73. INT. GEDUNG KEDOKTERAN - KELAS — SIANG
Suasana sedang ujian.
Eril menatap kosong lembar ujian di atas mejanya. Kelopak matanya agak hitam.
ERIL
(kesal, kecewa, sedih)
Eril menatap kedua tangannya di atas meja mulai bergemetar memegangi pulpen.
ERIL
(gelisah)
Serangan kecemasan Eril menyerang. Ia menggenggam keras tiang meja. Bernapas terengah-engah dan pusing melihat pergerakan orang lain seperti dalam gerakan lambat. Keningnya berkeringat, wajahnya sangat gelisah.
Ia berdiri mencengkram sisi lembar ujian, tergesa-gesa ke meja pengawas.
PENGAWAS
Pengawas melihat curiga tangan Eril bergemetar saat memegang dan menaruh lembar ujian, juga wajah Eril yang gelisah.
PENGAWAS
(khawatir)
Eril mengangguk. Berbalik badan dan berjalan cepat mengambil tas di kursinya.
Bella khawatir curi-curi pandang melihat Eril gelisah keluar kelas.
Fiki yang duduk di sudut kelas khawatir melihat tingkah Eril.
CUT TO:
74. INT. GEDUNG KEDOKTERAN - TOILET — SIANG
Toilet sepi. Eril memasuki bilik toilet dengan merasakan serangan kecemasan.
Duduk di atas toilet, membuka tas terburu-buru kesusahan. Membuka obat penenang dan langsung melahapnya bergemetar. Ia menelannya tanpa minum, tapi tersendat. Ia semakin panik memegangi lehernya. Ia ambil botol minum di tas dan tapi kosong.
Eril keluar bilik toilet sambil memegangi lehernya panik dan oleng. Ia buka keran wastafel, dan langsung minum dengan mulutnya kepayahan.
Ia duduk di toilet, terengah-engah. Mengatur napas, menahan tangisnya. Menyilangkan tangan mememeluk dirinya dan mengusapi pundaknya. Ia menundukkan badan hingga dadanya menempel paha, sesegukkan menangis tertahan. Mengeram pedih.
CUT TO:
75. EXT. PERJALANAN PULANG — MALAM
Eril mengendarai motornya dengan perasaan sedih melamun menatap ke depan.
Ia kemudian melihat ke arah depan sisi kiri. Melihat Mira berjalan masuk ke mobil hitam yang terparkir menghadap jalanan, dekat jajaran streetfood.
ERIL
(heran)
Eril menghentikan motornya di depan mobil hitam itu. Ia melihat Mira melalui kaca depan mobil sedang tersenyum memeluk laki-laki di kursi sopir. Eril tertegun.
Mira tersadar dan sedikit terkejut melihat Eril di depannya.`
Eril mengaitkan helm di spion dan turun berjalan cepat menghampiri pintu sopir. Mengetuk-ngetuk kaca pintu sopir dengan amarah.
ERIL
(marah menggebu-gebu)
Laki-laki itu TOMI (L/19) keluar dari mobil dan menutup pintunya.
Eril langsung menonjok wajah Tomi hingga tersungkur. Tomi berdiri kesakitan dan membalas. Eril menyerang balik memeluk Tomi hingga mereka terjatuh. Mereka berkelahi.
MIRA
(takut, marah)
Berheti! Berhenti!! (menarik Eril dari perkelahian)
Eril mundur menjauhi Tomi yang kesakitan. Pipi, hidung, bibir Eril berdarah-darah dan meludahkan darah ke aspal.
Mira menghampiri Tomi yang terduduk di atas aspal. Eril kecewa melihat Mira menghampiri Tomi.
ERIL
(marah, kecewa, sedih)
Mira tidak menggubris, fokus membersihkan darah di wajah Tomi. Eril menghampiri dan menarik tangan Mira hingga berdiri menghadapnya.
ERIL
(kecewa sedih)
MIRA
Tomi menyingkirkan tangan Eril dari Mira dan mendorong Eril mundur.
ERIL
(kecewa sedih)
MIRA
(marah kesal)
Eril tercengang tak percaya.
ERIL
MIRA
ERIL
MIRA
Eril tertegun. Melangkah mundur. Memakai helm sambil menaiki motornya dan kemudian memacu cepat motornya.
BEGIN MONTAGE — VARIOUS LOCATION
- Perjalanan pulang - Eril memacu motornya kencang sambil menangis dalam helmnya, mengingat momen kebersamaan bersama Mira.
- FLASHBACK - ruang inap rumah sakit - Mira menghampiri Eril ditarik Bu Susi saat di ruang inap rumah sakit. Mira tersenyum hangat menatap Eril, dan Eril tersenyum padanya.
- FLASHBACK - Mall - Eril dan Mira berjalan berpegangan tangan mesra di depan orang tua mereka yang berjalan di belakang mereka. Mereka sesekali bertatapan. Mira memeluk tangan Eril.
- FLASHBACK - Restaurant - Eril duduk bersampingan dengan Mira di hadapan Bu Susi dan Bu Tini yang sedang mengobrol. Eril menggenggam tangan dan menatap wajah Mira tulus. Mira membalas dengan senyuman manis.
END MONTAGE
76. EXT. PERJALANAN PULANG — MALAM
Eril memacu motornya.
ERIL
(menangis, marah, kecewa)
CUT TO:
77. INT. RUMAH ERIL — MALAM
Eril memasuki rumah dengan langkah cepat dan marah, mencari-cari ibu.
ERIL
(kesal, kecewa)
Eril memasuki dapur, berdiri dengan kecewa dan kesal di pintu dapur menatap Susi yang fokus memasak membelakangi Eril.
SUSI
(lembut)
ERIL
(kecewa, berkaca-kaca, berucap lirih)
SUSI
ERIL
Susi tertegun berhenti mengaduk masakannya tanpa menoleh Eril.
ERIL
(marah, kecewa, sedih, meringis)
Susi mematung menghadap masakannya.
ERIL
Eril menangis tersedu-sedu sesaat. Tangannya bergemetar.
ERIL
(menangis kecewa)
ERIL
(gundah, sedih)
Susi masih berdiri mematung di hadapan masakannya.
ERIL
(kecewa berat, sedih)
Eril pergi dengan langkah cepat.
SFX: SUARA ERIL MEMBANTING PINTU KAMAR.
Susi tersentak. Mata dan pipinya sudah basah menangis dalam diam.
Susi mulai menangis tersedu-sedu kecil. Terjatuh duduk bersedih menyesal, memegangi dadanya kesakitan sambil menangis. Masakannya masih menyala menggoreng satu telur ceplok yang menggosong.
CUT TO:
78. INT. RUMAH ERIL - KAMAR ERIL — MALAM
SFX: SUARA GEMERICIK AIR DARI AQUASCAPE.
Eril tertunduk menangis memeluk kakinya di kasur, menyandar dinding. Tangannya bergemetar.
Eril mengangkat kepalanya. Matanya sembab, pipinya bonyok, hidungnya berdarah dan tangisan.
Ia menghirup-hirup udara merasa aneh kemudian menatap pintu dengan takut.
CUT TO:
79. INT. RUMAH ERIL - DAPUR — MALAM
Eril melihat kobaran api di masakan ibu dan menjalar sedikit ke beberapa bagian. Lalu melihat Ibu yang tergeletak di lantai dekat kompor tak sadarkan diri.
ERIL
(panik)
Eril mematikan kompor. Membasahi kain lap dengan air teko dengan panik. Ia berusaha memadamkan api yang menjalar walau agak takut dan panik menggunakan kain basah itu hingga padam.
Eril menghampiri ibunya dengan ketakutan. Melentangkan posisi berbaring ibu.
ERIL
(panik, takut)
Susi tidak kunjung Sadar, Eril semakin menangis.
ERIL
Eril mengangkat kepala Susi, dibaringkan di pahanya. Eril memeluk erat dan menciumi kepala Susi sambil menangis paling pedih.
ERIL (V.O.)
DISSOLVE TO:
80. EKS. PEMAKAMAN — SIANG
Di pemakaman hanya ada sekitar 7 orang disana termasuk yang mengubur.
Eril berdiri lesu menatap kosong ibunya yang sedang dikubur. Wajahnya tidak ada harapan lagi dan masih memar-memar. Bajunya masih yang kemarin dan kotor oleh tanah makam.
Eril kemudian berbalik pergi dengan langkah berat dan lesu, bungkuk.
Orang-orang yang ada keheranan melihat Eril, kecuali Bagas yang mengenakan selang oksigen dihidungnya dari tabung oksigen kecil. Ia berdiri samping Bu Ratri/Ibunya (42) di sebelah makam Susi. Bagas menatap kepergian Eril dengan khawatir dan berniat mendekatinya tapi tangannya ditahan Bu Ratri.
BAGAS
(memohon)
Tapi bu..
Bu Ratri hanya menggeleng meyakinkan.
CUT TO:
81. INT. RUMAH ERIL - KAMAR ERIL — SIANG
Eril masuk kamar dan menutupnya melamun sesaat.
BEGIN MONTAGE
- Ia menghampiri kursi belajarnya, mengangkat dan membantingnya ke dinding sambil berteriak.
- Eril mengamuk. Menjatuhkan rak buku dan menendanginya.
- Mengangkat aquasqape dan membantingnya ke lantai hingga pecah dan air menggenang.
END MONTAGE
Eril berjalan ke meja melewati pecahan kaca, namun tidak merasa kesakitan selain marah sedih. Mengambil foto keluarga yang tertempel di bawah meja dengan solasi dan menaruhnya di meja. Wajah ayah sudah tercurat-coret di sana. Ia mengambil pena.
ERIL
(menangis marah)
Penanya patah. Ia berteriak merobek foto itu menjadi dua. Satu bagian bergambar Ibu dan dirinya, bagian lainnya bergambar ayah. Meremas foto ayah dan melemparnya ke dinding sembari berteriak.
JUMP CUT TO:
ESTABLISH: Kamar Eril berantakan seperti kapal pecah.
Eril terbaring telengkup di kasur sisi kasur. Telapak kakinya menggantung di ujung kasur berdarah-darah menetesi lantai.
Kemudian ia menghadap kanan dengan lesu, wajahnya datar, matanya sembab, menatap fotonya dan Ibu yang digenggaman tangan kanan bergemetar. Eril memukul-mukul dadanya dengan tangan kiri, merintih pedih mengatur napas kesusahan. Ia menggigil, memeluk kakinya. Merintih, bernapas buru-buru.
SFX: SUARA JAM DETIK DEMI DETIK.
Rintihan Eril perlahan semakin tenang. Suasana sunyi.
Perlahan membuka mata. Menatap langit hitam melalui jendela. Perlahan melepas pelukan kakinya. Duduk di sisi kasur menatap langit dengan tenang. Ia menatap foto, tersenyum tipis. Ia membalik foto itu dan membaca tulisan: Bersama, Kita Bahagia.
CUT TO:
82. EXT. DEPAN RUMAH ERIL — SIANG
ERIL (V.O.)
Eril memegangi sepedanya dan menatap langit yang mulai hujan. Ia tersenyum. Ia menaiki sepedanya dan mengayuhnya dengan telanjang kaki.
CUT TO:
83. INT. GEDUNG KEDOKTERAN - LORONG — SIANG
Fiki berjalan bolak-balik menelpon Eril khawatir.
FIKI
(khawatir)
INSERT:
Bella yang sedang bersama dua temannya, sesekali malihat Fiki. Bella ikut gelisah memperhatikan dan mendengar perkataan Fiki.
CUT TO:
84. EXT. KAMPUS - TEMPAT PARKIR — SIANG
Bella berjalan melamun.
BELLA
(khawatir dan kesal bergiliran)
SFX: SUARA NOTIFIKASI PESAN.
Bella membuka pesan itu.
BELLA
(bertanya-tanya)
INSERT:
Isi pesan : "Sebaiknya kamu cepat kemari. Aku takut hal buruk akan terjadi pada Eril. Pantai Lenta." dan sebuah foto terkirim, bergambar Eril menenteng sepedanya di pasir pantai.
BELLA
(resah, menerka-nerka)
Hujan mulai turun, Bella berlari memasuki mobil dan menjalankannya.
CUT TO:
85. EXT. PANTAI LENTA - PESISIR LAUT — SIANG
Suasana pantai sepi tanpa siapapun. Matahari keluar dari awan hitam, dan sudah hampir tenggelam.
Eril duduk di atas pasir, samping sepedanya. Memandangi ombak dengan perasaan tenang. Menatap perahu nelayan yang berjalan. Menatap matahari jauh di depan.
Eril mengusap-usap fotonya dan Ibu dengan rasa kehilangan. Lalu menatap matahari yang segera tenggelam
ERIL (V.O.)
(tentram)
INSERT:
Gelang menggantung bertuliskan: Semangat! Kamu pasti bisa menghadapinya.
Matanya tidak lepas dari matahari. Eril memasukkan foto ke saku celananya dan mulai melangkah maju tertatih. Ekspresi tentram kian berganti dengan tertawa kesedihan, semakin melangkah maju, semakin sedih. Tersedu-sedu dan merintih menangis.
ERIL (V.O.)
SFX: SUARA SAYUP-SAYUP BAGAS MEMANGGIL-MANGGIL.
ERIL (CONT'D)
Menarik napas dan menyelamkan diri.
Eril mengapung pasrah dalam air, menghadap dasar laut yang gelap.
CUT TO:
86. EXT. PANTAI LENTA - JALANAN SISI PANTAI — MALAM
Keadaan pantai remang-remang oleh lampu jalan.
SFX: SIRINE MOBIL AMBULAN
Bella memarkirkan mobil beberapa langkah di belakang ambulan. Keluar mobil dan melihat kerumunan di pesisir pantai dengan khawatir dan resah.
Ia tak sengaja melihat sepeda Eril cukup berjarak dari kerumunan itu.
BELLA
(khawatir, takut, panik)
Bella berlari ke sepeda itu dan mendapati gelang Eril menggantung di stang sepeda. Ia mengambil dan memperhatikannya.
BELLA
(panik, takut)
Bella menerobos kerumunan, dan benar melihat Eril sedang tak sadarkan diri dengan tubuh basah kuyup dan wajah memar, diangkat oleh tim medis.
BELLA
(panik, takut, bertanya-tanya)
Bella hanya bisa menangis tak percaya, cemas, mengikuti Eril dibawa tim medis.
Seorang warga bertanya kepada seorang bapak nelayan yang sedang menyenteri laut.
WARGA
(kasihan, penasaran)
NELAYAN 1
(khawatir, agak takut)
NELAYAN 2
NELAYAN 1
NELAYAN 2
CUT TO:
87. INT. RUMAH SAKIT - RUANG RAWAT INAP — MALAM
Bella berdiri masih tersedu-sedu menatap Eril yang tidak sadarkan diri di ranjang.
BELLA (V.O.)
(sedih, khawatir)
Bella memperhatikan foto bergambar Susi dan Eril di atas dompet Eril yang digenggam kedua tangannya.
Kemudian ia tiba-tiba teringat sesuatu dan membuka pesan dari orang yang memberitahu keberadaan Eril. Bella menelponnya.
PRIA SEBERANG TELEPON (O.S.)
BELLA
(ragu)
PRIA SEBERANG TELEPON (O.S.)
BELLA
PRIA SEBERANG TELEPON (O.S.)
Bella terdiam berpikir sesaat.
PRIA SEBERANG TELEPON (O.S.)
BELLA
Bella menutup teleponnya dan memandang Eril.
BELLA
(berpikir-pikir)
DISSOLVE TO: