1. Ext. depan pagar rumah Kayla. Malam hari.
Cast : Ratan, Yuyut, Bunda, Kayla
(Ratan datang di depan rumah Kayla namun tidak dibukakan pintu)
Ratan
“Kayla! Bukain Kay! Aku harus ngomong dulu sama kamu!”
(berteriak di depan pagar)
Yuyut
“Non? Bagaimana itu? Dibukakan nggak?”
(mendekati Kayla)
Kayla
“nggak usah mbak, aku sudah males sama dia”
(masuk ke dalam rumah)
Yuyut
“aduh kasian banget kalau nggak dibukain, tapi bagaimana ya?”
(mendekat ke arah pagar)
Yuyut
“mas?”
Ratan
“Mbak? Mbak tolong bukain mbak!”
(menggedor pagar)
Yuyut
“maaf mas, sama mbak Kayla nya nggak boleh”
Ratan
“mbak tolonglah mbak, saya harus jelasin sesuatu sama. Kayla”
(Yuyut meninggalkan Ratan)
Ratan
“ahhh sialan!”
(berusaha menelepon Bunda)
Dalam panggilan :
Ratan : hallo, Assalamualaikum Bunda?
Bunda : hallo ada apa Ratan?
Ratan : bunda, Ratan boleh masuk ke rumah? Ratan harus ngomong sesuatu sama Kayla tapi Ratan nggak dibukain pintu
Bunda : nanti biar dibukain sama Yuyut yaa
Ratan
“untung ada Bunda”
(Yuyut membukakan pintu pagar)
Yuyut
“tapi mas, kata Bunda, suruh menemui Bunda dulu”
(mengejar Ratan yang lebih dulu masuk)
2. Int. Ruang tamu. Malam hari.
Cast : Ratan, Bunda
(Ratan masuk kemudian bersalaman dengan bunda kemudian duduk)
Ratan
“Bunda? Kayla? Bagaimana?”
(menoleh ke arah kamar Kayla)
Bunda
“sebentar, jelasin dulu sama Bunda”
Ratan
“Ratan bingung mulai darimana bun”
Bunda
“Kenapa? Kok sampai Kayla nggak bukain pintu buat kamu? Kok sampai dia marah? Kenapa?”
Ratan
“semua ini salah Ratan Bun, jadi Ratan itu memang sebenarnya sudah putus sama Kayla, sudah satu tahun lebih. Tapi kami masih berhubungan baik. Sangat baik. Akhir-akhir ini, Ratan dekat sama perempuan. Belum pacaran, tapi ada masalah. Ratan sempet bilang kalau Ratan ada masalah seseorang yang pertama kali Ratan ingat adalah Kayla, maksudnya karena memang yaa bagaimana ya bun, Ratan selalu dapat ketenangan itu sama Kayla, dan Cuma Kayla, tapi kayaknya Kayla salah paham sama pernyataan itu”
(menunduk)
Bunda
“Ratan, nggak semua orang bisa menerima maksud dari pernyataan kamu, apalagi kalau disampaikan orang lain. Semua orang punya tempat nyamannya masing-masing. Tapi apa kamu sudah memperlakukan nyamanmu itu dengan benar? Apa kamu sudah memperlakukannya dengan baik? Atau hanya kamu baiki kamu hargai saat kamu membutuhkan dia?”
Ratan
“Bunda, Ratan itu Cuma main-main sama perempuan itu, Ratan nggak bermaksud untuk serius Bun, tapi Ratan juga belum bisa lebih serius sekarang, terhadap siapapun itu”
Bunda
“No! bukan waktunya kamu buat main-main. Siapapun itu, nggak berhak buat dimainkan. Entah Kayla, atau siapapun, mereka berhak mendapatkan keseriusan”
Ratan
“Bunda mau maafin Ratan?”
Bunda
“Kenapa harus Bunda yang memaafkan”
Ratan
“Ratan sudah bikin anak bunda kecewa”
Bunda
“sudah nanti ngomong sama Kaylanya baik-baik, bunda yakin dia bakalan bisa maafin kamu”
Ratan
“Iya bun”
Bunda
“Tapi bisa besuk pagi saja nggak? Sekarang sudah malem, kamu pulang saja dulu, biar Kaylanya juga bisa nenangin diri”
Ratan
“yaudah Bun, kalau itu memang yang terbaik”
Bunda
“yaudah besuk datang lagi kesini yaa, Ratan langsung pulang saja, istirahat”
Ratan
“Iya bun, makasih ya bun”
(memeluk bunda)
Ratan
“Ratan permisi dulu bun, Assalamualaikum”
Bunda
“waalaikumsalam”
(Ratan meninggalkan rumah Kayla)
3. Int. Kamar Kayla. Malam hari.
Cast : Kayla, Cencen, Bunda
(Kayla masih menangis sedari tadi)
Cencen
“Ihhhh Kayy!! Lu itu kenapa sih sebenarnya? Ada apa? Jangan diem saja terus nangis kaya gini, kan gua jadi bingung harus bagaimana”
(mengelus punggung Kayla)
Cencen
“Kayy? Lu beneran nggak mau cerita sama gua? Ihh bener-bener ya ini anak”
(tiba-tiba Bunda masuk)
Cencen
“Bunda, Cencen nggak tahu Kayla kenapa”
(merengek)
Bunda
“Ratan sudah menceritakan semua sama bunda Kay”
(memeluk Kayla kemudian Kayla mengangkat kepala)
Kayla
“ngomong apaan? Bunda bukain pintu?”
Bunda
“Nggak begitu caranya nyelesain masalah Kay, bukan dengan saling diam dan menjauh. Semua ada konteksnya. Memang ada yang penyelesaiannya dengan ditinggalkan, tapi tidak dengan kasus ini”
Bunda
“Ratan, menganggap kamu sebagai rumah, dia paham kamu berhasil menciptakan kenymananan yang berbeda untuk Ratan”
Kayla
“rumah?”
Bunda
“Iya, rumah. Tempat kembali dengan segala keluh kesah. Saat dia pulang ke rumah dia percaya bahwa dia mendapatkan tempat paling berbeda diatara seluruh tempat di dunia”
Kayla
“Kayla bukan rumah bun! Kayla Cuma dia ingat saat dia memiliki masalah. Ketika dia bahagia, dia tidak sama Kayla, Kayla hanya diberi kesemapatan dekat untuk menghapus pilu dan menyeka air mata, bukan untuk berbalas kasih ataupun berimbas cinta, bukan bun”
Bunda
“Tapi kamu pernah nggak jatuh cinta sama laki-laki selain Ratan?”
(Kayla menggelengkan kepala)
Bunda
“Apa yang Kayla rasakan?”
Kayla
“bunda, Kayla itu nggak mau disangka jadi tisu untuk cerita Ratan, Kayla nggak mau, ini curang ini tidak adil, Kayla menaruh cinta, kenapa juga Kayla yang terluka? Mana keadilan untuk kisah kami? Mana?”
Bunda
“Kayla inget lagi, perihal apa yang buat Kayla bertahan dengan rasa ini. Kayla tidur, seka dulu matanya, bunda sudah siapin sendok di freezer”
(bunda keluar kamar)
Cencen
“Hehh! Kenapa sih? Gua dari tadi kaya orang aring tahu nggak? Dieem nggak tahu lu sama bunda ngomong masalah apaan”
Kayla
“ntar saja lah, gua mau tidur dulu, gua ingin sendiri”
(keluar mengambil sendok kemudian masuk dan menyeka matanya yang bengkak)
Cencen
“Besuk lu cerita yaa. Awas nggak cerita”
Kayla
“berisik”
(ambil posisi untuk tidur)
4. Ext. jalan sekitar rumah Ratan. Pagi hari.
Cast : Ratan, Reyman
(Ratan dan Reyman berjalan dari masjid selesai sholat subuh, Ratan berjalan dengan tatapan kosong)
Reyman
“Lu kenapa sih?”
Ratan
“Nggak papa”
Reyman
“Sudah nggak usah terlalu dipikirin”
Ratan
“gua ke rumah Kayla sekarang ya”
Reyman
“nggak sopan Tan, nanti saja biar terang dulu”
Ratan
“Perasaan gua nggak enak banget dari tadi malem”
Reyman
“Ehh nyebelin banget yaa, kita nggak ke masjid ditanyain, giliran ke masjid sekali dibicarain juga”
Ratan
“memang kitanya yang keterlaluan, ingat Tuhan Cuma pas sakit, sedih, jatuh. Pas seneng rasanya malah jauh sama Tuhan”
Reyman
“iya juga sih, Cuma kan ya harusnya orang nggak boleh julid begitu”
Ratan
“Nggak usah terlalu dipikirin, semua orang punya kebebasan berpendapat dan mengeluarkan suara”
Reyman
“makan apa lu? Kok mendadak jadi bijak kaya gini”
Ratan
“makan omongan Bunda”
(berjalan lebih cepat daripada Reyman)
Reyman
“ada baiknya juga Ratan deket sama Kayla, dia jadi lebih dewasa”
(berjalan lebih cepat menyusul Ratan)
5. Ext. halaman belakang rumah Kayla. Pagi hari.
Cast : Kayla, Cencen, Bunda
(Kayla duduk melamun di kursi di taman belakang rumahnya Cencen mengintip dari balik jendela kemudian mendekati Kayla)
Cencen
“Gua cariin dari tadi ternyata lu disini?”
(duduk di deket Kayla)
Kayla
“dari habis subuh gua disini, enak saja ngehirup udara seger pagi-pagi”
(tersenyum)
Cencen
“mata lu masih keliatan bengkak, habis nangis lagi?”
Kayla
“Iyaa, nggak papa kok tapi”
(Bunda datang dengan pakaian rapi)
Bunda
“Kayla, Cencen, Bunda pergi dulu yaa, jaga diri kalian baik-baik”
Kayla
“Hati-hati bun, cepat pulang”
(memeluk Bunda)
Cencen
“hati-hati Bunda”
(ditarik bunda untuk dipeluk juga)
Bunda
“besuk ayahmu dateng, kemungkinan dia akan libur tiga hari. Selama tiga hari itu, kamu urus Ayah kamu yaa, soalnya Bunda nggak ada”
Kayla
“Iyaa Bun”
Bunda
“Cencen juga disini saja dulu, Bunda sudah ngomong sama Ayahnya Kayla, temenin Kayla ya”
Cencen
“Iyaa bun”
Bunda
“Yaudah bunda pamit dulu, Assalamualaikum”
Kayla
“Waalaikumsalam”
Cencen
“Waalaikumsalam Bunda”
(Bunda pergi Kayla dan Cencen duduk lagi)
Kayla
“lu hari ini mau pergi sama Danendra ya?”
Cencen
“iya Kay, sebentar doang kok tapi, sore pasti pulang”
Kayla
“yaudah nanti hati-hati yaa, gua mau ke kamar Demas dulu”
Cencen
“tapi Kay..”
(Kayla tetap pergi)
6. Ext. teras rumah Ratan. Pagi hari.
Cast : Nenda, Ratan
(nenda duduk disamping Ratan yang sudah berpakaian rapi)
Nenda
“kamu mau kemana? Tumben jam segini sudah rapi”
Ratan
“Tadinya mau pergi Nda, tapi nggak tahu deh”
Nenda
“mau kemana?”
Ratan
“Mau nemuin Kayla, tapi nggak tahu, apa Kayla mau atau nggak”
(tatapan kosong)
Nenda
“Apa kamu sayang sama Ratan?”
Nenda
“Apa kamu masih ada perasaan sama dia?”
Ratan
“Ratan nggak tahu”
(berkaca-kaca)
Nenda
“kenapa mata kamu berkaca-kaca?”
Ratan
“Ratan keinget sama Mama”
Nenda
“kenapa?”
Ratan
“Ingin banget cerita sama Mama terus ngobrolin masalah Ratan”
(meneteskan air mata)
Nenda
“sama Nenda kan bisa”
(memeluk Ratan)
Ratan
“makasih Nenda”
(memeluk nenda)
Nenda
“Datanglah kepada Kayla, bicara baik-baik”
Ratan
“Ratan takut ditolak kaya kemarin”
Nenda
“coba dulu, Bismillah dulu”
Ratan
“yaudah Nenda, sebentar lagi yaa”
Nenda
“Iya sayang”