Skala Manusia
4. ACT 2 SEQUENCE 4

49. EXT. UNIVERSITAS KATIAN BAKTI — SIANG

SATU BULAN KEMUDIAN. ESTABLISH UNIVERSITAS KATIAN BAKTI

BEGIN MONTAGE:

  1. Eril memasuki gerbang kampus mengenakan seragam dan aksesoris ospek. Name tag besar dikalungkan.
  2. Ia kebingungan melihat mahasiswa baru lainnya berlarian berbeda arah. Ia melihat jam tangannya resah, kemudian berlari menoleh sana-sini.

END MONTAGE

50. INT. GEDUNG KEDOKTERAN - LORONG — SIANG

Eril berlari ke pintu Aula yang sudah tertutup dan dijaga dua orang senior. Eril berhenti, mengatur napasnya.

SENIOR 1

Terlambat delapan menit.

ERIL

(memelas)

Maaf kak. Saya bingung cari gedungnya.

SENIOR 2

Untuk yang terlambat, berdiri di sana! (menunjuk pojok di sisi kirinya)

Eril berjalan dengan berat hati, melihat beberapa mahasiswa lain juga berdiri di sana. Ia berdiri sekitar sepuluh langkah dari mereka, sendirian menyandar ke dinding, menengadahkan kepala.

INSERT:

Bella datang terengah-engah ke depan pintu aula.

SENIOR 2

Berdiri di sana. (menunjuk pojokan)

Bella berjalan agak menunduk ke sana dan melihat seorang laki-laki, belum menyadari itu adalah Eril.

Eril mengarahkan pandangannya ke kanan dengan datar, membaca name tag Bella.

Bella menengadah dan seketika menghentikan langkahnya sesaat bertatapan dengan Eril.

BELLA

(tertegun)

Eril! (berbisik)

Mereka saling menatap sesaat. Eril datar, Bella berharap dan kecewa.

Eril mengalihkan wajahnya dan menengadah kembali. Seperti tidak mengenal Bella.

Bella berbalik, kecewa, kemudian berlari pergi.

CUT TO:

51. INT. GEDUNG KEDOKTERAN - TOILET — SIANG

Di hadapan cermin besar, Bella membasuh wajahnya di wastafel. Menatap dirinya di cermin.

BELLA

(resah, berusaha tenang)

Kenapa dia ada di sini? Kenapa aku bisa bertemu lagi dengannya? Bagaimana ini?! Apa yang harus aku lakukan? (jeda) Jangan takut Bella, Ingat, kamu sudah melupakannya. Hiraukan saja. Anggap kamu tidak pernah mengenalnya.

Berdiri tegak mengambil napas dalam-dalam menatap dirinya.

CUT TO:

52. INT. GEDUNG KEDOKTERAN - AULA — SIANG

Eril dan Bella duduk di lantai, berseberangan. Di barisan paling belakang. Bella duduk sebelah kiri belakang Eril.

Eril menunduk memainkan tali sepatunya, sedangkan Bella menatap Eril kesal.

BELLA (V.O.)

Dia tidak ada niatan bicara padaku sama sekali. Sekarang, dia seperti Eril yang kukenal saat pertama kali melihatnya. Pendiam dan tidak mempedulikan sekitar. Apa dia tidak malu, atau canggung melihatku? Ataukah karena perempuan itu? (jeda) Lantas, apa maksud ungkapan perasaannya padaku. Di depan rumahku sendiri. Sampai sekarang aku masih tidak mengerti. (jeda) Ternyata benar apa kata Mama. Cinta itu berbahaya.

Bella melihat tiga orang perempuan di baris kirinya agak depan sedang memandangi Eril dengan centil. Bella agak cemburu.

BELLA

(sedikit kesal)

Astaga Bella. Jangan dipikirin, jangan dipikirin. (berbisik menunduk menggeleng-geleng)

CUT TO:

53. UNIVERSITAS KATIAN BAKTI - GERBANG — SIANG

Suasana sore ramai, banyak mahasiswa baru lalu lalang di dekat gerbang kampus.

Bella berjalan dengan sedikit tatapan kosong. Eril melewatinya begitu saja sambil tersenyum tipis menyapa seseorang di luar gerbang depan. Bella tertegun menyadari Eril melewatinya begitu saja.

Bella melihat Eril menghampiri sebuah mobil hitam. Sesaat pintu kursi bagian tengah mobil itu terbuka, Bella melihat Mira mengenakan seragam SMA tersenyum menyambut Eril.

Bella tertegun melihat kepergian mobil itu.

BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATION

  1. Kamar Bella - Bella masuk dengan jalan kesal, masih mengenakan seragam ospeknya. Ia membuka kotak dibawah kasurnya. Di kotak itu ada boneka hiu dan catatan Eril. Ia mengambil catatan itu.
  2. Dapur rumah Bella - Bella berjalan cepat menghampiri tempat sampah. Sesaat kemudian, melemparkan catatan itu ke tempat sampah dengan kesal. Menatap sakit hati catatan itu sambil mengelap matanya yang mulai berkaca-kaca.

END MONTAGE

54. INT. RUMAH BELLA - KAMAR BELLA — MALAM

Duduk di kasurnya, Bella memeluk kedua kakinya. Menaruh kening di lutut. Menangis tersedu-sedu beberapa saat.

Ia mengangkat kepala mengelap tangisannya.

BELLA

(merengek)

Kenapa rasanya masih belum hilang?

Menangis lagi menaruh keningnya di lutut.

CUT TO:

55. INT. GEDUNG KEDOKTERAN - KELAS — SIANG

Eril masuk ke kelas dengan jalan cepat menatap lantai mengenakan headset, menghiraukan siapapun di kelasnya. Duduk di kursi baris kedua dari belakang, tepat disamping jalan setapak, barisan kosong. Ia resah, sesekali dipandangi orang-orang.

INSERT:

3 Mahasiswa mengobrol sambil sesekali menoleh Eril dengan centil senyam-senyum.

Eril menyadarinya.

ERIL

(risih dan kesal)

Sial. Mereka semua sama saja.

Menutup wajah sedikit dengan penutup kepala jaketnya lalu mengeluarkan buku dan botol minumnya ditaruh di meja.

INSERT:

Bella memasuki kelas dan melihat kursi di depan telah penuh. Ia melihat kursi kosong di belakang. Ia berjalan ke sana dan melihat Eril yang sedang menegakkan duduknya, Bella terkejut dan tiba-tiba berbalik.

Eril melihat ke arah Bella dengan aneh lalu mengalihkan perhatian, cuek sambil minum.

BELLA (V.O.)

(agak merengek)

Kenapa aku bisa satu kelas lagi dengannya?! Astagaa (mengigiti bibir)

Bella berbalik, dan berjalan terunduk ke belakang sambil pura-pura menggaruk keningnya agar wajahnya tertutupi.

Bella duduk di kursi kosong terjauh dari Eril. Bella tertunduk di meja, ditutupi lengannya yang menyikap.

GANAN (L/18) dan IDAN (L/18) yang duduk di depan Eril berbalik setengah badan menghadap Eril.

GANAN

Hei, kenalin gue Ganan. (mengulurkan tangan)

ERIL

(datar, cuek)

Eril. (bersalaman terpaksa)

IDAN

Gue Idan. (bersalaman dengan Eril)

GANAN

Habis kelas, ayo kita nongkrong bareng.

IDAN

Gue ada rekomendasi tempat seru buat kumpul. Kita ke...

FIKI (L/18) membuka pintu kelas pelan. Berjaket panjang hingga paha berwarna coklat. Ia berjalan menunduk tidak percaya diri ke belakang.

Ganan memperhatikan pakaian Fiki yang kemudian duduk tepat di belakang Eril.

GANAN

(menyindir)

Wahh. Kok tiba-tiba dingin ya. Perasaan kita bukan lagi digunung loh. Hahaha.

Ganan tertawa bersama Idan. Sedangkan Eril menatap heran dan geram mereka.

Pak Dosen memasuki kelas. Ganan dan Idan menghadap ke depan.

Eril menatap tajam mereka sambil minum. Tangan lainnya mencengkram penanya dengan kuat di atas buku tulisnya, geram.

PAK DOSEN

Halo semuanya, selamat pagi. Selamat datang di Universitas Katian Bakti ...

Eril merobek secarik kertas dan mulai menulis sesuatu dengan cepat. Ia melipat kertas itu dan meletakkannya di atas meja Fiki tanpa berbalik.

Fiki bingung dan sedikit takut. Ia membuka kertas itu dan membacanya.

ERIL (V.O.)

Tenang, enggak perlu takut dengan apa yang dikatakan orang yang duduk di depanku. Jangan pedulikan mereka. Kita berbeda dari mereka, karena kita tidak seperti mereka. Dan kenalin, gue Eril.

Membacanya Fiki lega. Menatap Eril dengan tentram dan hangat berterima kasih.

CUT TO:

56. INT. GEDUNG KEDOKTERAN - LORONG — SIANG

Bella keluar kelas dan berjalan. Ia melihat Eril berdiri di hadapan mading sedang membaca selebaran yang tertempel.

Bella salah tingkah, ragu dan takut melewati Eril.

BELLA

(tegas)

Hiraukan saja Bella! Tidak usah takut.(berbisik menggeleng)

Bella berjalan lurus melewati Eril yang fokus menatap selebaran perlombaan menulis cerpen tingkat nasional yang diadakan sebuah penerbitan.

ERIL

(percaya diri, heran)

Pemenang pertama mendapatkan hadiah lima juta rupiah. (menepukkan jari telunjuknya di angka 5jt itu). Rasanya tidak asing, seperti dejavu.

Ia pusing, memejam-mejamkan mata dan menggeleng-geleng menyadarkan diri. Tangannya bersandar ke dinding.

Fiki keluar dari toilet dan tak sengaja melihat Eril memegangi kepalanya di depan mading. Fiki mendekatinya dengan ragu-ragu dan tak percaya diri.

FIKI

Hei! Lo baik-baik aja?

ERIL

Eemm, Enggak, iya, enggak kenapa-napa. Cuma agak pusing aja. (pusingnya mereda, menggeleng menyegarkan diri) Ohh, iya. Lo yang tadi di kelas kan? Kita belum kenalan. Gue Eril (menyodorkan tangan)

FIKI

Fiki. (mengangguk malu-malu tersenyum)

Mereka saling berjabat tangan.

CUT TO:

57. INT. RUMAH BELLA - KAMAR BELLA - MALAM

Bella sedang belajar di mejanya, menatap kosong bukunya sambil mengetuk-ngetukkan pulpennya.

BELLA

(bimbang penasaran)

Ini sudah dua minggu lebih sejak ospek, dan kita hampir selalu bertemu di kampus, tapi dia tetap seperti itu. Ada apa dengannya? Apa aku berbuat salah? Atau mungkin, ada sesuatu di catatannya yang enggak aku sadari?

Ia berpikir-pikir.

BELLA

(tersadar takut)

Oh tidak, aku membuang catatan itu! Aduh, gimana dong?! Kalau dia minta catatan itu balik, apa yang harus kukatakan? Aaaa (mengacak-ngacak rambut)

Surya datang memegang kopinya di pintu kamar Bella yang terbuka.

SURYA

(penasaran dan gelisah)

Kamu kenapa lagi, Bella?

BELLA

Itu… catatan. Tapi Bella lupa, waktu itu Bella membuangnya.

Surya tersenyum tipis dan berbalik pergi.

Bella tertunduk menyesali perbuatannya.

BELLA

(merengek)

Bellaaa, Bella, kenapa kamu membuangnya. Kamu benar-benar jahat. Apalagi itu sangat berharga bagi dia. (menutup wajahnya)

Surya datang berjalan masuk sambil berbicara dan duduk di sisi kasur.

SURYA

(lembut)

Apapun yang kamu buang dengan ragu, enggak akan membuat kamu melupakannya. Dan kemungkinan kamu akan menyesalinya seperti sekarang. (jeda) Kamu cari ini kan? (mengangkat catatan Eril)

Bella berbalik menatap catatan itu di tangan Surya.

BELLA

(penasaran, merasa aneh)

Kenapa catatan itu?

SURYA

Saat itu Papa lihat kamu ragu-ragu membuangnya. Soalnya, tidak ada orang yang membuang sampah seperti itu, kecuali membuang sesuatu yang memiliki kenangan. Papa tahu, kemungkinan kamu akan menyesal, jadi Papa simpan dulu catatan itu. Papa enggak baca isinya kok.

Bella memeluk Surya.

BELLA

Makasih Pa. Makasih karena udah menjadi Papa terbaik di hidup Bella.

SURYA

Apapun untuk putri Papa tercinta. (mengecup kepala Bella)

JUMP CUT TO:

Di meja belajar, Bella membuka-buka catatan Eril, membaca ulang.

Ia kemudian membuka halaman paling belakang, terdapat secarik foto Bella dan Eril, dan gelang hitam Eril menempel disana. Bella memperhatikan foto itu dengan tatapan rindu.

BELLA

(merenung)

Kenapa Eril menjadi sangat berbeda saat hari itu? Apa alasannya? (jeda) Apa harus aku yang mengajaknya bicara?! Tapi itu bahkan melampaui kemampuan bersosialku.

Bella mengacak-acak rambutnya bimbang dan resah.

CUT TO:

58. INT. RUMAH ERIL — SIANG

Susi keluar kamar membawa tas hariannya dengan tergesa-gesa. Wajahnya lesu kelelahan, kurang tidur. Mendatangi meja kerjanya yang penuh kertas pesanan katering dan merapikannya.

Eril datang pulang membuka pintu rumah.

ERIL

Ibu mau pergi kemana sore-sore begini?

SUSI

(tergesa-gesa, agak resah, lelah)

Eh, Nak. Ibu dapat kabar kalau Bu Tini dilarikan ke rumah sakit. Dia jatuh di rumahnya sampai pingsan. Sekarang ibu mau pergi menjenguknya. (sambil mencatat sesuatu di mejanya)

ERIL

(khawatir)

Kenapa Mira tidak memberitahu Eril?! (berbisik). Kita jenguk besok aja, Bu. Sekarang ibu pasti kecapean, istirahat aja dulu hari ini.

SUSI

Enggak bisa. Besok ibu harus meeting sama beberapa klien di luar.

Eril menatap ibu khawatir.

ERIL

Ya sudah. Biar Eril antar ibu ke sana.

Susi menaruh kertas yang dicatatnya dan berjalan ke meja ruang tamu.

SUSI

(tergesa-gesa)

Engga usah, kamu di rumah aja. Ibu bisa naik angkutan umum, dekat kok rumah sakitnya (sedikit batuk, merapikan meja). (jeda) Ibu pergi dulu ya, kamu tolong cuci piring sama buat nasi, tadi ibu tidak sempat. Nanti Ibu pulang bawa martabak kesukaan kamu.

Susi berjalan tergesa-gesa keluar rumah dan menutup pintu.

Eril menatapnya khawatir dan kasihan tidak tega.

CUT TO:

59. INT. RUMAH SAKIT - RAWAT INAP — SIANG

Susi memasuki kamar rawat inap Bu TIni. Menyapa Bu Tini yang terbaring dan Mira duduk menemaninya.

SUSI

(agak khawatir)

Tini, bagaimana keadaan kamu sekarang?

BU TINI

(tersenyum ramah)

Sekarang sudah mendingan. Saya tadi jatuh dari tangga sampai kepala saya berdarah, untung tidak terlalu parah.

Susi tersenyum lega.

BU TINI

Oh iya Sus, bagaimana keadaan katering sekarang?

SUSI

Lancar, Tini. (tersenyum)

BU TINI

Maafin aku Susi, aku masih belum bisa bantu ngurusin katering dulu. Pasti kamu sangat kerepotan belakangan ini.

SUSI

Enggak apa-apa Tini, kamu enggak usah khawatir. Fokus aja sama kondisi kesehatan kamu.

BU TINI

(khawatir)

Wajah kamu kenapa agak pucat, Susi. Jangan terus bergadang mengurusi katering. Perhatikan kesehatan kamu juga. Kita ini sudah tua, harus banyak-banyak menjaga kesehatan dan istirahat kita.

Susi hanya tersenyum mengangguk. Matanya jelas kelelahan.

CUT TO:

60. INT. RUMAH ERIL - KAMAR ERIL — SIANG

Eril sedang menggerak-gerakkan penunjuk di layar laptopnya di halaman email.

ERIL

Eril Tamanindra, Langit di atas kertas (membaca nama filenya). Kirim (mengklik tombol). Ahhh, akhirnya selesai (menutup laptop dan meregangkan tangannya).

Eril bersandar di kursi menatap langit-langit.

ERIL

(tidak sabar, heran)

Pengumumannya masih 3 bulan lagi, aku tidak sabar. (jeda) Kenapa kegiatan ini tidak asing, ya? Seperti de javu, seakan aku sudah sering melakukannya. (jeda) Ingatanku benar-benar aneh (menggeleng-geleng).

FX: GEMURUH LANGIT.

Eril menatap langit berawan hitam melalui jendelanya yang terbuka. Ia khawatir.

BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATION

  1. Kamar Eril - Ia ambil jaket yang tergeletak di lantai dan berjalan cepat keluar.
  2. Pemberthentian Bis - Eril duduk menunggu bis. Ia menatap langit yang mulai gerimis sambil mengetuk-ngetuk payung hijaunya ke tanah.
  3. Tempat Parkir Rumah Sakit - Eril berdiri memayungi dirinya sambil melihat ibunya sedang duduk di kursi lobi luar, menunggu hujan reda. Ia kemudian berlari ke arah Susi sambil menghindari genangan-genangan air yang dilewatinya.

END MONTAGE

61. EXT. RUMAH SAKIT - GERBANG — MALAM

Susi melihat Eril menghampirinya sambil tersenyum lebar senang, dan berhenti dihadapan Susi.

SUSI

(terkejut, sedikit khawatir)

Eril?! Kenapa kamu kesini?

ERIL

(tersenyum)

Mau menjemput ibu.

SUSI

(tersenyum ringan)

Anak ini (menggeleng-geleng).

Mereka berjalan pergi beriringan. Satu payung berdua. Eril merangkul lengan Susi dengan hangat menempel. Ibu tersenyum ke arahnya, dan juga Eril.

CUT TO:

62. INT. BIS, PERJALANAN PULANG — MALAM

Eril tersenyum duduk di sebelah jendela menatap langit yang masih hujan. Kepalanya di pundak Susi.

Susi menggenggam tangan kanan Eril dan mengusapnya.

SUSI

Kamu mau beli apa dulu sebelum pulang?

ERIL

Enggak usah, Bu. Aku mau mau makan telur dadar yang sudah ibu masak aja. (tersenyum)

Susi tersenyum hangat menatap Eril di pundaknya.

SUSI (V.O.)

Ibu merasa lebih tenang sekarang. Karena kamu melupakan semua kejadian buruk yang menimpa Ayah. Melupakannya lebih baik untuk kamu, Eril, daripada menderita karena mengingatnya. (mengeratkan genggaman dan menaruh pipinya di kepala Eril)

DISSOLVE TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar