Siapa Bapak Siapa
5. BAGIAN 5 (Hal 29-40)

35. EXT. DEPAN KAFE — NIGHT

Desi menatap langit di atasnya sementara dibelakangnya bisa terlihat Dihyat yang sedang menutup pintu kafe. Lampu kafe di dalam sudah mati.

Dihyat selesai. Mereka berdua kemudian mendekat ke sebuah motor yang terparkir di sana. Dihyat menawarkan helm untuk Desi. Sementara Dihyat memakai helm lainnya.


36. EXT. DEPAN TOKO BUNGA — NIGHT

Kita melihat Arul berdiri di depan pintu. Salsa masih ada di dalam toko. Salsa tampak sedang marah besar, menyuruh Arul membuka pintu. Perlahan Arul membuka kunci pintu.

Seketika Salsa keluar mengejar Arul yang berlari menjauh, kaki kiri Arul tampak pincang. Salsa melepas sepatunya, berusaha melempar Arul. Terdengar jelas kata-kata umpatan dari mulut Salsa.


37. EXT. DEPAN RUMAH SISKA — NIGHT

Indra menunggu di atas motornya, memperhatikan Siska berjalan masuk menuju rumahnya.

Siska sampai di depan pintu rumahnya. Menoleh untuk melambaikan tangan dan tersenyum ke Indra. Indra membalasnya.


38. JALAN RAYA - MALAM

Desi tampak sangat mengantuk, terpejam. Tangannya ia lingkarkan di badan Dihyat. Ia menyandarkan dagunya di bahu Dihyat yang sedang mengemudi motor. Desi merasa sejuk karena angin malam yang terus mengibas rambutnya sampai berantakan.


39. EXT. KOST ARUL - NIGHT

Kita mengikuti Arul dari samping dengan motornya, menyusuri kamar-kamar kost di sebelahnya, menuju kamarnya yang berada di ujung bangunan.


40. EXT. DEPAN TOKO DRASFOTO - NIGHT

Indra sedang membuka pintu toko sekaligus rumahnya itu. Ia meninggalkan motornya menyala di depan jalan. Setelah pintu terbuka, Indra menjemput motornya, lalu berkendara dengan pelan masuk ke dalam toko.


41. EXT. DEPAN KAMAR KOST DESI - NIGHT

Desi berdiri di depan pintu kamarnya. Kita memperhatikannya dari belakang. Terdengar suara kunci pintu terbuka.

CUT TO:


42. EXT. RUMAH - TERAS - NIGHT

WIDE ANGLE--kita hanya melihat Rusdi yang terduduk di atas kursi terasnya. Sembari ia pijat-pijat kecil kakinya dengan minyak urut. Hanya terdengar suara jangkrik dan kodok. Juga suara besi pagar yang tergesek angin. Rusdi hanya menatap halaman gelap di depannya, sunyi dan kosong. Raut wajahnya datar, seperti sudah terbiasa dengan kesunyian ini.


Ia kemudian beranjak dari kursinya, masuk ke dalam rumah, menutup pintu. Terdengar suara pintu dikunci dari dalam. Lalu tak berapa lama, lampu teras Rusdi matikan.


43. INT. RUMAH - KAMAR RUSDI — NIGHT

Rusdi terbaring di atas ranjangnya, dalam gelap kamarnya. Dia berselimut tebal. Badannya terasa begitu dingin, membuatnya menggigil. Rusdi sampai gemetar. Wajahnya pucat. Batuknya makin memarah, kepalanya seperti mau pecah. Suaranya bahkan sudah serak dan hampir habis. Dada dan napasnya terasa sesak. Dahinya bercucuran keringat. Rusdi berusaha bangkit untuk meraih ponsel genggam yang ia taruh di atas meja kecil samping ranjangnya. Tubuhnya terlalu lemah, ia malah jatuh dari atas ranjang.

CUT TO BLACK.

44. EXT. KOST-AN DESI — NIGHT

Indra mengetuk pintu kamar Desi. Ia sudah memakai jaket tebal di badannya. Beberapa kali ketukan tidak dijawab. Indra mengetuk lagi, sedikit lebih keras. Dia melihat sekeliling, takut membangunkan penghuni kost lain. Indra memanggil-manggil Desi. Tak berselang lama, Desi membuka pintu dan langsung memberi Indra sebuah tas kain. Desi mengikat rambut seadanya. Ia nampak panik. Masuk kembali ke kamarnya untuk mematikan lampu. Lalu melangkah keluar.


45. EXT. RUMAH - HALAMAN DEPAN — NIGHT

Arul terburu-buru turun dari motornya. Sedikit kerepotan untuk memakai tas ranselnya, belum lagi makin susah karena kaki pincangnya. Dia berlari melewati dua motor lainnya. Kemudian menyapa sebentar beberapa pria dewasa yang duduk di teras rumah. Pintu rumah terbuka lebar.


46. INT. RUMAH - KAMAR RUSDI — NIGHT

Rusdi terbaring lemah di atas ranjangnya. Di sana sudah ada SANTI (60) dan MALA (55) duduk di kursi dekat jendela. Arul masuk kamar dengan panik. Santi beranjak, marah.

SANTI
KAMU INI KEMANA AJA!! BAPAKMU SAKIT BEGINI MASA GAK ADA YANG JAGA!

Arul mendekat ke Rusdi. Duduk di tepi ranjang.

ARUL
(lembut ke Rusdi)
Pak... sakit Pak?!

Arul nampak bersedih. Terdengar suara motor datang dari luar. Tak lama kemudian terdengar suara Desi dan Indra mengucap salam.

Indra dan Desi masuk bersamaan ke kamar Rusdi. Desi langsung mendekat ke Rusdi. Sementara Indra hanya berdiam diri di muka pintu.

SANTI
Kalian khawatir sekarang?

Santi beranjak makin mendekat ke ketiga anak Rusdi.

SANTI (CONT'D)
(menahan emosi)
Saya gak tahu, kalo kalian semua pergi. Pantas waktu itu Rusdi tiba-tiba datang ngasih saya kunci rumahnya. Tujuannya untuk wanti-wanti kejadian begini ternyata. Bisa-bisanya kalian ninggalin orang tua sendirian.
(beat)
Kalo Rusdi gak nelpon saya, mungkin udah gak ada dia sekarang. Kita gak tahu apa yang bakal terjadi.
(beat)
Bapakmu nelpon kalian tidak?

Ketiga anak Rusdi menoleh ke Santi.

DESI
Ditelepon. Tapi karena tengah malem, aku tidur.


SANTI
(ke Indra dan Arul)
Kalian ini yang laki-laki, ditelepon juga? Terus ketiduran juga.

Arul dan Indra terdiam.

SANTI (CONT'D)
Makanya jangan tinggalin orang tua sendirian. Kalian tuh tinggal di mana sih? Jarak rumah kalian ke sini sampe berhari-hari kah susah sekali berkunjung? Siapa lagi yang mau perhatian sama Bapak kalian kalo bukan kalian semua?
(beat)
Arul! Gak mungkin kamu gak tahu Bapakmu sakit. Kalo Bapakmu ada apa-apa pasti kamu yang dia hubungi kan?


ARUL
Aku tahu dia sakit.


SANTI
Terus kenapa gak pulang?


ARUL
Rencananya aku mau pulang, tapi besok.


SANTI
Kenapa harus besok coba? Untung kalo Bapakmu masih hidup besok, gimana kalo gak? NYESEL KALIAN!

Rusdi mengerang sakit.

Mala beranjak untuk menangkan Santi, membuatnya duduk lagi di kursi.

MALA
Bapak kalian demam. Sudah dikasih minum obat tadi.


DESI
Kenapa gak dibawa ke rumah sakit?


MALA
Bapakmu gak mau. Dia bersikeras gak mau ke rumah sakit kalo bukan kalian yang bawa.
(beat)
Sadar gak kalian? Betapa rindunya Bapak kalian ke kalian bertiga? Sampe sakit begini pun, dia cuman mau kalian pulang.

Mala mengambil tas nya di atas kursi, lalu beranjak keluar kamar melewati Indra, Desi dan Arul.

MALA (CONT'D)
Jadi anak, itu bertanggung jawab penuh terhadap orang tua. Kalo anak itu tanggung jawab orang tua, terus orang tua tanggung jawab siapa kalo bukan anak?

Desi dan Arul tertunduk lesu. Sementara Indra memilih beranjak keluar dari kamar.


47. EXT. RUMAH - TERAS — NIGHT

Indra, Desi dan Arul berdiri di atas teras. Memperhatikan Mala dan Santi bersiap-siap untuk pulang dengan motor.

DESI
Hati-hati tante... om... terima kasih banyak.

Santi dan Mala pergi ditemani suami mereka masing-masing.


48. INT. RUMAH - KAMAR RUSDI — NIGHT

Desi dan Arul tampak sibuk membenarkan posisi tidur dan bantal Rusdi. Mereka sangat berhati-hati, saling perintah dengan suara pelan.

Indra hanya duduk di kursi memperhatikan. Rusdi terbangun. Indra merasa dilema untuk peduli.

DESI
Kenapa Pak?


RUSDI
Saya mau kencing.


DESI
Bapak bisa jalan?

Arul membantu Rusdi bangkit dari dari tidurnya untuk duduk di atas ranjang. Rusdi mengeluh sakit di bawah perutnya. Wajah Rusdi tampak pucat sekali.


DESI (CONT'D)
(ke Arul)
Gendong Bapak aja...


ARUL
Gak bisa, kaki aku gak sanggup buat nahan bebannya.

Desi merasa putus asa untuk sebentar. Lalu menoleh ke Indra.

DESI
Bapak mau kencing.


INDRA
Terus?


DESI
Kamu kalo gak mau bantu mending balik sana.

Indra terdiam. Lalu beranjak dengan wajah sedikit kesal dan tidak ikhlas.

Arul dan Desi membantu Rusdi agar bisa merangkak dan naik di belakang Indra yang sudah siap dalam posisinya. Mereka sangat berhati-hati. Rusdi terus menahan sakitnya. Ia hampir berhasil, memegang kedua pundak Indra, memanjatinya.

Rusdi sudah sepenuhnya dibopong oleh Indra. Hanya memakai sarung sebagai bawahannya.

RUSDI
(ngedumel)
Mau kencing saja susah.

Desi melempar senyum tipis.


49. INT. RUMAH - KAMAR MANDI — NIGHT

Indra dan Arul berada di samping kiri dan kanan Rusdi, memapah kedua tangannya. Rusdi sedang buang air kecil. Indra dan Arul membuang muka ke arah lain. Terasa canggung sekali di antara mereka.

ARUL
Itu, kain di lantai untuk apa, Pak?


RUSDI
Licin.

Arul mengangguk paham.


50. INT. RUMAH - DAPUR — NIGHT

Indra masih membopong Rusdi, keluar dari kamar mandi.

RUSDI
Saya mau duduk.

Indra menurunkannya pelan, membantunya duduk di kursi meja makan.

RUSDI (CONT'D)
(ke Desi)
Saya mau minum teh.
(beat)
Ada di lemari.

Rusdi menunjuk sebuah lemari kayu yang ada di sudut dapur.

Desi melangkah menuju lemari itu, membukanya. Keadaan lemari itu sudah lapuk di beberapa bagian, ditumbuhi lumut-lumut yang sudah berubah warna menjadi hitam. Desi mengambil satu kotak berisi kantong teh.

DESI
Kenapa lemarinya gak dibersihin Pak?


RUSDI
Terlalu tinggi. Saya pernah bersihkan, naik ke kursi, tapi jatuh. Kaki saya gak kuat.

Indra dan Arul sudah duduk di kursi.

DESI
Lain kali hati-hati Pak.


RUSDI
Mau hati-hati juga, bakal tetap jatuh karena saya-nya yang tidak kuat.

Desi mengambil sebuah panci di rak piring. Panci itu nampak sudah ditambal berkali-kali pada bagian bawahnya.

RUSDI (CONT'D)
(ke Indra dan Arul)
Makan...

Arul membuka tudung saji di atas meja. Ada beberapa piring berisi lauk seperti ikan dimasak kecap, telur dadar, sayur bening dan nasi di mangkok besar.

ARUL
Ini Bapak yang masak?


RUSDI
Ya siapa lagi?

Desi meletakkan panci berisi air di atas kompor. Lalu menyalakan kompor. Tapi apinya tidak menyala. Desi mencobanya lagi. Tapi masih tidak menyala.

DESI
Bapak terakhir ganti gas kapan?


RUSDI
Lupa. Kalo tidak menyala, udah habis berarti.

Indra berdiri dari kursi.

INDRA
Biar aku yang pergi beli.


RUSDI
Sudah jam berapa kah?

Mereka menoleh ke jam dinding yang ada di dapur. Jam itu bergerak di tempat pada pukul 5.

DESI
Jam-nya sudah lama rusak Pak?


RUSDI
Lupa.


ARUL
(mengecek handphone)
Setengah satu.


DESI
Emang masih ada warung buka jam segini?


INDRA
Ya dicari lah!

Indra beranjak pergi.

RUSDI
INDRA!!

Indra berhenti melangkah, menoleh ke belakang.

RUSDI (CONT'D)
Uangnya ada di dalam lemari, disela-sela baju bagian atas. Siapa tahu kamu tidak sudi keluarkan uangmu untuk saya.

Indra pergi.


51. INT. RUMAH - KAMAR RUSDI — NIGHT

Indra membuka lemari. Mencari-cari uang di sela-sela baju bagian atas. Dia mendapatkannya, tumpukan uang-uang kecil pecahan sepuluh, dua puluh dan lima ribu. Indra mengambil semua uang itu.

Lalu merogoh saku celananya untuk mengeluarkan dompetnya. Setelah itu mengeluarkan isi dompetnya yang terdiri dari uang lima puluh dan seratus ribu, lalu diletakkan ke sela-sela baju bagian atas. Indra menutup pintu lemari. Lalu beranjak pergi.

Ada Arul di depan pintu kamar Rusdi. Di dekat kakinya sudah ada dua buah tabung gas kosong.

Mereka saling bertatap untuk sebentar.


52. EXT. JALAN RAYA — NIGHT

Indra meletakkan handphonenya yang sedang dalam panggilan telepon di sela-sela helm yang digunakannya. Sembari mengendarai motornya dengan pelan.

SISKA (V.O.)
(suara di telepon)
Jadi gimana?


INDRA
Gimana apanya?


SISKA (V.O.)
Bapak. Sakit apa?


INDRA
Demam dia.


SISKA (V.O.)
Dilakuinnya harus ikhlas, Indra.


INDRA
Kalo gak ikhlas aku gak bakalan datang ke sini.


SISKA (V.O.)
Aku kan udah bilang, kamu itu bukan anak kecil lagi. Gak bisa kita paksa orang untuk ngerti kita. Kamu lah yang lihat keadaan. Bapak udah tua, makin lama makin banyak penyakit. Sudah waktunya kamu ngalah.


INDRA
Ya kamu gampang, karena cuman ngomong. Aku yang ngerasain.


SISKA (V.O.)
Oke. Aku iyain. Tapi mau sampai kapan kamu keras kepala dan gak mau ngalah?


INDRA
Kenapa harus aku yang ngalah coba?


SISKA (V.O.)
Emangnya kamu lihat ada kesempatan Bapakmu untuk ngalah?

Indra berhenti menjawab sesaat, memikirkan jawabannya.

INDRA
Gak lah! Harga dirinya terlalu tinggi.


SISKA (V.O.)
Kalo kamu sama Bapakmu sama-sama keras kepala dan gengsi untuk ngalah, gak ada jalan keluar.

Hening untuk sesaat. Kita mengalihkan pandangan melihat suasana malam yang sepi dan gelap. Beberapa rumah di pinggir jalan sudah mati lampunya.

SISKA (V.O.) (CONT'D)
Suatu hari kamu juga bakal jadi seorang Bapak. Mau kamu anakmu keras kepala kayak kamu? Kamu harus belajar untuk ngalah. Jarang ada seorang Bapak yang mau ngalah. Tapi kan bukan berarti gak ada.

Sedangkan kita juga melihat sebuah warung yang masih cukup jauh, masih buka, kita bisa melihat beberapa orang sedang nongkrong di depan warung itu.

SISKA (V.O.) (CONT'D)
Katanya orang tua makin tua makin mirip anak kecil sifatnya. Kita anak makin gede harusnya makin dewasa sifatnya. Karena kamu yang dewasa, jadi kamu yang harus ngalah.

Indra berhenti di depan warung yang masih terbuka.

INDRA
Misi Mas, jual gas gak?


SISKA (V.O.)
Hah?

CUT TO:






Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar