61. EXT. RUMAH - HALAMAN BELAKANG — DAY
Rusdi duduk di depan pintu di atas kursi menghadap ke halaman belakang. Di sampingnya, Desi duduk di lantai memegang piring berisi rujak mangga. Rusdi yang sedang memakan rujak. Terdengar juga suara mesin cuci yang sedang bekerja. Desi mencoba satu irisan mangga, dan merasa sangat kecut.
Arul berhenti sejenak di depan muka Rusdi. Pakaiannya kotor dan berkeringat.
Desi terkejut dengan katanya barusan.
Rusdi hanya mengangguk.
Indra tersenyum usil.
Indra mengangkat tumpukan ilalang dan rerumputan lain ke tengah halaman, yang sudah ada pembakaran rumput yang mereka buat.
Tanah di halaman belakang nampak bersih tapi tidak beraturan karena ilalang yang baru dicabut.
Rusdi nampak berkeringat, ia kepedasan.
Rusdi mengangguk. Desi sigap beranjak mengambil minum.
Indra mengecek kardus-kardus berisi barang bekas yang akan dibakar.
Arul berdiri di dekat tembok rumah, memperhatikan tumpukan bekas pot bunga yang terbuat dari tanah liat. Beberapa pot masih utuh, tapi tak sedikit juga yang sudah pecah bagiannya.
Indra masih mengecek beberapa kardus berisi barang bekas. Ada satu kardus yang berisi mainan lama. Indra mengambil sebuah topeng ultraman. Indra mengingat kembali kenangan tentang topeng itu, menghela napas berat.
Rusdi sedang meneguk segelas air. Dia sangat kepadasan.
Desi mengambil piring berisi mangga itu. Suara mesin cuci sudah berhenti bekerja.
62. INT. RUMAH - DAPUR — DAY
Desi meletakkan baskom di lantai. Membuka tutup mesin cuci lalu mengeluarkan cucian dari sana, berupa seprai dan selimut, serta bungkusan bantal dan guling.
63. EXT. RUMAH - HALAMAN BELAKANG — DAY
Perhatian Indra tertuju pada salah satu buku di sana. Ada semacam foto yang sedikit muncul ujungnya dari sela-sela buku. Indra meraihnya, lalu mengeluarkan foto itu.
Indra langsung tersenyum, dan tertawa lepas. Dia bahkan sampai terduduk di tanah.
Arul menoleh dengan bingung.
Desi dan Rusdi yang berada di pintu juga terkaget.
Mereka bertiga memperhatikan tingkah aneh Indra yang tertawa tidak jelas.
Arul melangkah mendekati Indra, lalu mengambil foto yang dipegang Indra, melihat foto itu untuk sebentar.
Arul mendekati Desi, lalu mengoperkan Foto itu. Hanya sedetik melihat foto itu, Desi langsung melempar ekspresi masam dan mengeluh, menutupi mukanya karena malu. Terdengar Indra yang makin tertawa. Rusdi melihat foto itu, dia juga ikut tertawa.
Kita melihat foto yang sekarang dipegang Rusdi. Foto itu menampilkan RUSDI (35), ARNI (30), INDRA (12), DESI (6) dan Arul yang masih balita dalam sebuah foto keluarga dengan tema berwarna biru pastel. Mereka semua tersenyum bahagia di foto itu.
Desi datang dari dalam rumah, sudah membawa baskom berisi cucian.
Arul mengambil kembali foto itu dari Rusdi.
Tiba-tiba suasana menjadi sunyi. Indra berhenti tertawa dan langsung bangkit untuk merapikan pembakaran rumput.
Desi melangkah keluar menuju samping rumah membawa cucian, dengan wajah datar.
Arul masuk ke dapur untuk mengambil mangga.
64. INT. RUMAH - HALAMAN SAMPING — DAY
Tanah di halaman ini juga masih berwarna coklat karena baru dicabuti rumputnya. Baskom cucian Desi ada di tanah.
Desi menggantung seprai yang lumayan besar ke tali jemuran. Jemuran sudah penuh dengan seprai dan selimut bantal. Lalu menjepit seprai besar tadi dengan penjepit jemuran.
Perhatian Desi teralihkan dengan seseorang yang sedang berjalan mendekati rumah. Orang itu adalah Siska, ia membawa sesuatu di tas dan sesuatu lainnya di tangannya.
Mereka saling melempar tatapan untuk sebentar.
Desi melempar senyum. Indra datang dari halaman belakang.
Indra berlari kembali ke halaman belakang.
Desi mengangkat baskom cuciannya yang sudah kosong.
65. INT. RUMAH - RUANG DEPAN — DAY
Desi dan Siska saling berpelukan erat, seperti sudah akrab. Arul hanya melempar senyum. Siska beranjak untuk memeluk Indra. Indra menolak.
Semua perhatian menuju ke sumber suara.
Rusdi berjalan keluar dari dapur menuju ke ruang depan. Siska melangkah mendekat dengan ragu-ragu, salim ke Rusdi.
Siska canggung untuk menjawabnya.
Siska hanya menjawab dengan senyum canggung. Indra di belakang sudah tertunduk untuk menahan emosinya. Desi yang melihatnya berusaha menenangkannya dengan menggeleng kepalanya. Indra paham dengan kode itu.
Siska menawarkan sebuah bingkisan berisi puding coklat.
Rusdi batuk. Tatapannya tajam ke Siska.
Desi muak dengan situasi ini.
Desi kemudian mengajak Siska untuk beranjak ke dapur.
Indra mendorong kepala Desi dari belakang.
Desi melayangkan tendangan sekeras mungkin ke bokong Indra. Lalu melanjutkan perjalanannya ke dapur.
Sementara Rusdi berjalan menuju kamarnya.
Arul spontan membantu Rusdi yang berjalan sedikit terpatah-patah sembari memegang perut bawahnya.
Rusdi terus berjalan menuju kamarnya dengan berpegang ke tembok.
66. INT. RUMAH - KAMAR RUSDI — DAY
Rusdi masuk ke kamarnya, lalu menutup rapat dan mengunci pintunya. Setelah itu ia langsung rebah di lantai pelan-pelan. Dia merasakan sakit yang begitu dahsyat di bagian perutnya. Dia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Dia berbaring kesakitan di lantai kamarnya. Saking sakitnya, ia seperti ingin menangis, napasnya terdengar bergetar. Bibirnya nampak pucat. Dahinya bercucuran keringat. Dia terus memeluk perutnya sembari mengatur napasnya.
67. INT. RUMAH - DAPUR — DAY
Desi dan siska duduk di kursi meja makan. Siska mengupas wortel, sementara Desi sedang mengulek sambal. Terdengar suara sesuatu sedang digoreng. Kita juga bisa melihat Indra yang tengah bersandar di tembok dekat kamar mandi, di bahunya sudah tergantung handuk.
Indra mengetuk pintu kamar mandi.
Arul membuka pintu kamar mandi, sudah memakai handuk di bawahannya.
Indra mencoba mengetuk lutut Arul. Arul menghindar dan berjalan cepat pergi dari sana. Mereka saling melempar tertawa usil.
Indra masuk ke kamar mandi.
Desi dan Siska hanya menggeleng kepala melihat itu.
Desi mencoba hasil ulekannya. Dia menambahkan sedikit garam lagi, juga beberapa biji cabai dan diulek lagi.
Desi mengangguk paham.
Siska menyentuh lembut tangan Desi. Lalu melempar senyum padanya.
68. INT. RUMAH - DAPUR — DAY
Rusdi dan ketiga anaknya beserta Siska sedang makan siang bersama di meja makan. Hanya Rusdi yang memakan semangkok bubur.
Siska melirik Indra untuk sesaat.
Rusdi dan Siska tertawa kecil.
Rusdi mengangguk, lalu mulai berusaha mengingat yang lalu.
Arul tiba-tiba beranjak dari kursi dari berjalan cepat menuju kamar mandi.
Desi tertunduk sedih.
Indra terus lanjut makan, namun matanya seperti berkaca.
Desi tumpah dalam tangisnya untuk sesaat, lalu mengusapnya secepat mungkin dan melanjutkan makannya.
Arul keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah dan mata merah, menuju ke kursinya.
Mereka masih melanjutkan makan.
Rusdi mengangguk paham.
Siska tersenyum.
Rusdi melanjutkan makanannya. Wajahnya nampak pucat. Ia tampak linglung, dia oleng dan seketika jatuh ke samping dari kursi. Semuanya langsung panik.