35. EXT. DEPAN KAFE — NIGHT
Desi menatap langit di atasnya sementara dibelakangnya bisa terlihat Dihyat yang sedang menutup pintu kafe. Lampu kafe di dalam sudah mati.
Dihyat selesai. Mereka berdua kemudian mendekat ke sebuah motor yang terparkir di sana. Dihyat menawarkan helm untuk Desi. Sementara Dihyat memakai helm lainnya.
36. EXT. DEPAN TOKO BUNGA — NIGHT
Kita melihat Arul berdiri di depan pintu. Salsa masih ada di dalam toko. Salsa tampak sedang marah besar, menyuruh Arul membuka pintu. Perlahan Arul membuka kunci pintu.
Seketika Salsa keluar mengejar Arul yang berlari menjauh, kaki kiri Arul tampak pincang. Salsa melepas sepatunya, berusaha melempar Arul. Terdengar jelas kata-kata umpatan dari mulut Salsa.
37. EXT. DEPAN RUMAH SISKA — NIGHT
Indra menunggu di atas motornya, memperhatikan Siska berjalan masuk menuju rumahnya.
Siska sampai di depan pintu rumahnya. Menoleh untuk melambaikan tangan dan tersenyum ke Indra. Indra membalasnya.
38. JALAN RAYA - MALAM
Desi tampak sangat mengantuk, terpejam. Tangannya ia lingkarkan di badan Dihyat. Ia menyandarkan dagunya di bahu Dihyat yang sedang mengemudi motor. Desi merasa sejuk karena angin malam yang terus mengibas rambutnya sampai berantakan.
39. EXT. KOST ARUL - NIGHT
Kita mengikuti Arul dari samping dengan motornya, menyusuri kamar-kamar kost di sebelahnya, menuju kamarnya yang berada di ujung bangunan.
40. EXT. DEPAN TOKO DRASFOTO - NIGHT
Indra sedang membuka pintu toko sekaligus rumahnya itu. Ia meninggalkan motornya menyala di depan jalan. Setelah pintu terbuka, Indra menjemput motornya, lalu berkendara dengan pelan masuk ke dalam toko.
41. EXT. DEPAN KAMAR KOST DESI - NIGHT
Desi berdiri di depan pintu kamarnya. Kita memperhatikannya dari belakang. Terdengar suara kunci pintu terbuka.
CUT TO:
42. EXT. RUMAH - TERAS - NIGHT
WIDE ANGLE--kita hanya melihat Rusdi yang terduduk di atas kursi terasnya. Sembari ia pijat-pijat kecil kakinya dengan minyak urut. Hanya terdengar suara jangkrik dan kodok. Juga suara besi pagar yang tergesek angin. Rusdi hanya menatap halaman gelap di depannya, sunyi dan kosong. Raut wajahnya datar, seperti sudah terbiasa dengan kesunyian ini.
Ia kemudian beranjak dari kursinya, masuk ke dalam rumah, menutup pintu. Terdengar suara pintu dikunci dari dalam. Lalu tak berapa lama, lampu teras Rusdi matikan.
43. INT. RUMAH - KAMAR RUSDI — NIGHT
Rusdi terbaring di atas ranjangnya, dalam gelap kamarnya. Dia berselimut tebal. Badannya terasa begitu dingin, membuatnya menggigil. Rusdi sampai gemetar. Wajahnya pucat. Batuknya makin memarah, kepalanya seperti mau pecah. Suaranya bahkan sudah serak dan hampir habis. Dada dan napasnya terasa sesak. Dahinya bercucuran keringat. Rusdi berusaha bangkit untuk meraih ponsel genggam yang ia taruh di atas meja kecil samping ranjangnya. Tubuhnya terlalu lemah, ia malah jatuh dari atas ranjang.
CUT TO BLACK.
44. EXT. KOST-AN DESI — NIGHT
Indra mengetuk pintu kamar Desi. Ia sudah memakai jaket tebal di badannya. Beberapa kali ketukan tidak dijawab. Indra mengetuk lagi, sedikit lebih keras. Dia melihat sekeliling, takut membangunkan penghuni kost lain. Indra memanggil-manggil Desi. Tak berselang lama, Desi membuka pintu dan langsung memberi Indra sebuah tas kain. Desi mengikat rambut seadanya. Ia nampak panik. Masuk kembali ke kamarnya untuk mematikan lampu. Lalu melangkah keluar.
45. EXT. RUMAH - HALAMAN DEPAN — NIGHT
Arul terburu-buru turun dari motornya. Sedikit kerepotan untuk memakai tas ranselnya, belum lagi makin susah karena kaki pincangnya. Dia berlari melewati dua motor lainnya. Kemudian menyapa sebentar beberapa pria dewasa yang duduk di teras rumah. Pintu rumah terbuka lebar.
46. INT. RUMAH - KAMAR RUSDI — NIGHT
Rusdi terbaring lemah di atas ranjangnya. Di sana sudah ada SANTI (60) dan MALA (55) duduk di kursi dekat jendela. Arul masuk kamar dengan panik. Santi beranjak, marah.
Arul mendekat ke Rusdi. Duduk di tepi ranjang.
Arul nampak bersedih. Terdengar suara motor datang dari luar. Tak lama kemudian terdengar suara Desi dan Indra mengucap salam.
Indra dan Desi masuk bersamaan ke kamar Rusdi. Desi langsung mendekat ke Rusdi. Sementara Indra hanya berdiam diri di muka pintu.
Santi beranjak makin mendekat ke ketiga anak Rusdi.
Ketiga anak Rusdi menoleh ke Santi.
Arul dan Indra terdiam.
Rusdi mengerang sakit.
Mala beranjak untuk menangkan Santi, membuatnya duduk lagi di kursi.
Mala mengambil tas nya di atas kursi, lalu beranjak keluar kamar melewati Indra, Desi dan Arul.
Desi dan Arul tertunduk lesu. Sementara Indra memilih beranjak keluar dari kamar.
47. EXT. RUMAH - TERAS — NIGHT
Indra, Desi dan Arul berdiri di atas teras. Memperhatikan Mala dan Santi bersiap-siap untuk pulang dengan motor.
Santi dan Mala pergi ditemani suami mereka masing-masing.
48. INT. RUMAH - KAMAR RUSDI — NIGHT
Desi dan Arul tampak sibuk membenarkan posisi tidur dan bantal Rusdi. Mereka sangat berhati-hati, saling perintah dengan suara pelan.
Indra hanya duduk di kursi memperhatikan. Rusdi terbangun. Indra merasa dilema untuk peduli.
Arul membantu Rusdi bangkit dari dari tidurnya untuk duduk di atas ranjang. Rusdi mengeluh sakit di bawah perutnya. Wajah Rusdi tampak pucat sekali.
Desi merasa putus asa untuk sebentar. Lalu menoleh ke Indra.
Indra terdiam. Lalu beranjak dengan wajah sedikit kesal dan tidak ikhlas.
Arul dan Desi membantu Rusdi agar bisa merangkak dan naik di belakang Indra yang sudah siap dalam posisinya. Mereka sangat berhati-hati. Rusdi terus menahan sakitnya. Ia hampir berhasil, memegang kedua pundak Indra, memanjatinya.
Rusdi sudah sepenuhnya dibopong oleh Indra. Hanya memakai sarung sebagai bawahannya.
Desi melempar senyum tipis.
49. INT. RUMAH - KAMAR MANDI — NIGHT
Indra dan Arul berada di samping kiri dan kanan Rusdi, memapah kedua tangannya. Rusdi sedang buang air kecil. Indra dan Arul membuang muka ke arah lain. Terasa canggung sekali di antara mereka.
Arul mengangguk paham.
50. INT. RUMAH - DAPUR — NIGHT
Indra masih membopong Rusdi, keluar dari kamar mandi.
Indra menurunkannya pelan, membantunya duduk di kursi meja makan.
Rusdi menunjuk sebuah lemari kayu yang ada di sudut dapur.
Desi melangkah menuju lemari itu, membukanya. Keadaan lemari itu sudah lapuk di beberapa bagian, ditumbuhi lumut-lumut yang sudah berubah warna menjadi hitam. Desi mengambil satu kotak berisi kantong teh.
Indra dan Arul sudah duduk di kursi.
Desi mengambil sebuah panci di rak piring. Panci itu nampak sudah ditambal berkali-kali pada bagian bawahnya.
Arul membuka tudung saji di atas meja. Ada beberapa piring berisi lauk seperti ikan dimasak kecap, telur dadar, sayur bening dan nasi di mangkok besar.
Desi meletakkan panci berisi air di atas kompor. Lalu menyalakan kompor. Tapi apinya tidak menyala. Desi mencobanya lagi. Tapi masih tidak menyala.
Indra berdiri dari kursi.
Mereka menoleh ke jam dinding yang ada di dapur. Jam itu bergerak di tempat pada pukul 5.
Indra beranjak pergi.
Indra berhenti melangkah, menoleh ke belakang.
Indra pergi.
51. INT. RUMAH - KAMAR RUSDI — NIGHT
Indra membuka lemari. Mencari-cari uang di sela-sela baju bagian atas. Dia mendapatkannya, tumpukan uang-uang kecil pecahan sepuluh, dua puluh dan lima ribu. Indra mengambil semua uang itu.
Lalu merogoh saku celananya untuk mengeluarkan dompetnya. Setelah itu mengeluarkan isi dompetnya yang terdiri dari uang lima puluh dan seratus ribu, lalu diletakkan ke sela-sela baju bagian atas. Indra menutup pintu lemari. Lalu beranjak pergi.
Ada Arul di depan pintu kamar Rusdi. Di dekat kakinya sudah ada dua buah tabung gas kosong.
Mereka saling bertatap untuk sebentar.
52. EXT. JALAN RAYA — NIGHT
Indra meletakkan handphonenya yang sedang dalam panggilan telepon di sela-sela helm yang digunakannya. Sembari mengendarai motornya dengan pelan.
Indra berhenti menjawab sesaat, memikirkan jawabannya.
Hening untuk sesaat. Kita mengalihkan pandangan melihat suasana malam yang sepi dan gelap. Beberapa rumah di pinggir jalan sudah mati lampunya.
Sedangkan kita juga melihat sebuah warung yang masih cukup jauh, masih buka, kita bisa melihat beberapa orang sedang nongkrong di depan warung itu.
Indra berhenti di depan warung yang masih terbuka.
CUT TO: