1. Int. Rumah Kayla. Sore hari.
Cast : Demas, Kayla, Bunda
(Demas masuk ke kamar Kayla)
Demas
“kakak lagi apa?”
Kayla
“lagi nggak ngapa-ngapain sih, kenapa Mas?”
Demas
“kakak jangan nangis terus yaa, Demas sayang sama Kakak”
(memeluk Kayla)
Kayla
“Demas, nanti kalau sudah gede sudah dewasa, Demas lebih baik dari kakak yaa, jangan pernah mengharapkan sesuatu dari orang lain secara berlebihan. Sama, kamu harus menghargai orang lain, yaa Mas?”
(memeluk sambil nangis)
Demas
“Iya kak, pasti, nanti kalau ada apa-apa Demas bakalan cerita sama kakak, kakak mau kan dengerin kan?”
Kakak
“pasti”
(Bunda masuk ke dalam kamar)
Bunda
“wah anak-anak bunda lagi apa ini?”
Demas
“Demas kasian sama kakak, masa di hukum di rumahnya sendiri?”
Kayla
“nggak di hukum kok Mas, Cuma lagi diminta buat sendiri, haha”
Bunda
“Kayla kamu sudah makan?”
Kayla
“belum bun”
Bunda
“bunda ambilin yaa?”
Kayla
“nggak usah bun, nanti kalau Kayla laper, Kayla ambil sendiri”
Demas
“Demas keluar dulu, pasti bunda sama kakak ada obrolan perempuan hahaha”
(meninggalkan kamar Kayla)
Bunda
“Kay?”
(mendekati Kayla)
Kayla
“apa bun?”
Bunda
“maafin Ayah yaa”
Kayla
“nggak papa bun, bukan salah Ayah”
Bunda
“Bunda akan bantu ngomong dan jelasin ke Ayah”
Kayla
“nggak papa Bun”
2. Ext. teras rumah Ratan. Sore hari.
Cast : Cencen, Ratan
(Cencen datang ke rumah Ratan)
Cencen
“Kalau lu memang laki-laki datang dan jelasin masalah lu sama bokapnya Kayla”
Ratan
“apa sih Cen gua nggak paham lu ngomong apaan”
Cencen
“lu tahu?gara-gara lu Kayla dihukum sama Ayahnya, semua aksesnya disita dan dia di kurung di kamarnya”
Ratan
“hahh kenapa?”
Cencen
“kenapa lu tanya? Lu masih bisa berpikir kan? Masih ada otak kan?”
Ratan
“terus gua harus apa?”
Cencen
“dateng. Temui ayah Kayla minta maaf.”
Ratan
“nanti malem gua kesana”
Cencen
“gua tungggu itikad baik lu”
(meninggalkan rumah Ratan)
3. Int. Rumah Kayla. Malam hari.
Cast : Ratan, Kayla, Ayah, Bunda, Yuyut
(Ratan mengetuk pintu rumah Kayla dan di bukakan oleh Yuyut)
Ratan
“ayah Kayla ada mbak?”
Yuyut
“ada mas, silakan masuk”
(Yuyut masuk dan diikuti Ratan)
Yuyut
“Silakan duduk”
(Ratan duduk)
Ratan
“Assalamualaikum om”
(mencium tangan Ayah)
Ayah
“Waalaikumsalam”
Ratan
“om, saya mau minta maaf”
Ayah
“perihal apa?”
Ratan
“kayla”
Ayah
“yaaa, jadikan pengalaman saja, jangan pernah jadikan perempuan sebagai pelampiasan”
Ayah
“Naak? Ayah mana yang rela anak perempuannya tiap hari menangisi laki-laki, apalagi laki-laki itu satu nama yang sama”
Ayah
“Ayah memang nggak pernah ngobrol deket sama Kayla, tapi Ayah tahu Kayla kenapa”
Ayah
“selama dua tahun ini kan kalian berpisah?”
Ratan
“iya om”
Ayah
“selama itu juga Ayah tahu anak Ayah berubah”
Ayah
“dia pernah menjadi periang sebahagia itu, ternyata itu ketika kamu datang, dan dia pernah kecewa dan sesakit itu karena kamu pergi dan cerita yang sama”
Ratan
“maafin saya om, saya nggak bermaksud demikian”
Ayah
“kalau saya masih muda saya masih bisa berkelahi, saya ingin menggantikan sakit anak saya dengan memukuli kamu, tapi Ayah sekarang sudah tua, dan bukan cara terbaik menyelesaikan masalah dengan berkelahi”
Ratan
“apa boleh om, Kayla dibebaskan dari hukumannya?”
Ayah
“itu urusan ayah”
(Bunda keluar dari kamar Kayla)
Bunda
“Ratan? Kamu sudah lama disini?”
(Ratan menyalami Bunda)
Ratan
“enggak kok Bun”
Ayah
“Kayla suruh keluar bun”
(bunda memanggil Kayla)
Kayla
“Ratan? Ayah?”
Ayah
“sini duduk”
Kayla
“sejak kapan kamu disini?”
(menatap ke arah Ratan)
Ratan
“daritadi Kay, kamu nggak papa kan?”
Kayla
“aku baik-baik saja sama kaya yang kamu lihat”
(duduk di dekat ayah)
Ayah
“kamu mau apa Kay dari Ratan?”
Kayla
“Kayla nggak mau apa-apa Yahh semua sudah cukup”
Ayah
“kamu mau apa dari anak saya?”
Ratan
“saya juga nggak mau apa-apa om, Kayla sudah memberikan saya banyak hal, tapi sayangnya saya baru sadar itu semua sekarang”
Bunda
“semua memang begitu, ketika tepat menjadi milik kita dan membersamai kita, tidak pernah ada harganya, tapi, ketika semuanya hilang, pergi dari kita, pasti ada hal yang tertinggal, yaitu pembelajaran”
Ratan
“iya bun, sekali lagi maafin saya. Saya benar-benar menyesal”
Kayla
“ayah? Bunda? Boleh Kayla ngobrol berdua sama Ratan?”
Ayah
“disini saja. Biar ayah sama bunda yang pergi”
Ayah
“Ratan, ikut saya sebentar”
Kayla
“lah bagaimana sih yahh? Kok malah Ratannya diajak?”
Ayah
“pinjem sebentar. Ayo Tan ikuti saya”
(Ayah berjalan ke arah dapur dan diikuti Ratan)
Ratan
“ada apa om?”
Ayah
“kamu sungguh tidak mencintai Kayla?”
Ratan
“Maafkan saya Om, saya belum berhasil mencintai Kayla lagi”
Ayah
“tidak usah dipaksa”
(suaranya semakin pelan)
Ratan
“maaf om”
Ayah
“Laki-laki memang memegang keputusan pada suatu masalah. Tapi tidak untuk masalah hati. Bagaimanapun hati dan perasaan tidak bisa dipaksakan. Saya tahu mungkin kamu dulu terpikat sama kecantikan anak saya, kemudian ada masalah lalu kamu memutuskan hubungan kalian. Wajar. Dan ketika sekarang Kayla masih tetap mencintai kamu, kamu sama sekali tidak berkewajiban membalasnya. Tapi, kamu perlu tahu itu dan perlu menghargai itu.”
Ratan
“Iya om saya janji saya akan menghargai Kayla”
Ayah
“menghargai bukan berarti membalas. Cukup kamu perlakukan dia dengan baik, itu sudah lebih dari cukup”
Ratan
“baik om”
Ayah
“saat ini hubungan saya dengan Kayla semakin dekat dan akrab. Tapi kenapa harus dengan masalah kamu?”
Ayah
“obrolan saya dengan Kayla sangat bisa dihitung, alias kami sama-sama cuek satu sama lain, tapi bukan berarti saya tidak memedulikan anak saya, saya tahu dia sehabis pulang ketemu kamu dia nangis, saya tahu. Perasaan saya? Hancur, gila rasanya. Melihat putrinya anak kesayangannya menangis, apalagi itu karena laki-laki”
Ratan
“apa yang harus saya lakukan agar om maafkan saya?”
Ayah
“saya tidak benci tidak marah kepada kamu, tidak. Tapi saya, marah dengan diri saya sendiri, kenapa? Saya jarang berkomunikasi dengan dia, saya laki-laki satu-satunya yang dekat dengan dia, tapi saya tidak memperlihatkan itu semua, saya kecewa dan marah pada diri saya sendiri”
Ratan
“Om, maaf sebelumnya, menurut Ratan, Om sudah berhasil menjadi ayah yang hebat untuk Kayla dan Demas. Om memberikan pembelajaran tersirat untuk putri om, dan putri om menangkap itu semua dengan baik”
Ayah
“sudah, temui Kayla, selesaikan urusan kalian, Ayah menitipkan Kayla, jaga dia, sebagai apapun itu dan siapapun kamu”
(menepuk pundak Ratan)
Ratan
“makasih Ayah, Ratan akan jaga Kayla sungguh-sungguh”
4. Ext. taman rumah Kayla. Malam hari.
Cast : Ratan, Kayla
(Ratan datang ke taman dengan Kayla sudah duduk di kursi)
Ratan
“Maaf, sudah tunggu lama ya?”
(duduk)
Kayla
“ngobrol apa sama ayah?”
Ratan
“Masalah laki-laki”
Kayla
“bilang saja, aku nggak mau basa basi”
Ratan
“aku nggak basa basi, memang ini urusan laki-laki dan kamu nggak perlu tahu itu”
Kayla
“kenapa kamu juga tiba-tiba kesini?”
Ratan
“Kayla, aku tahu aku salah, dan aku mau minta maaf, kalau tidak seperti ini, mau seperti apa lagi?”
Ratan
“puluhan pesan dan panggilan dariku nggak pernah kamu respon, kalau nggak dengan cara datang kesini, mana mungkin kamu maafin aku?”
Kayla
“atas dasar diri kamu sendiri? Kamu kesini?”
Ratan
“Iya Kayla”
Kayla
“aku tahu juga kalau Cencen datang ke rumah kamu, dan meminta kamu ke rumah”
(menjawab dengan muka datar dan tanpa melihat ke arah Ratan)
Ratan
“iyaa karena Cencen begitu ya makanya aku datang kesini cepat-cepat”
Kayla
“berarti kamu kesini bukan atas dasar kesadaran kamu sendiri”
Ratan
“aku mau ngomong sama kamu”
Ratan
“tapi mungkin ini harusnya jadi obrolan kita dulu”
Ratan
“apa alasan kamu dulu selalu meminta aku pulang cepat?”
Kayla
“buat apa bahas itu?”
Ratan
“jawab dulu”
Kayla
“pertama, karena kamu punya tanggung jawab buat jagain Nenda, dan yang kedua, kamu selalu terbawa teman-teman kamu saat kamu main keluar”
Ratan
“kenapa kamu selalu tanya aku habis rokok berapa?”
Kayla
“pertanyaan konyol banget, itu ya buat kamu sendiri, kamu punya sakit pernafasan Tan, kena asap rokok sedikit pasti kambuh, kalau kambuh kamu pasti bilang sakit-sakit, sesek-sesek, terus aku bisa apa? Nggak bisa ngobatin juga kan?”
Ratan
“kenapa kamu nggak bilang itu dulu?”
Kayla
“aku nggak pernah mau banyak omong ketika memang aku tahu apa yang aku katakan itu benar, kalau kamu mau nurut sama aku, itu kamu juga yang enak, kamu juga yang merasakan”
Ratan
“maafin aku”
Kayla
“aku bukan pendendam, aku adalah orang ketika kamu membuat kesalahan, saat itu juga aku maafkan”
Ratan
“sekarang, jaga diri kamu baik-baik, aku pamit”
Kayla
“iya”
Ratan
“terima kasih”
(pergi dan melambaikan tangan)
V.O Kayla
“kenapa aku ngerasa sakit kamu ucapkan pamit lagi? Apa benar kamu akan pergi selepas ini?”
5. Int. Rumah Kayla. Malam hari.
Cast : Kayla, Cencen, Bunda
(Kayla masuk ke dalam rumah setelah bertemu dan ngobrol bareng Ratan)
Cencen
“Ratan sudah pulang?”
Kayla
“sudah”
(ponsel Kayla bedering)
Pesan masuk : “Kayla mobil aku nggak bisa di rem”
Kayla
“astaga, Ratan!”
(kaget)
Cencen
“kenapa Kay? Ratan kenapa?”
Kayla
“Cencen aku harus pergi dulu”
(mengambil kunci)
Bunda
“mau kemana Kay?”
Kayla
“pergi bun, Assalamualaikum”
(keluar)
Bunda
“kemana dia?”
(mendekati Cencen)
Cencen
“nggak tahu bun,tadi Cuma bilang astaga Ratan terus habis itu pergi”
Bunda
“kok perasaan bunda nggak enak”
6. Int. Dalam mobil Kayla, dalam mobil Ratan. Dini hari.
Cast : Ratan, Kayla
(Ratan berusaha mengendalikan mobilnya)
Ratan
“Ya Tuhan, lindungi hamba”
CUT TO
Kayla
“apa yang harus aku lakukan”
(kebingungan)
Kayla
“itu ia mobil Ratan”
(Kayla melajukan mobilnya dengan cepat dan berhenti di depan mobil Ratan)
(Kecelakaan terjadi mobil Kayla terdorong oleh mobil Ratan)
7. Int. Rumah Kayla. Pagi hari.
Cast : Bunda, Cencen, Ayah
(Setelah bunda menerima panggilan dari rumah sakit bunda teriak-teriak)
Bunda
“Ayahh!! Ayah!!! Kayla yaahhh!!!”
(menangis)
Ayah
“kenapa bunda ini?”
Cencen
“kenapa bun?”
Bunda
“Kayla kecelakaan”
Ayah
“apa? Apa kamu bilang? Dimana?”
Bunda
“Ayahh bagaimana keadaan Kayla yaahh??!”
(menangis)
8. Int. Rumah Ratan. Pagi hari
Cast :Mama, Nenda, Reyman.
(Reyman sedang menerima panggilan)
Reyman
“baik, saya kesana sekarang”
(menaangis)
Mama
“kenapa kamu nakk?”
(mengelus punggung Reyman)
Reyman
“Ratan kecelakaan maa”
Mama
“apaa? Dimana? Ya Allah!! Ratann!!”
(menangis)
Nenda
“kenapa? Ada apa? Ratan kenapa?”
Mama
“Ratan kecelakaan maa”
(Nenda kaget dan langsung duduk)
Reyman
“kita ke rumah sakit sekarang”