Skala Manusia
3. ACT 2 SEQUENCE 3

33. INT. RUANG RAWAT INAP — SIANG

ESTABLISH Rumah Sakit dan Ruang inap. Ada empat ranjang pasien dalam ruangan itu, Eril menempati ranjang dekat pintu.

Susi duduk di samping ranjang Eril dengan khawatir dan mata sembab. Melihat kepala dan tangan kiri Eril yang diperban.

SUSI

(sedih khawatir)

Eril, ayo bangun nak. Ibu enggak mau kehilangan kamu. Cuma kamu satu-satunya alasan ibu hidup, Eril. (menciumi tangan Eril)

Susi melihat ponsel Eril di meja samping ranjang, layarnya retak. Susi berusaha menyalakannya, namun tidak menyala.

SUSI

(tersenyum tegar)

Tidak apa-apa, ibu akan belikan hp baru nanti. Ibu punya uang sekarang.

Susi merasa penasaran dengan ujung kertas putih yang menonjol keluar dari casing ponsel itu. Susi membukanya, dan menemukan fotobooth Eril dengan Bella.

SUSI

(penasaran)

Siapa perempuan ini? Kenapa Eril tidak pernah menceritakannya (jeda). Apa mungkin ini...? (terkejut)

Dokter masuk mencuri perhatian Susi.

DOKTER

Dengan walinya, Eril?

Susi berdiri dan mengangguk cepat, memasukkan foto itu ke saku celananya.

JUMP CUT TO:

Susi duduk menggenggam tangan dan menatap Eril dengan sedih bingung.

Bu Tini dan Mira masuk.

Bu Tini berdiri di samping Susi. Mira berdiri di samping lain ranjang Eril membawa bingkisan.

Bu Tini

(khawatir)

Bagaimana keadaan Eril sekarang, Susi? (mengelus pundak Susi)

SUSI

(sedih)

Dia masih belum siuman sejak kecelakaan semalam.

Mira meletakkan bingkisan di meja sambil menatap wajah Eril.

SUSI

Makasih Tini, sudah meluangkan waktu menjenguk Eril. (memegang tangan Bu Tini)

BU TINI

Enggak masalah, kita kan bakal jadi besan. (tersenyum ramah)

Susi tersenyum tipis dengan mata sembab.

CUT TO:

34. INT. TOILET RUMAH SAKIT — SIANG

Susi membasuh wajah di wastafel dan menghembuskan napas lelah. Sesaat melamun gelisah menatap dirinya di cermin.

Ia ambil foto Eril dan Bella di saku dan memperhatikannya dengan bimbang, menatap senyuman Eril dan Bella.

Sudut matanya melihat tempat sampah di sampingnya. Ia berdiri dihadapannya dengan bimbang.

SUSI

(ragu-ragu, merasa bersalah)

Maafin ibu, Eril. Ini demi kebaikan kamu.

Susi kemudian merobek-robek foto itu.

MIRA

Bu Susi! (memanggil)

Susi terkejut menoleh Mira yang berdiri menahan pintu, dan membuang sobekan foto dengan cepat, takut ketahuan.

MIRA

Kak Eril, sudah siuman.

Susi kemudian berlari melewati Mira. Mira memandang curiga Bu Susi kemudian menatap tempat sampah itu.

CUT TO:

35. INT. RUANG RAWAT INAP — SIANG

Susi menghampiri Eril yang sedang memegangi kepalanya menahan pusing dan memanggil-manggil mencari ibunya dengan lirih.

SUSI

Ibu disini, Eril.

ERIL

(menahan pusing dan kebingungan)

Kenapa aku ada di sini? Apa yang sudah terjadi, bu?

SUSI

Semalam kamu kecelakaan.

ERIL

(tak percaya, pusing)

Kecelakaan?

Eril memegangi meraba-raba kepalanya yang pusing.

Mira masuk datang menghampiri, berdiri di samping ibunya.

SUSI

Kamu ingat mereka siapa?

Eril menggeleng.

Bu Tini dan Mira agak terkejut kemudian saling bertatapan.

SUSI

(tersenyum ragu)

Ini Bu Tini. Dan ini Mira (menyuruh Mira mendekat). Dia.. pacar kamu.

Eril agak terkejut mencoba memahami. Kemudian memandang Mira dengan datar, lalu tersenyum tipis. Mira tersenyum manis.

CUT TO:

36. INT. RUMAH SAKIT - DEPAN RUANG RAWAT ERIL — SIANG

Bella tertegun melihat melalui kaca di pintu. Menatap kelu Eril yang tersenyum menatap Mira.

BELLA

(tertegun)

Eril?! (berbisik)

Bella kemudian menyadari Bu Tini berjalan ke pintu sambil mengangkat telepon. Bella menghindar dan duduk di kursi samping pintu itu, tunduk termenung.

Bu Tini keluar sambil menelpon, berdiri di depan pintu, samping Bella.

BU TINI

Baik, saya sebentar lagi ke sana. Saya sedang di Rumah Sakit, menjenguk calon menantu saya. (terkekeh)

Bella tersentak mendengarnya. Menatap layar ponselnya.

INSERT:

Berita online: Tentang kecelakaan Eril, dan foto motor Eril samar-samar.

CUT TO:

37. EXT. TEMPAT PARKIR RUMAH SAKIT — SIANG

Bella berjalan melamun dan melihat Surya keluar mobil agak panik. Bella menarik napas tegar dan tersenyum paksa.

SURYA

(khawatir)

Gimana? Yang diberita itu Eril atau bukan?

BELLA

(menahan sedih)

Bukan. (menggeleng tersenyum tipis)

SURYA

(lega)

Ahh, syukurlah (mengelus dada).

Bella berjalan menuju mobil melewati Surya.

CUT TO:

38. INT. MOBIL - PERJALANAN PULANG — SIANG

Bella menyandarkan kepalanya di jendela mobil, memandang sisi jalan.

Surya fokus menyetir.

SURYA

Ngomong-ngomong, di sekolah Eril itu anaknya kayak gimana, Bell? Dia sangat baik 'kan?! (jeda) Kemarin dia membantu Papa merapikan taman dan sedikit mengobrol. Entah kenapa, Papa serasa sudah dekat dengannya. Terasa sekali dia anak yang kesepian. Makanya, saat papa lihat berita kecelakaan itu, papa takut itu benar-benar Eril. Karena motornya mirip dan tempatnya dekat sekolah kamu. Papa jadi khawatir.

Bella menghiraukan Surya yang terus berceloteh. Bella melamun menatap jalan, matanya berkaca-kaca.

CUT TO:

39. INT. RUMAH BELLA - KAMAR BELLA — SIANG

Bella mengangkat catatan Eril, menatapnya sakit hati. Ia berniat melempar catatan itu ke dinding, tapi tidak jadi.

Ia berbaring telentang di kasur, menutup dirinya dengan selimut. Menangis kecil patah hati, tersedu-sedu.

CUT TO:

40. INT. RUMAH ERIL — SIANG

BEGIN MONTAGE

  1. Susi membuka lemari di kamarnya, mengambil foto keluargnya yang berisi Susi, Eril dan Mas Tarjo di laci.
  2. Mengambil foto keluarganya di meja kecil samping kasur dan memasukkannya ke dalam tas.
  3. Susi masuk kamar Eril. Memeriksa meja belajar dan laci-laci Eril, mencari foto keluarga tapi tidak ada.

END MONTAGE

41. INT. RUMAH ERIL - KAMAR ERIL — SIANG

Susi menyalakan laptop Eril, tapi dihalangi kata sandi. Susi mencoba mengisi kata sandi itu.

SUSI

Lima belas, kosong tiga, kosong satu. (Sandi terbuka). Oke.

Susi membuka file galeri dan hanya ada empat foto di sana. Foto keluarga yang di crop, hanya ada Eril dan Susi.

SUSI

(heran, sedih)

Kenapa Eril memotong gambar ayahnya?!

Susi tertunduk sedih dan tegar.

Susi mencari di file lain hingga mengklik bagian dokumen. Susi terkejut menemukan banyak karya tulis Eril. Beberapa cerpen, puisi, sertifikat perlombaan, dan novel mentah.

SUSI

(kecewa kesal)

Astaga! Dia masih saja buang-buang waktunya.

Susi memilih semua file itu. Terdiam ragu sesaat. Kemudian mendeletenya dengan sedikit perasaan bersalah.

CUT TO:

42. INT. RUMAH SAKIT- RUANG RAWAT INAP — SIANG

Susi menunjukkan foto-foto yang dibawanya pada Eril yang duduk di ranjangnya.

SUSI

(bersemangat, menahan sedih)

Ini foto keluarga kita, Ibu, kamu, dan Ayah. (mengganti foto lagi). Ini kamu dengan ayah saat kamu masih kecil, di taman bermain. Ini kita saat berfoto di halaman rumah kita dulu. (berkaca-kaca, suaranya bergetar berusaha tegar)

Eril hanya mengangguk-ngangguk, sesekali memandang Susi agak sedih dan merasa aneh.

SUSI

(berharap)

Eril, kamu ingat kemana Ayah pergi? (jeda) Kamu ingat apa yang terjadi pada Ayah? (menggenggam tangan Eril)

Eril tertegun merasa aneh menatap wajah ibunya.

ERIL

(ragu)

Enggak. Eril... enggak bisa mengingatnya (menggeleng)

SUSI

Syukurlah.

Susi memeluk Eril, mengusap punggungnya dan menangis hening. Eril matanya menduga-duga di dekapan Susi.

CUT TO:

43. INT. RUMAH ERIL — SIANG

Di balik dinding, Eril mengintip ibunya yang sedang rapat dengan beberapa orang berpakaian rapi di ruang tamu, meja di sana penuh dokumen.

ERIL

Ibu! Sini sebentar.

CUT TO:

44. INT. RUMAH ERIL - DAPUR — SIANG

Di samping meja makan, Eril menarik dua kursi untuk ibu dan dirinya.

ERIL

Eril masih kurang yakin buat kuliah, bu. Kepala Eril kadang masih terasa sakit.

SUSI

Baru juga dua minggu keluar dari rumah sakit. Kata dokter nanti juga bakal sembuh. Kamu jangan terlalu khawatir.

ERIL

(Penasaran)

Gitu ya. (jeda) Tapi bu, kenapa Eril tiba-tiba bingung mau pilih jurusan apa di kuliah nanti?! Ibu tahu enggak apa yang Eril mau?

Susi membisu, tatapannya bimbang, agak takut dan ragu.

DISSOLVE TO:

45. EXT. RUMAH LAMA ERIL - BERANDA — SIANG

FLASHBACK

Eril berseragam SMP. Duduk di pinggir lantai memakai sepatunya. TARJO/AYAH ERIL (L/50) duduk di sampingnya.

TARJO

Eril, kalau kamu besar mau jadi apa?

ERIL

(bersemangat)

Euuumm. Eril mau membuat buku. Ingin jadi seorang penyair yang sering Ayah ceritakan. Eril ingin tampil dipanggung yang beeesarr. Eril mau membuat cerita tentang kita. Ayah, Ibu, dan Eril. Cerita keluarga yang sangaaat bahagiaa. (tertawa cekikikan)

Tarjo ikut tertawa.

Beberapa langkah di belakang Eril dan Tarjo, Susi berdiri di pintu rumah memperhatikan mereka sambil menyikap kedua tangannya, berekspresi datar tidak suka.

CUT TO:

46. INT. RUMAH LAMA ERIL - RUANG TAMU — SIANG

Eril duduk bimbang menatap kertas pendaftaran SMA di meja. Susi duduk di sampingnya sedang melipat pakaian.

SUSI

Kamu pilih jurusan IPA. Biar nanti bisa jadi Dokter atau Insinyur.

ERIL

(merengut)

Tapi bu, Eril kan mau jadi sastrawan.

SUSI

(tegas)

Udah, percaya aja sama ibu.

ERIL

(memohon)

Tapi kan bu..

SUSI

(tegas)

Turuti apa kata ibu!

Eril terdiam menatap Ibu dengan sedih kecewa.

CUT TO:

47. INT. RUMAH LAMA - KAMAR ERIL — MALAM

Susi membuka pintu kamar Eril, mendapati Eril sedang menulis cerita di laptop di meja belajar. Eril agak ketakutan.

Susi kesal dan menghampirinya dengan langkah cepat.

SUSI

(marah, membentak)

Kenapa kamu tidak menuruti apa kata ibu. Besok ujian, kenapa kamu masih saja buang-buang waktu dan tidak belajar. Ibu nggak suka kamu nulis cerita-cerita enggak berguna kayak gini terus. Mau jadi apa kamu nanti?!

ERIL

(memohon)

Tapi bu, aku mau ikut lomba menulis cer. (terpotong Susi)

SUSI

(geram)

Buat apa?! Lebih baik kamu fokus belajar, biar kamu naik ranking 1 lagi. Biar beasiswa kamu enggak dicabut. Gara-gara kamu sering nulis-nulis begini, nilai kamu jadi turun kan!

Eril pasrah terdiam. Ibu mengambil laptop Eril.

SUSI

(tegas)

Ibu sita laptop kamu sampai ujian selesai. Belajar buat ujian besok.

Susi berjalan keluar. Eril memandangnya dengan sedih kecewa.

CUT TO:

48. INT. RUMAH ERIL - DAPUR — SIANG

SAAT INI.

Eril dan Susi masih duduk di kursi meja makan bersampingan.

ERIL

Bu! Ibu! (menggoyahkan tangan Susi)

Susi tersadar dari lamunannya.

SUSI

(ragu-ragu)

Emmm, oh iya. Dulu kamu bilang mau jadi dokter. Untuk membuat ibu bangga. (tersenyum palsu)

ERIL

(tidak yakin, agak ragu)

Ohh begitu. Tapi biayanya sangat mahal. Kita enggak akan mampu.

SUSI

Enggak usah dipikirin, itu urusan ibu. Nanti ibu cariin lagi beasiswa untuk kamu. Itulah kenapa ibu selalu meminta kamu untuk rajin belajar dan berprestasi di akademik sejak dulu. Agar mudah di masa depan.

ERIL

Tapii..

SUSI

Ibu harus meeting lagi sama klien, mereka menunggu ibu.

Susi pergi dengan ekspresi tidak tega, tidak menunjukkan pada Eril.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar