Siapa Bapak Siapa
9. BAGIAN 9 (Hal 81-89)

80. INT. RUMAH - RUANG TENGAH — DAY

Desi duduk di lantai beralaskan tikar, menonton video yang direkam Arul di pantai. Desi merasa haru menyaksikan itu.

Siska datang dari arah dapur membawa keranjang berisi jemuran yang sudah kering. Desi menunjukkn video singkat itu ke Siska. Siska mengambil handphone Desi.

Siska duduk berhadapan dengan Desi.

Desi mulai melipat jemuran yang sudah kering.

DESI
Mereka belum pernah bersenang-senang bertiga kek gitu setelah dewasa.

Siska selesai menonton, mengembalikan handphone Desi.

SISKA
Bagus lah. Mereka sama-sama laki-laki, harusnya bisa lebih saling mengerti.


DESI
Tapi sayangnya kenapa baru sekarang begini.

Mereka berdua fokus melipat jemuran.


81. EXT. STASIUN KERETA — DAY

Siska dan Indra berdiri bersampingan sembari berpegang tangan tak jauh dari rel. Kereta sudah sampai di depan mereka. Menunggu kereta selesai berhenti seutuhnya.

INDRA
Sampein salam ke Ibu yah.

Siska membalas dengan senyum. Mereka berpelukan untuk sebentar. Indra tiba-tiba teringat sesuatu.

INDRA (CONT'D)
Foto anak SMA itu... yang tiga orang.


SISKA
Aku udah WA mereka, ambilnya nanti malam aja.


INDRA
Oh... yaudah.

Siska melangkah menuju pintu masuk kereta. Mereka saling melambai tangan untuk sebentar.


82. EXT. RUMAH - HALAMAN BELAKANG — NIGHT

Rusdi dan Desi duduk bersampingan di kursi yang berhadapan langsung dengan halaman belakang. Indra dan Arul duduk di lantai di depan Rusdi-Desi, juga menghadap halaman belakang.

RUSDI
Kalo begini kan bagus... halamannya luas, bersih kelihatannya.

Kita beralih melihat halaman belakang rumah yang nampak luas dan bersih. Masih terlihat bekas pembakaran rumput.

Mereka berempat mendongakkan kepala melihat langit.

Langit malam ini mendung. Sedikit berwarna oranye.

INDRA
Mendung.


DESI
(menoleh ke Indra)
Makasih infonya.

Desi melirik Rusdi.

DESI (CONT'D)
(ke Rusdi)
Mendung Pak.


RUSDI
Iya.


ARUL
Harusnya Bapak bilang, makasih infonya. Supaya kocak.

Rusdi hanya mengangguk. Matanya masih fokus melihat langit.

ARUL (CONT'D)
Jadi itu tadi fotonya kenapa?

Tidak ada yang menjawab. Semuanya diam. Tapi Indra perlahan tersenyum, kembali mengingat kejadian itu dan mulai tertawa. Rusdi juga ikut tertawa kecil. Desi seperti tersipu malu.

ARUL (CONT'D)
Kenapa?


INDRA
Hari itu foto keluarga...


DESI
Ck... gak usah ah.


INDRA
(tatapan kosong)
Ada sesi foto aku sama Desi gendong kamu. Aku bagian kepala, Desi bagian pantat ke kaki. Kamu berak sampe tainya meleber kemana-mana saking banyaknya. Kamu nangis, Desi ikut nangis. Pas kamu diambil sama Ibu, itu tai udah berbekas di tangan Desi. Desi ampe merengek habis-habisan. Ampe ingusnya keluar. Tapi bodohnya, dia marah dan malah makan ingusnya. Bahkan fotografernya ikut panik.


ARUL
Itu doang? Mana lucunya?


INDRA
Kalo kamu lihat langsung, ketawa juga kamu.

Arul menjadi tidak bersemangat.

ARUL
Apa kita foto lagi kali yah? Kita foto bersama pas kecil doang.

Indra mengeluarkan ponsel dari saku celanya.

DESI
(ke Indra)
Pake Hp aku aja. Kamera Hpmu jelek.


INDRA
Tau dari mana?


DESI
Itu layarnya retak semua. Hp jelek pasti.

Indra meletakkan kembali handphonennya ke sakunya.

Desi memberikan ponselnya ke Indra yang sudah siap dalam mode kamera.

INDRA
Ini gimana?


DESI
Ya kamu pegang aja di situ.

Indra yang memegang kameranya, mereka berempat sedikit merapat, lalu tersenyum. Satu foto terambil. Indra mengeceknya.

INDRA
Kurang bagus.

Indra memberikan handphone Desi ke Arul.

ARUL
Aku gimana megangnya?


INDRA
Masa pegang Hp aja gak tahu.


ARUL
Maksud aku... LETAKNYA!


INDRA
Kanan kamu.

Arul mengikut perintah. Mereka merapat lagi dan mengambil satu foto lagi. Indra mengecek hasilnya.

INDRA (CONT'D)
Jelek. Posisi duduknya ini yang canggung.


DESI
Atau gini aja...

Desi mengatur posisi foto mereka. Desi beranjak dari kursinya, membawa kursinya masuk ke dalam.

DESI (CONT'D)
Bapak berdiri sebentar.

Desi menggeser kursi Rusdi sedikit lebih ke tengah.

DESI (CONT'D)
Bapak duduk lagi.
(beat)
Arul sama Indra, kalian di kanan-kiri Bapak. Biarin Bapak di tengah, aku di belakang.

Mereka mengatur posisi foto.

Desi memberikan ponsel ke Rusdi.

DESI (CONT'D)
Bapak yang pegang kamera.


RUSDI
Kenapa jadi saya yang pegang?


DESI
Ya karena Bapak yang di tengah.


RUSDI
Katanya yang di tengah itu, biasa mati.


ARUL
Gak boleh gitu Pak. Syirik kalo kata pak Haji.


RUSDI
Kalo saya mati nanti gak usah adain acara malam ketiga, ketujuh atau seterusnya.


DESI
Kenapa Pak?


RUSDI
Saya sudah mati, kalian malah bikin acara. Harga diri saya mana!


INDRA
SENYUM!!!

Rusdi mengambil foto. Mereka tampak bagus di foto terakhir ini. Tersenyum lebar dan bahagia.


83. INT. RUMAH - KAMAR INDRA/ARUL — NIGHT

Ada dua ranjang di setiap sudut kamar. Indra dan Arul sudah terlelap di ranjang masing-masing.


84. INT. RUMAH - NIGHT

LONG TAKE SHOT.

Desi terlelap di bawah selimutnya. Sepi sekali suasana sekitarnya. Hanya terdengar suara embusan napas Desi. Kemudian terdengar seseorang memanggil nama Desi, suaranya sangat kecil. Kita tahu itu suara Rusdi. Rusdi terus memanggil dari luar kamar. Desi terbangun. Ia mendengar suara itu. Dengan sigap ia beranjak dari ranjangnya. Kita terus mengikutinya berjalan untuk menyalakan lampu kamar. Lalu keluar dari kamarnya. Sekarang terdengar jelas suara Rusdi. Rusdi berdiri di dalam gelap, di depan kamarnya. Desi berjalan untuk menyalakan lampu ruang tengah.

RUSDI (O.C.)
Saya berak di celana.

Lampu menyala. Desi berjalan mendekat ke Rusdi. Ia mencium bau yang tidak enak. Rusdi hanya terus berdiri di depan pintu kamarnya, memegang bagian pintu kamar.

DESI
(masih mengantuk)
Kok bisa Pak?


RUSDI
Saya bangun sudah berantakan.


DESI
Tunggu di situ, Pak.

Desi berjalan masuk ke kamarnya. Kita mengikutinya. Desi mengambil selimut tipis yang dipakainya tadi. Lalu kembali keluar mendekati Rusdi. Setelah itu melingkarkan selimut itu ke pinggang Rusdi.

RUSDI
Kaki saya juga kena.


DESI
Hah?

Desi mengecek. Di kaki Rusdi sudah mengalir beberapa bekas kotoran.

DESI (CONT'D)
Ih Bapak kayak anak kecil.
(berjalan menuju dapur)
Tunggu di situ Pak.

Kita masih mengikuti Desi berjalan menuju dapur. Menyalakan lampu dapur lalu menuju ke lemari kayu. Membuka lemari kayu itu untuk mengambil kain-kain lap yang ada di bagian bawah dalam lemari. Desi mengambil sekitar enam kain lap. Membawanya di tangannya. Desi kembali menuju ke Rusdi. Rusdi masih berdiri seperti patung di depan kamarnya. Desi mendekat, lalu duduk di kedua kakinya untuk membersihkan cairan kotoran yang ada di kaki Rusdi dengan salah satu kain lap yang dibawanya. Dia menahan bau busuk yang dihirupnya.

DESI (CONT'D)
Bapak bisa jalan kan?

Desi meletakkan bekas kain lap di lantai. Lalu berdiri untuk membantu Rusdi berjalan, juga membantu Rusdi untuk merekatkan selimut yang ada di pinggangnya.

RUSDI
Perut saya sakit sekali Desi.


DESI
Karena makan mangga tadi ini. Usus buntu Bapak jadi makin parah mungkin.

Desi membantu Rusdi berjalan. Rusdi terus memegang perutnya. Dia juga terus terbatuk sejak tadi, sangat keras.

DESI (CONT'D)
Batuk Bapak masih?

Rusdi tidak menjawab mereka terus berjalan ke dapur. Desi mengarahkan Rusdi untuk masuk ke kamar mandi.

DESI (CONT'D)
Bapak tunggu di sini. Kalo capek berdiri, jongkok aja. Aku bangunin Indra dulu.

Kita mengikuti Desi lagi. Berjalan melintasi dapur menuju kamar Indra. Belum sampai, Indra sudah keluar dari kamar.

INDRA
Kenapa? Bapak kebangun?


DESI
Berak di celana dia.


INDRA
Hah?

Indra beranjak menuju dapur mengecek Rusdi.

ARUL (O.C.)
(dari dalam kamar)
Kenapa Des?


DESI
Bantu Indra sana.

Desi berjalan ke arah kamar Rusdi. Mengambil kain-kain lap yang ada di lantai. Lalu masuk ke kamar Rusdi. Terdengar suara Rusdi terbatuk. Desi terus masuk, lalu menyalakan lampu kamar Rusdi. Selimut Rusdi sudah ada di lantai. Sementara di lantai pintu masuk sudah ada beberapa tetesan kotoran. Di atas ranjang Rusdi ada bekas basah. Batuk Rusdi makin terdengar parah. Desi mulai khawatir.

DESI (CONT'D)
Ndra? Bapak gak apa-apa?

Desi meninggalkan kamar Rusdi. Berjalan dengan panik menuju dapur. Tiba-tiba Arul datang dari arah dapur, berlari ke kamar Rusdi, melewati Desi.

DESI (CONT'D)
Kenapa?


ARUL
Bapak batuk darah!

Desi tertegun, bergeming di tempat. Memperhatikan Arul masuk ke kamar Rusdi. Desi kemudian beranjak ke dapur, menuju ke kamar mandi yang pintunya sedikit terbuka.

DESI
INDRA BAPAK KENAPA?!

Terdengar suara Rusdi yang terus batuk.

INDRA (O.S.)
(dari dalam kamar mandi)
Pak... tarik napas Pak. Pelan-pelan.

Desi mendekat ke pintu kamar mandi.

DESI
Ndra!


INDRA (O.S.)
Jangan masuk Bapak gak pake celana!

Desi mundur beberapa langkah. Napasnya mulai terasa sesak. Desi nampak sangat panik. Arul datang membawa celana ganti, langsung masuk ke kamar mandi. Desi hanya memperhatikan, menarik kursi meja makan lalu duduk dan menenangkan perasaannya. Dia hanya bisa mendengar suara batuk Rusdi untuk beberapa saat. Kemudian tiba-tiba Arul keluar dengan sigap. Menyusul Indra yang menggendong Rusdi di belakangnya. Rusdi nampak setengah sadar, napasnya begitu sesak. Desi beranjak. Kita mengikuti mereka semua melewati dapur, ruang tengah, kemudian ruang depan, menunggu sebentar saat Arul membuka kunci pintu rumah. Desi terus mengecek Rusdi, berusaha membangunkannya. Suara Desi bergetar, dia menangis.


85. EXT. RUMAH — CONTINOUS

Kita menunggu di depan pintu, mendengar suara kunci pintu dibuka dari dalam. Arul membuka pintu dan langsung berlari menuju motor yang terparkir tak jauh dari teras. Indra dan Desi menyusul di belakangnya. Indra naik ke motor hati-hati, masih menggendong Rusdi di belakangnya, Arul membantunya mendudukkan Rusdi di jok motor. Kemudian Arul juga naik di belakang, melingkarkan tangannya ke pinggang Indra.

INDRA
Kamu urus dulu itu di kamar mandi, baju-baju Bapak.


DESI
Aku gak bisa di sini Ndra.


INDRA
DENGERIN AJA KATA AKU!!

Indra menjalankan motornya meninggalkan Desi. Desi memperhatikan Indra berjalan semakin jauh. Napas Desi terdengar begitu sesak.



CUT TO :








Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar