Siapa Bapak Siapa
3. BAGIAN 3 : DESI (Hal 17-23)

27. INT. KAFE — DAY

PEREMPUAN
(bernyayi)
... semua ini bukan salahmu.

PEREMPUAN sedang bernyanyi di tengah panggung kecil. Duduk di kursi dengan gitar akustiknya.

Kita bisa melihat karyawan kafe juga beberapa pengunjung kafe yang duduk di kursi sangat menikmati.

PEREMPUAN (CONT'D)
(bernyanyi)
Terus berlari...
Yang kau takutkan takkan terjadi...

Perempuan itu memetik nada terakhir untuk menyelesaikan lagu. Lagu selesai lalu semua bertepuk tangan.

DESI (29) dan DIHYAT (30) menyaksikan dari meja bar, ikut bertepuk tangan meriah.


28. INT. KAFE - BAR — DAY

Desi sedang membuat minuman untuk pelanggan, bersama dengan Dihyat. Mereka tampak lihai dalam membuat minuman kopi yang berbeda.

Terlihat beberapa cangkir juga gelas di atas meja bar.

DIHYAT
... lagu-lagunya Nadin Amizah juga bagus. Kunto Aji biasa aja.


DESI
Lho sini yang suka denger, situ yang merasa terganggu.


DIHYAT
Coba deh. Kamu dengerin Nadin Amizah. Makna setiap lagunya itu lho.


DESI
Aku juga denger kok. Cuman emang lebih suka Kunto Aji. Lagunya Nadin Amizah yang kusuka cuman Sorai. Itu lagu yang indah sekali menurutku.

Dihyat berpikir sementara ia sibuk mundar-mandir untuk mengurus pembuatan minumannya.

DIHYAT
Kalo aku sih rumpang. Liriknya yang, banyak yang tak ku ahli, begitu pula menyambutmu pergi. Gokil sih itu. Suasana kehilangannya kental sekali.

Desi menuangkan minuman bertekstur kental ke gelas.

DESI
Lagu galau kamu tuh beda ya. Tentang kehilangan dan kematian.


DIHYAT
Ya namanya juga manusia. Ada orang bilang people come and go. Entah kita nya yang duluan pergi atau mereka nya. Setidaknya jadi pengingat lah, semacam lagu religi, tapi versi indie.

Desi menata gelas-gelas berisi minuman ke atas nampan.

DIHYAT (CONT'D)
Suara kamu tuh cocok sama lagu-lagu indie, yang slow tanpa harus teriak-teriak. Siapa tahu kamu berubah pikiran dan putusin buat ikut audisi nyanyi lagi. Mending kamu nyanyi lagu-lagu indie.

Dihyat mengambil nampan di hadapan Desi. Membawanya untuk diberikan ke pelanggan. Desi diam di tempat. Ia menerima pesanan baru dari seorang pelanggan di secarik kertas. Ia mengambil kertas itu, lalu membacanya.

Hanya ada lima pesanan. Tiga kopi panas juga dua porsi pisang keju.

Dihyat datang kembali. Desi memberikan kertas berisi pesanan. Mereka kembali sibuk menyiapkan pesanan baru itu. Dihyat menuju ke area belakang kafe, tempat menyiapkan makanan. Sementara Desi bersiap dengan mesin kopinya.

Desi meletakkan tiga cangkir di atas nampan, di atas meja bar. Dihyat datang dari belakang. Dihyat menggantikan Desi membuat kopi. Desi melihat dan bersandar pada meja.

DIHYAT (CONT'D)
Kamu gak pernah kepikiran ikut audisi nyanyi lagi kah?


DESI
Entah lah. Gagal mulu. Mungkin gak semua impian harus beneran diusahain. Lagian juga kalo mau diingat, aku mau jadi penyanyi karena waktu kecil sering dinyanyiin Ibu. Bukan karena tiba-tiba mau gitu.


DIHYAT
Emang Ibu kamu dulu penyanyi?


DESI
(menggeleng)
Cuman sekedar nyanyi aja. Pas aku mau tidur misal.


DIHYAT
Oh gitu. Tapi coba aja dulu. Siapa tahu itu semacam diberi tanda bahwa kamu terlahir sebagai penyanyi.


DESI
Katanya suaraku jelek. Penyanyi apa coba yang suaranya jelek?


DIHYAT
Suara kamu gak jelek. Pilihan lagu kamu yang jelek. Suara kamu gak bisa nyampe nada tinggi kamu paksain, makanya dinilai jelek. Makanya, aku bilang tadi, nyanyi lagu indie aja. Asal kamu menghayati, orang bakal terpanah.


DESI
Gak tau lah aku. Aku takut kecewa lagi. Udah banyak yang aku ikut audisi, gak pernah berhasil dan gak pernah dinotice. Males aku jadinya. Apalagi makin ke sini makin butuh duit. Nyari kerja yang sesuai passion tuh udah semacam halu belaka.

Desi tenggelam dalam pikirannya.

DIHYAT
Apa mau kutemenin pas ikut audisinya? Supaya ada support system.


DESI
Kamu mau ikutan audisi juga?


DIHYAT
(mengelak)
Gak lah. Suka dengerin musik bukan berarti punya suara bagus.

Dua piring pisang goreng datang dan ditaruh oleh seorang karyawan di atas meja bar.

Desi melangkah menuju tempat pisang goreng itu. Desi mengambil wadah botol berisi susu kental manis. Lalu menuangkannya tipis-tipis ke atas pisang-pisang itu.

DESI
Ohiya, Feby Putri juga enak-enak lagunya. Yang judulnya rantau kupikir bakal relate semua sama anak-anak kafe.
(beat)
Jauh dari orang tua, buat meraih impian. Tapi nyatanya perut harus diisi sesegera mungkin.

Desi mengambil sebungkus keju dari kotak plastik yang berisi puluhan batang keju. Desi membuka kemasan, lalu memarut kejunya di atas pisang.

DIHYAT
Tapi belum ada yang ngalahin...
(beat)
Senyumanmu... yang indah bagaikan candu...


DESI
(memotong)
Fales.


DIHYAT
Ya maap. Namanya juga usaha.


DESI
(menyambung lagu)
Ingin terus kulihat walau dari jauh...

Desi menaruh piring berisi pisang goreng ke atas nampan.

DESI (CONT'D)
Kok gak dilanjutin lagunya?


DIHYAT
Gak ah.

Desi tertawa.

Mereka mengumpul tiga cangkir kopi, serta dua piring ke atas nampan. Sekarang Desi yang membawanya.


29. INT. KAFE — DAY

Kita mengikuti Desi berjalan melintasi para pelanggan yang tengah duduk dan berbincang satu sama lain. Desi berjalan menuju ke kursi dekat tembok. Desi tertegun melihat pelanggannya.

Gadis muda kembar tiga adalah pelanggan yang memesan nampan yang dibawa Desi.

Desi meletakkan semua pesanan ke meja.

DESI
Selamat menikmati.

Tiga gadis itu berterima kasih. Desi melempar senyum lalu berjalan pergi.


30. INT. KAFE - BAR — DAY

Dihyat menyalakan blender untuk membuat minuman dingin. Desi datang dan langsung membaca secarik kertas yang di tempel di atas meja, berisi pesanan baru, jus taro.

DESI
Satu doang. Kamu aja.

Dihyat mengiyakan. Desi mengambil gelas panjang, lalu ditaruh di atas nampan.

DESI (CONT'D)
Tadi yang mesen pisang keju sama tiga kopi. Mereka kembar tiga lho.


DIHYAT
(antusias)
Beneran? Wih keren. Cewe semua?


DESI
Iya. Keren deh mereka. Bisa kompak gitu. Ku harap sodara ku juga kek gitu.


DIHYAT
Emang kenapa sih kamu gak sering-sering hubungin mereka?


DESI
Ck. Udah punya kesibukan masing-masing. Entah lah kapan lagi bisa ketemuan.

Dihyat mematikan blender. Lalu menuangkan minuman ke dalam gelas di atas nampan. Desi mengambil sedotan baru yang masih dalam kemasan lalu ditaruh di dekat gelas. Dihyat membawa nampan ke pelanggan. Desi berdiam di tempat, tenggelam dalam pikirannya. Wajahnya datar dengan tatapan kosong.

INDRA (V.O.)
Senyum...

CUT TO:









Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar