104. INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN — NIGHT
Rusdi berbaring di atas ranjang. Dia sudah memakai masker oksigen di wajahnya. Tidak terdengar lagi suara napas sesak.
Di jari Rusdi terpasang oximeter jepit yang menunjukkan kadar oksigen dalam darah Rusdi sekitar 95%.
Indra, Arul dan Desi sedikit memojok ke dinding, menjauh dari ranjang Rusdi sembari dokter memeriksa Rusdi, memeriksa monitor pasien. Dokter bersama dua perawat lainnya.
Dokter selesai.
Dokter hanya tersenyum, lalu melangkah keluar kamar.
Arul memperhatikan dokter keluar. Lalu mengecek handphonenya, menunjukkan kita pukul 22:57.
105. INT. RUMAH SAKIT - LORONG — NIGHT
Desi terduduk di kursi-kursi besi yang diletakkan di lorong dekat pintu masuk kamar pasien Rusdi. Dia tengah tertunduk menangis, membendung suaranya. Indra tampak berjalan mendekat dari arah kamar pasien, lalu duduk di samping Desi.
Indra menghela napas berat. Bersandar pada kepala kursi.
Desi makin tumpah dalam tangisnya.
Desi mengusap air matanya, ia masih sesegukan. Sementara air matanya terus mengalir keluar.
Desi berusaha menghentikan tangisnya. Bersandar pada kepala kursi.
Desi menyandarkan kepalanya ke pundak Indra yang terdiam mematung dengan tatapan yang kosong.
Tiba-tiba Arul keluar dengan panik dari dalam kamar. Ia bahkan tak menoleh atau berbicara sebentar ke Indra atau Desi. Ia berlari menyusuri lorong, berteriak meminta tolong. Desi dan Indra menjadi panik dan langsung berlari masuk ke kamar. Kita mengikuti mereka berlari dari belakang menuju ranjang Rusdi. Rusdi kejang di atas ranjang. Monitor pasien kembali berbunyi "bip" tempo cepat.
Kemudian seorang DOKTER dan tiga PERAWAT lainnya membawa peralatan mereka seperti steteskop, alat pengukur darah. Mereka datang dari arah luar dan langsung menuju ke ranjang Rusdi.
Langkah ketiga anak Rusdi terasa berat meninggalkan ruangan. Mereka masih sempat untuk terus melihat Rusdi dari jauh.
Tirai yang mengelilingi ranjang Rusdi, digeser menutup sehingga kita tidak bisa melihat Rusdi lagi.
106. INT. RUMAH SAKIT - LORONG — NIGHT
Insert : Arul membuka handphonennya, menunjukkan pukul 00:03.
Arul meletakkan kembali telepon genggamnya ke saku celana. Lalu bersandar ke tembok yang berada tepat di depan pintu kamar. Raut wajahnya seperti orang kebingungan. Matanya sendu.
Kita menunggu di lorong. Memperhatikan keputusan-asaan Desi yang terus berjalan tak tenang mengitari lorong, sembari menggigiti kukunya. Air matanya terus mengalir. Sementara Indra terduduk di kursi panjang, kakinya tak bisa diam, ia juga merasa gelisah. Mata Indra nampak merah.
Desi berjalan mendekati pintu kamar, berusaha melihat ke dalam dari bagian kaca pada pintu masuk kamar. Hanya terlihat perawat yang pulang balik di sekitaran ranjang Rusdi.
Indra menjemput Desi, menarik tangannya untuk membantunya duduk di kursi panjang.
Desi tiba-tiba menangis sejadi-jadinya. Memeluk pinggang Indra yang berdiri di depannya. Indra mengelus-elus kepala Desi pelan-pelan.
Indra dan Arul hanya saling melempar tatapan kasihan.
Kemudian seorang perawat keluar dari kamar. Berdiri diam di depan kamar memperhatikan Desi. Desi mengangkat kepalanya. Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara.
107. INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN — NIGHT
Desi, Indra dan Arul berjalan beriringan masuk ke kamar. Mereka pelan-pelan dalam langkah. Raut wajah mereka memasang ekspresi sedih, gelisah, takut, khawatir. Mata Desi nampak sembab sekali.
Perawat membuka tirai yang mengitari ranjang Rusdi. Kita melihat Rusdi yang sudah memakai masker oksigen berkantung. Terbaring tak sadarkan diri.
Insert : Oximeter jepit di jari Rusdi menunjukkan angka 55% pada kadar oksigen dalam darahnya.
Dokter menghampiri mereka yang masih sedikit jauh dari ranjang Rusdi.
Ketiga anak Rusdi hanya mampu berdiri seperti patung. Tertunduk tak tahu harus bagaimana.
Dokter hanya bisa tertunduk.
Desi melirik Indra yang nampak berpikir keras.
Ketiga anak Rusdi menoleh ke Rusdi dengan tatapan sedih.
Indra tertunduk memikirkan ucapan Desi barusan.
Para Dokter hanya mengiyakan, lalu beranjak pergi.
Ketiga anak Rusdi masih saja berdiri mematung. Desi mulai bergerak mendekati ranjang.
Desi duduk di kursi di samping kiri Rusdi, menggenggam tangannya yang dipasang oximeter pada jarinya.
Desi hanya menatap Rusdi dengan hibah. Matanya berkaca dan merah. Ekspresinya menggambarkan kesedihan dan penyesalannya.
Arul bertumpu pada lututnya di lantai, di samping kanan Rusdi, memegang tangan Rusdi.
Indra berdiri di samping Desi yang duduk di kursi, merangkul bahunya.
Arul mendekatkan wajahnya ke telinga Rusdi.
Melihat Arul mengucap itu, Desi tumpah seketika dalam tangisnya lagi. Dia melepas tangisnya begitu saja. Menangis tersendu-sendu. Indra memeluknya erat, menenangkannya.
Arul terus mengulangi dengan lembut kalimat La ilaha ilallallah di telinga Rusdi.
Indra dan Desi menoleh ke sumber suara. Arul fokus dengan berbisik ke telinga Rusdi terus menerus.
Seorang NENEK duduk di ranjang pasien yang berseberangan dengan Rusdi. Dia sendirian di sana.
Indra dan Desi hanya diam mendengarkan.
Indra seperti terharu, memikirkan perkataan nenek itu. Mengangguk dan men-senyumi nenek itu.
108. INT. RUMAH SAKIT - LORONG — NIGHT
Indra tengah menghubungi seseorang di teleponnya. Terdengar dering telepon.
Indra menutup panggilan teleponnya. Di layar terlihat sudah pukul 03:23.
109. INT. RUMAH SAKIT - KAMAR PASIEN — NIGHT
Desi masih duduk di kursi. Matanya sudah membengkak dan merah. Tangannya menutup alat oximeter di jari Rusdi. Ia sengaja menutupinya, tidak ingin melihatnya.
Sementara Arul masih berlutut di lantai dan fokus membisikkan kalimat La ilaha illallah di telinga Rusdi.
Indra berlutut di dekat Desi. Lalu memegang tangan Desi yang menutup alat oximeter Rusdi.
Desi merasa berat hati. Ia menjadi lemah seketika. Menangis tersedu-sedu lagi.
Indra menyingkirkan tangan Desi. Membuat kita bisa melihat angka 20% pada alat oximeter.
Insert : Monitor pasien Rusdi, menunjukkan garis lurus-lurus hanya dengan sedikit garis tidak beraturan yang muncul.
Indra perlahan membuka masker oksigen Rusdi. Mereka semua sudah nampak pasrah.
Kita fokus ke Arul, yang semakin dekat berbisik ke telinga Rusdi. Dia mulai menangis.
Arul mengulanginya lagi. Namun bunyi "bip" tak berhenti tiba-tiba terdengar. Arul makin menangis.
Insert : Monitor pasien Rusdi menunjukkan garis lurus.
Kita melihat Arul dan Desi menangis tersedu-sedu. Sementara Indra berusaha menenangkan Desi.
110. EXT. JALAN — NIGHT
Arul dan Indra mengendarai motor mereka yang berjalan di belakang mobil ambulans. Sirine ambulan terdengar nyaring bersamaan dengan kumandang adzan subuh di mana-mana.
111. INT. RUMAH - RUANG TENGAH — NIGHT
Jenazah Rusdi diletakkan di tengah-tengah ruangan yang sudah disiapkan kasur di sana. Rusdi sudah ditutupi sarung di sekujur badannya. Ada qur-an di atas kepalanya. Juga sebuah kertas yang menujukkan nama RUSDIANTORO, 17 MARET 1949.
112. INT. RUMAH - KAMAR MANDI — DAY
Jenazah Rusdi dibawa masuk ke kamar mandi, lalu diletakkan ke lantai. Indra mulai menyirami jenazah Rusdi dengan air di timba.
113. INT. RUMAH - RUANG TENGAH — DAY
Mayat Rusdi tengah disholatkan. Ada cukup banyak orang di sana yang melakukan sholat jenazah.
CUT TO:
114. EXT. RUMAH TERAS — DAY
Para pelayat duduk sembari melihat Indra berbicara di atas teras dengan mic, sementara jenazah Rusdi sudah tertutup di atas keranda.
Kita melihat ke barisan keluarga dekat dan jauh Rusdi yang ikut menangis. Kita melihat Desi, Siska, Santi, Mala dan Elma di sana.
Desi nampak makin menangis, orang-orang di sekelilingnya berusaha menenangkannya.
Arul berdiri di depan pintu, tersenyum haru kepada pelayat.
115. EXT. PEMAKAMAN UMUM — DAY
Orang-orang berkumpul di sekitar liang kubur. Isak tangis terdengar sana-sini. Desi masih menangis, disampingnya memegangi pundaknya ada Siska.
Jenazah Rusdi mulai diturunkan ke liang lahat. Sudah ada Indra, Arul dan satu orang PRIA lain di sana. Mereka menadah jenazah Rusdi.
Jenazah Rusdi dimasukkan ke liang jenazahnya. Lalu mulai ditutup dengan papan kecil.
Indra mengambil papan terakhir untuk menutupi bagian kepala. Sebelum menutupnya, Indra dengan perlahan membuka tali kafan yang mengikat di kepala Rusdi. Membuat wajah Rusdi terlihat.
Indra terdiam memperhatikan, mematung dengan wajah yang semakin menjadi sedih.
Indra tertunduk, menangis sejadi-jadinya. Dia berusaha meredam suara tangisnya. Dia menangis sebegitu parahnya tanpa suara.
Arul yang ada di belakangnya ikut menangis, mengelus pelan pundak Indra.
CUT TO BLACK.
116. MEJA MAKAN — VARIOUS TIME
INSERT : Jam dinding di dinding dapur sudah mati.
Dari sini, kita hanya mengambil satu shot, kita melihat semuanya dari ujung meja makan. Arul meletakkan tas ranselnya di atas meja makan, lalu duduk di samping Desi. Di atas meja sudah ada tiga ransel. Indra tengah memainkan handphone-nya. Desi melihat sesuatu di dinding dapur. Mereka semua duduk di kursi meja makan.
Arul hanya mengangguk mengikuti.
Desi dan Indra memikirkan jawabannya.
CUT TO:
Desi, Arul, Indra dan Siska duduk sembari menyantap makanan.
CUT TO:
Desi duduk sendirian di kursi meja makan sembari menangis.
CUT TO:
Arul bersama ISTRI-nya tengah memberi makan bayi mereka.
CUT TO:
Indra dan Siska tengah kerepotan mengurus tiga orang anak mereka yang masih kecil untuk makan di meja makan. Sangat rusuh keadaannya.
CUT TO:
Meja makan terlihat kosong. Tidak ada siapa-siapa di sana.
CUT TO:
117. INT. RUMAH - RUANG TENGAH — DAY
INDRA (80) duduk di atas kursi roda. Rambutnya sudah memutih keseluruhan. Kulit wajahnya sudah mulai luntur. Badannya sudah membungkuk. Di sampingnya berdiri DUA ORANG ANAK INDRA, juga TIGA ORANG CUCU INDRA. Mereka berdiri memperhatikan sesuatu di depan mereka. Salah satu CUCU INDRA (23) memegang sebuah bingkai foto.
Indra fokus menatap sesuatu di depannya. Matanya menjadi berembun.
Cucu Indra beranjak.
Cucu Indra memajang foto DESI (74 TAHUN) di samping foto ARUL (55). Sementara kita bisa melihat di atas foto Desi dan Arul ada foto RUSDI (70) dan ARNI (55). Kesamaan di foto-foto mereka adalah mereka semua tengah memakai infus di tangan, dan memakai pose dua jari dan tersenyum ke kamera saat berfoto.
Indra masih menatap foto-foto itu. Seakan-akan mengingat kembali momen keluarganya saat masih hidup. Tiba-tiba dia menangis. Ke-TIGA CUCU INDRA sigap memeluknya. ANAK PERTAMA INDRA (40) mengelus punggungnya dari belakang.
118. INT. RUMAH SAKIT — DAY
POV KAMERA PONSEL
Kita melihat dari perspektif kamera ponsel, hanya gambar Indra yang terlihat. Dia terbaring di ranjang pasien rumah sakit. Tangannya diinfus. Wajahnya tampak pucat.
Indra melihat kamera, mengangkat dua jarinya dan memasang pose "v" dengan jarinya, sembari tersenyum ke kamera.
Foto terambil.
FADE OUT.
TITLE CARD : SIAPA-BAPAK-SIAPA
THE END.