lesu, bungkuk.

Orang-orang yang ada keheranan melihat Eril, kecuali Bagas yang mengenakan selang oksigen dihidungnya dari tabung oksigen kecil. Ia berdiri samping Bu Ratri/Ibunya (42) di sebelah makam Susi. Bagas menatap kepergian Eril dengan khawatir dan berniat mendekatinya tapi tangannya ditahan Bu Ratri.

BAGAS

(memohon)

Tapi bu..

Bu Ratri hanya menggeleng meyakinkan.

CUT TO:

81. INT. RUMAH ERIL - KAMAR ERIL — SIANG

Eril masuk kamar dan menutupnya melamun sesaat.

BEGIN MONTAGE

  1. Ia menghampiri kursi belajarnya, mengangkat dan membantingnya ke dinding sambil berteriak.
  2. Eril mengamuk. Menjatuhkan rak buku dan menendanginya.
  3. Mengangkat aquasqape dan membantingnya ke lantai hingga pecah dan air menggenang.

END MONTAGE

Eril berjalan ke meja melewati pecahan kaca, namun tidak merasa kesakitan selain marah sedih. Mengambil foto keluarga yang tertempel di bawah meja dengan solasi dan menaruhnya di meja. Wajah ayah sudah tercurat-coret di sana. Ia mengambil pena.

ERIL

(menangis marah)

Semua ini salah AYAH. Salah AYAAAAH!!!(mencorat-coret gambar ayahnya).

Penanya patah. Ia berteriak merobek foto itu menjadi dua. Satu bagian bergambar Ibu dan dirinya, bagian lainnya bergambar ayah. Meremas foto ayah dan melemparnya ke dinding sembari berteriak.

JUMP CUT TO:

ESTABLISH: Kamar Eril berantakan seperti kapal pecah.

Eril terbaring telengkup di kasur sisi kasur. Telapak kakinya menggantung di ujung kasur berdarah-darah menetesi lantai.

Kemudian ia menghadap kanan dengan lesu, wajahnya datar, matanya sembab, menatap fotonya dan Ibu yang digenggaman tangan kanan bergemetar. Eril memukul-mukul dadanya dengan tangan kiri, merintih pedih mengatur napas kesusahan. Ia menggigil, memeluk kakinya. Merintih, bernapas buru-buru.

SFX: SUARA JAM DETIK DEMI DETIK.

Rintihan Eril perlahan semakin tenang. Suasana sunyi.

Perlahan membuka mata. Menatap langit hitam melalui jendela. Perlahan melepas pelukan kakinya. Duduk di sisi kasur menatap langit dengan tenang. Ia menatap foto, tersenyum tipis. Ia membalik foto itu dan membaca tulisan: Bersama, Kita Bahagia.

CUT TO:

82. EXT. DEPAN RUMAH ERIL — SIANG

ERIL (V.O.)

Manakah ucapan yang paling omong kosong. Kebahagiaan akan selalu datang kepada setiap orang, atau tidak mempercayainya sama sekali. Entahlah. Sepertinya yang kedua lebih terasa nyata.

Eril memegangi sepedanya dan menatap langit yang mulai hujan. Ia tersenyum. Ia menaiki sepedanya dan mengayuhnya dengan telanjang kaki.

CUT TO:

83. INT. GEDUNG KEDOKTERAN - LORONG — SIANG

Fiki berjalan bolak-balik menelpon Eril khawatir.

FIKI

(khawatir)

Kenapa enggak diangkat-angkat? Eril kemana sih?! (sibuk menelpon Eril terus)

INSERT:

Bella yang sedang bersama dua temannya, sesekali malihat Fiki. Bella ikut gelisah memperhatikan dan mendengar perkataan Fiki.

CUT TO:

84. EXT. KAMPUS - TEMPAT PARKIR — SIANG

Bella berjalan melamun.

BELLA

(khawatir dan kesal bergiliran)

Kenapa Eril melewatkan ujian terakhir? (jeda) Ah, tidak usah memikirkannya lagi, Bella. (jeda) Tapi, hari kemarin dia terlihat tidak baik-baik saja. Apa sesuatu terjadi padanya? Apa karena serangan kecemasannya? Atau ia sedang ada masalah lain? (jeda) Bella, jangan memikirkannya lagi.

SFX: SUARA NOTIFIKASI PESAN.

Bella membuka pesan itu.

BELLA

(bertanya-tanya)

Nomor siapa ini?

INSERT:

Isi pesan : "Sebaiknya kamu cepat kemari. Aku takut hal buruk akan terjadi pada Eril. Pantai Lenta." dan sebuah foto terkirim, bergambar Eril menenteng sepedanya di pasir pantai.

BELLA

(resah, menerka-nerka)

Eril!!

Hujan mulai turun, Bella berlari memasuki mobil dan menjalankannya.

CUT TO:

85. EXT. PANTAI LENTA - PESISIR LAUT — SIANG

Suasana pantai sepi tanpa siapapun. Matahari keluar dari awan hitam, dan sudah hampir tenggelam.

Eril duduk di atas pasir, samping sepedanya. Memandangi ombak dengan perasaan tenang. Menatap perahu nelayan yang berjalan. Menatap matahari jauh di depan.

Eril mengusap-usap fotonya dan Ibu dengan rasa kehilangan. Lalu menatap matahari yang segera tenggelam

ERIL (V.O.)

(tentram)

Kini, cahaya telah pergi dalam hidupku, hingga aku berada di kegelapan. Aku tidak tahu harus bagaimana. Arah dan tujuan pun, kurasa, sudah tidak ada. (jeda) Sebentar lagi, aku pasti tidak akan tersiksa, dan akan bahagia selamanya. Apakah memang seperti ini kebahagiaan untukku? (Berdiri melepas gelang penyemangat dan menggantungkannya di stang sepeda)

INSERT:

Gelang menggantung bertuliskan: Semangat! Kamu pasti bisa menghadapinya.

Matanya tidak lepas dari matahari. Eril memasukkan foto ke saku celananya dan mulai melangkah maju tertatih. Ekspresi tentram kian berganti dengan tertawa kesedihan, semakin melangkah maju, semakin sedih. Tersedu-sedu dan merintih menangis.

ERIL (V.O.)

Kebohongan gadis yang kucinta (air laut menyentuh kaki). (jeda) Pengkhianatan orang yang kusebut sahabat terbaikku (jeda) (air mencapai paha).

SFX: SUARA SAYUP-SAYUP BAGAS MEMANGGIL-MANGGIL.

ERIL (CONT'D)

Kekecewaanku pada ayah (air sudah setinggi dada, Eril semakin tersedu-sedu). (jeda) Dan kepergian ibu untuk selamanya (semakin tersedu-sedu dan menderita). Ternyata keraguanku benar adanya, bahwa kebahagiaan tidak selalu ada untuk setiap orang. Selamat tinggal semuanya.

Menarik napas dan menyelamkan diri.

Eril mengapung pasrah dalam air, menghadap dasar laut yang gelap.

CUT TO:

86. EXT. PANTAI LENTA - JALANAN SISI PANTAI — MALAM

Keadaan pantai remang-remang oleh lampu jalan.

SFX: SIRINE MOBIL AMBULAN

Bella memarkirkan mobil beberapa langkah di belakang ambulan. Keluar mobil dan melihat kerumunan di pesisir pantai dengan khawatir dan resah.

Ia tak sengaja melihat sepeda Eril cukup berjarak dari kerumunan itu.

BELLA

(khawatir, takut, panik)

Eril!! (melototi sepeda itu)

Bella berlari ke sepeda itu dan mendapati gelang Eril menggantung di stang sepeda. Ia mengambil dan memperhatikannya.

BELLA

(panik, takut)

Tidak! Tidak! (menggeleng-geleng tak percaya)

Bella menerobos kerumunan, dan benar melihat Eril sedang tak sadarkan diri dengan tubuh basah kuyup dan wajah memar, diangkat oleh tim medis.

BELLA

(panik, takut, bertanya-tanya)

ERILL!!!

Bella hanya bisa menangis tak percaya, cemas, mengikuti Eril dibawa tim medis.

Seorang warga bertanya kepada seorang bapak nelayan yang sedang menyenteri laut.

WARGA

(kasihan, penasaran)

Dia awalnya kenapa, pak?

NELAYAN 1

(khawatir, agak takut)

Dia tenggelam. Ngambang dipermukaan, melambai-lambai ke saya. Jadi, saya bawa ke pinggir sama teman saya. Tapi sudah tidak sadarkan diri. (masih menyenteri laut, mencari-cari) (jeda) Halim, kau tadi liat ada dua orang kan, yang ngambang dipermukaan?! (bicara pada temannya)

NELAYAN 2

Masa? Aku tidak lihat. Itu cuma perasaan kau saja mungkin. (merapikan jaring)

NELAYAN 1

Tadi sepertinya ada dua orang yang mengapung. (menyenteri laut) Tapi… Ah sudahlah, mataku salah lihat mungkin.

NELAYAN 2

Ayo bang! (sela temannya)

CUT TO:

87. INT. RUMAH SAKIT - RUANG RAWAT INAP — MALAM

Bella berdiri masih tersedu-sedu menatap Eril yang tidak sadarkan diri di ranjang.

BELLA (V.O.)

(sedih, khawatir)

Apa yang terjadi sama kamu, Eril? Siapa yang melakukan ini semua?

Bella memperhatikan foto bergambar Susi dan Eril di atas dompet Eril yang digenggam kedua tangannya.

Kemudian ia tiba-tiba teringat sesuatu dan membuka pesan dari orang yang memberitahu keberadaan Eril. Bella menelponnya.

PRIA SEBERANG TELEPON (O.S.)

Iya, halo? Ini siapa ya?

BELLA

(ragu)

Halo? Saya Bella, yang Bapak sms tadi sore tentang keberadaan Eril.

PRIA SEBERANG TELEPON (O.S.)

Ohh yang itu. Bukan saya yang sms mbak, tapi tadi ada orang yang datang tiba-tiba dan pinjam hp saya. Saya lupa tidak tanyakan namanya, karena dia seperti sedang terburu-buru.

BELLA

Bisa bapak kasih tahu saya ciri-ciri orang itu bagaimana?

PRIA SEBERANG TELEPON (O.S.)

Usianya kayaknya masih muda, sekitar 17 atau 18 tahun. Tubuhnya kecil, rambutnya rapi. Dan dia sesekali memegangi dadanya seperti agak kesulitan bernapas.

Bella terdiam berpikir sesaat.

PRIA SEBERANG TELEPON (O.S.)

Mba! Halo mba!

BELLA

Baik kalau begitu pak, terima kasih banyak.

Bella menutup teleponnya dan memandang Eril.

BELLA

(berpikir-pikir)

Siapa yang mengirimi pesan itu?

DISSOLVE TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar