Siapa Bapak Siapa
1. BAGIAN 1 : RUSDI (Hal 1-11)

1. EXT. TROTOAR — DAY

RUSDI (70), terduduk di atas kursi kayu yang terdapat di atas trotoar. Ia memakai kaos sederhana, dengan celana panjang gombrang yang memiliki kantong berukuran besar di kedua sisinya. Rambut Rusdi tampak klimis meski sudah ber-uban sepenuhnya. Ia juga memakai kaca mata yang sudah memiliki banyak goresan di kacanya. Sejak tadi, ia tak berhenti terbatuk. Dadanya sampai terasa sesak.

Kemudian di depan Rusdi berhenti satu buah angkot berwarna biru.

Rusdi beranjak dari kursi dengan perlahan. Ia melangkah dengan hati-hati menuju angkot.

Rusdi naik di kursi bagian depan angkot, di samping seorang SOPIR.


2. EXT. BANK — DAY

Diperlihatkan pemandangan depan sebuah Bank yang berdiri tak jauh dari muka Jalan.

Kemudian kita melihat Rusdi yang baru saja turun dari angkot.


3. INT. BANK — DAY

Rusdi masuk dengan bingung. Ia melihat sekelilingnya mencari seorang SATPAM.

Rusdi mengalihkan perhatiannya ke tempat pengambilan formulir penarikan uang.

Ia mengambil satu kertas formulir. Mencoba membaca kertas itu dengan mendekatkannya ke wajahnya. Ia kesulitan membaca tulisan-tulisan itu.

SATPAM (O.C.)
Ada yang bisa saya bantu, Pak?

Rusdi sedikit terkejut, spontan menjauhkan kertas itu dari wajahnya.

Satpam itu tersenyum ke Rusdi.

SATPAM (CONT'D)
(tersenyum ramah)
Pagi, Pak Rusdi. Boleh saya bantu?

Rusdi langsung memberikan kertas yang ia pegang ke Satpam. Lalu mengeluarkan buku tabungannya dari salah satu saku celananya. Kemudian menawarkannya ke Satpam.

Satpam itu menaruh kertas ke atas meja, kemudian menarik sebuah pulpen, dan menerima buku tabungan Rusdi. Satpam mulai menulis keterangan di kertas berdasarkan buku tabungan.

SATPAM (CONT'D)
Bapak mau tarik berapa?


RUSDI
500 saja, Pak.

Satpam menulis.

SATPAM
Bapak masih belum minat bikin kartu ATM saja Pak? Lebih mudah penggunaannya.


RUSDI
Bukan tidak minat. Saya takut lupa nomor PIN-nya.

Satpam mengambil nomor antrean dari sebuah kotak di depannya, lalu memberikannya ke Rusdi. Rusdi menerima.

SATPAM
(tertawa kecil)
Kan bisa disimpan... di HP misal. Supaya ingat.


RUSDI
Terus nanti saya lupa kalo nomor PIN-nya saya taruh di HP.

Satpam hanya menjawab dengan senyum tipis.

SATPAM
Kalo Bapak berubah pikiran. Bisa kok saya bantu buatkan.

Satpam itu memberikan kertas yang sudah terisi ke Rusdi.

RUSDI
Terima kasih banyak.


SATPAM
Senang bisa membantu, Bapak.

Rusdi berjalan menuju ke tengah area tunggu.


CUT TO:


4. INT. BANK - AREA TUNGGU — DAY

Rusdi duduk di bagian kursi tunggu paling depan. Ada beberapa pengunjung Bank lain yang juga masih menunggu.

Rusdi memeluk badannya karena dinginnya AC di bank ini. Rusdi berusaha meredam nyaring suara batuknya. Dadanya makin terasa sakit setiap ia batuk.

Kita memperhatikan Teller Bank yang sedang melayani pengunjung. Salah satunya tengah berdiri untuk menghitung jumlah uang yang ditarik oleh Seorang WANITA LANSIA.

Rusdi juga memperhatikan.

TELLER
Rusdiantoro! Bapak Rusdiantoro!

Rusdi berdiri dengan sedikit panik. Tangannya gemetar saat berjalan menuju teller.

Teller berdiri dan menghitung uang yang Rusdi tarik dari tabungannya.


5. EXT. PINGGIR JALAN — DAY

Rusdi berdiri di pinggir Jalan menunggu angkutan umum. Kita masih terus mendengar Rusdi terbatuk terus-menerus.

Kita fokus pada saku celananya yang sekarang tampak menggembung karena terisi uang.

Setelah itu kita memperhatikan Rusdi dari belakang saat ia berdiri di depan jalan yang dilalui banyak kendaraan. Tampak ia sedikit membungkuk ke depan. Tubuhnya terlihat mungil dan pendek.


6. EXT. PASAR — DAY

Diperlihatkan latar depan dari pasar tradisional. Banyak sekali angkot yang lalu-lalang.

Jalanan sekitar banyak berlubang dan digenangi air dan penuh lumpur. Sampah ada di mana-mana.

Kita melihat Rusdi baru saja turun dari Ojek. Ia melepas helmnya.

Kemudian Rusdi merogoh saku celananya untuk mengeluarkan uang-uang receh untuk membayar Ojek. Kita hanya memperhatikan mereka dari jauh.


7. INT. PASAR — DAY

Kita mengikuti Rusdi di belakang saat ia berjalan menyusuri lautan manusia yang didominasi ibu-ibu. Para pedagang sahut-menyahut menawarkan dagangannya. Ribut sekali kedengarannya. Tangisan anak kecil tak luput untuk tak didengarkan.

Beberapa kendaraan bermotor memaksa masuk menyusuri jalan stapak dalam pasar yang tak begitu luas. Bunyi klakson mereka memperkeruh suasana.

Sesi ini didomimasi oleh pedagang kaos dan pakaian dalam. Serta penjual sepatu, tas dan peralatan sekolah.


8. INT./EXT. PASAR IKAN — DAY

Kita melihat Rusdi masuk ke dalam bangunan semi outdoor, tempat para pedagang Ikan menawarkan dagangannya. Di salah satu tangan Rusdi sudah ia tenteng sekantong belanjaan.

Rusdi tampak teliti mencari ikan yang diinginkannya. Sebelah kirinya ada ikan berwarna merah, penjualnya menawarkan, namun Rusdi tak tertarik. Begitu juga dengan dagangan ikan jenis lain. Rusdi masih mencari.


9. EXT. PASAR IKAN — DAY

Rusdi keluar dengan membawa dua kantong di kedua tangannya. Salah satunya berisi ikan, terlihat dari noda darah pada bagian pegangan kantong plastik.


10. INT. PASAR - WARUNG BAKSO — DAY

Batuk Rusdi makin menjadi-jadi. Ia menutupi mulutnya dengan tisu. Berusaha menahan, pun meredam batuknya.

Para pembeli yang sedang makan di warung sesekali melirik Rusdi. Sedikit terganggu.

Di depan Rusdi sudah tersaji semangkok bakso dengan kuah yang berwarna kehitaman. Kemudian di sampingnya terlihat juga botol kecap, dan segelas air putih.

Rusdi mengambil gelas berisi air, dan meneguknya perlahan sampai tersisa setengah gelas. Kemudian ia terdiam sebentar, menunggu batuknya datang lagi sementara memegang dadanya yang sakit.

Kita beralih ke seekor kucing yang sejak tadi tengah berusaha merobek kantong plastik berisi ikan, yang Rusdi taruh di lantai bersama kantong plastik lainnya. Rusdi mengusir kucing itu dengan tendangan lembut.

Rusdi melanjutkan santapannya. Sesekali matanya melirik para pembeli lain.

Misal seperti seorang ibu-ibu yang tengah makan bersama ketiga anaknya yang masih kecil.

Kemudian ada juga seorang remaja wanita yang makan berdua dengan ibunya yang sudah tua.

Rusdi menatap mereka dengan tatapan sayup. Ia bersedih dan merasa iri.

Rusdi kembali menatap sekellingnya. Mata Rusdi bertemu dengan mata pemuda yang sedang makan sendirian di pojokan. Mereka saling membalas senyum.


11. EXT. PASAR - EMPERAN TOKO — DAY

Kita mengikuti Rusdi dengan jalannya yang tak cepat, menyusuri emperan toko di luar pasar sembari memegang barang belanjaannya berupa dua kantong plastik dan satu buah rak telur. Ia melewati banyak keramaian. Terlihat beberapa ibu-ibu tengah duduk di kursi menunggu angkot dan jemputan. Terdengar suara kenek angkot yang menawarkan tumpangan mereka sesuai arah dan tujuan angkot mereka. Beberapa toko yang dilewati Rusdi juga tampak ramai. Toko komestik, barang dagangan untuk kios, juga toko peralatan rumah tangga seperti sapu dan jenis ember serta baskom. Rusdi sampai di tempat tujuan....


12. INT. APOTEK — DAY

Rusdi masuk ke sebuah Apotek yang berada di sekitaran pasar.

APOTEKER
Pak maaf, itu belanjaannya boleh taruh di depan pintu aja? Itu ada darah ikan dari kantong. Takutnya nanti lantainya kotor. Maaf ya Pak.

Tetesan darah ikan mengalir keluar dari kantong yang dipegang Rusdi. Rusdi mundur beberapa langkah untuk meletakkan ikannya di depan pintu. Kemudian masuk kembali.

APOTEKER (CONT'D)
Cari obat apa Pak?


RUSDI
Obat batuk.


APOTEKER
Obat batuk untuk orang dewasa atau anak, Pak?


RUSDI
Untuk saya.


APOTEKER
Batuk Bapak, berdahak atau kering?


RUSDI
(berpikir sebentar)
Berdahak...


APOTEKER
Baik, saya ambilkan dulu ya Pak.

Apoteker itu melangkah ke etalase di mana ada berbagai macam obat sirup.

Rusdi menunggu sembari merogoh saku celana untuk mempersiapkan bayaran obat.

Satu kemasan obat sirup diletakkan di atas meja etalase oleh Apoteker itu.

APOTEKER (CONT'D)
Saya pilihkan yang sirup. Supaya mudah diminumnya.

Rekan Apoteker tampak mencari harga obat sirup lewat komputer.

APOTEKER (CONT'D)
(memasukkan kotak obat ke kantong plastik)
16.500, Pak!

Rusdi membayar. Kemudian menerima obat dan menunggu kembalian.

APOTEKER (CONT'D)
(memberi kembalian)
Terima kasih Pak.


RUSDI
Terima kasih.

Rusdi keluar dari Apotek.


13. EXT. GANG — DAY

Kita mengikuti Rusdi dari belakang untuk menyusuri gang sempit menuju rumahnya. Di sisi kanan dan kiri kita terdapat tembok yang tak cukup tinggi dengan banyak coretan dengan beragam warna dan gambar.

Ada juga beberapa gambar tidak senonoh di sana.


14. EXT. RUMAH - HALAMAN DEPAN — DAY

Rusdi meletakkan belanjaannya untuk membuka pagar yang membatasi halaman rumahnya dengan luar. Pagar itu sudah berkarat sehingga jika disentuh atau tersapu angin, akan menimbulkan bunyi nyaring.

Kita diam di pinggir halaman untuk melihat Rusdi berjalan menyusuri halaman rumahnya yang separuh tanahnya masih diselimuti rumput jepang, separuhnya lagi sudah bercampur dengan tanah asli. Rusdi sampai di teras rumahnya. Kita juga bisa melihat ada pohon mangga di sana, ada beberapa buah yang tergantung di dahannya.

Kita kemudian melihat bekas ayunan kayu masih tergantung di dahan pohon mangga itu. Meski kayu sebagai tempat duduknya sudah lapuk, dan tali yang menggantungnya sudah hampir putus.


15. INT. RUMAH - RUANG DEPAN — DAY

Kita berada di dalam sementara mendengar Rusdi tengah membuka pintu dari luar. Suara kunci dibuka terdengar jelas.

Kita memperhatikan ruang depan rumah Rusdi. Tidak terlalu luas. Hanya ada sofa jadul dari kayu. Jendelanya juga masih berbentuk seperti jendela jaman dulu. Ada sebuah lemari panjang yang tingginya sependek pinggul orang dewasa. Ruang ini gelap saat pintu tertutup, kemudian menjadi terang saat Rusdi berhasil membuka pintu. Rusdi menutup pintu dan menguncinya. Setelah itu melangkah lebih masuk ke rumahnya menuju ke-


16. INT. RUMAH - RUANG TENGAH — DAY

Kita hanya melihat Rusdi berjalan menyusuri ruang tengah, kemudian membiarkannya berjalan ke dapur.

Kita melihat foto-foto yang terpajang di dinding rumah. Foto keluarga sampai foto individu. Satu foto keluarga dengan ukuran bingkai besar terpasang di bagian tengah dinding. Kita bisa melihat saat Rusdi masih sedikit lebih muda, bersama ARNI, istrinya.

Juga ketiga anaknya yang masih kecil, INDRA, DESI dan ARUL. Juga sebuah foto terakhir ARNI dengan pakaian pasien rumah sakit terpajang di dinding itu.

Selain itu ada Foto individu saat Indra tengah memakai topi toga pada perayaan kelulusan. Juga di samping foto itu ada foto bersama keluarga saat acara yang sama, tapi hanya menampilkan, Rusdi, Indra, Desi dan Arul.


17. INT. RUMAH - DAPUR — DAY

Rusdi mengeluarkan secarik kertas berisi keterangan obat dari kotaknya. Ia mendekatkan kertas itu ke wajahnya untuk membaca tulisan.

Dua sendok, tiga kali sehari.

Rusdi mengocok botol obat itu. Di atas meja sudah ada segelas air putih, penuh.

Setelah selesai, Rusdi membuka tutup botol dan menuangkan obat sirup ke atas sendok makan besi. Tangannya tampak gemetar seiring ia masukkan sendok itu ke mulutnya. Setelah obat sirup ia telan, Rusdi langsung meneguk segelas air. Rusdi tidak suka dengan rasanya.

Kita membiarkan Rusdi meneguk obat sekali lagi. Kita berfokus mengelilingi dapur. Dapur ini bernuansa jadul juga dengan beberapa ornamen kayu.

Kita bisa melihat ke luar melalui pintu belakang yang menghadap ke halaman luar yang sudah ditumbuhi rumput dan ilalang.


18. INT. RUMAH - KAMAR MANDI — DAY

Rusdi tengah mencuci wajahnya dengan air dari timba. Beberapa kali ia menimba air untuk membasuh wajahnya. Sesekali ia memasukkan beberapa teguk air ke mulutnya, dikumur-kumur dalam mulutnya, lalu membuangnya kembali.

Rusdi melangkah keluar. Ia melangkah dengan sangat hati-hati. Tapi, lantai kamar mandi itu sangat licin, membuatnya hampir tergelincir. Ia berpegang pada badan pintu kamar mandi. Rusdi tampak sedikit kesulitan untuk memperbaiki posisinya agar kembali tegak.

Rusdi mencoba menginjak kembali lantai yang licin itu. Lantai itu berlumut. Ia mengambil satu buah kain yang tergantung di belakang pintu, lalu menutupi beberapa ubin yang berlumut itu.


19. INT. RUMAH - DAPUR — DAY

Periuk nasi masih dalam proses memasak di atas kompor. Terdengar suara air yang mendidih di dalam periuk.

Rusdi duduk di kursi yang berdekatan dengan pintu belakang. Dia melamun. Sangat sunyi. Hanya terdengar suara pepohonan yang tersapu angin di luar. Juga suara jam dinding yang berdetak. Rusdi duduk sendirian dalam waktu yang lama. Ia merasa bosan dan kesepian.

Kita melihat mata Rusdi yang melamun melihat ke arah luar. Matanya seperti sayup, berkaca, dan nampak lesu.

Suara masjid mulai berbunyi dari kejauhan, saling bersahutan. Kemudian diikuti dengan suara masjid paling dekat dengan rumah Rusdi.

Rusdi menggaruk-garuk tangannya yang kulitnya sudah tampak berkeriput.

Kita melihat ke jam dinding sebentar. Jam yang terpasang di tembok di atas pintu masuk ke dapur. Jam itu berdetak, namun berjalan di tempat. Terus berdetak di tempat pada pukul 5.


20. INT. MASJID — DAY

Kita melihat dari belakang para jamaah yang sedang melakukan tahiyat akhir dalam sholat. Hanya ada beberapa orang di sana. Dua orang lainnya adalah anak kecil yang tak serius untuk sholat. Imam mengucap salam, diikuti jemaah. Seorang lansia memarahi kedua anak tadi yang bermain dalam sholat. Kedua anak itu langsung terdiam.

Rusdi bertumpu pada kakinya sembari berdoa. Ia memejam matanya dan berdoa dengan khusyuk di dalam hatinya.


21. INT. RUMAH - DAPUR — DAY

Periuk nasi sudah terbuka. Kelihatannya nasi yang matang sudah diaduk hingga ke bawah. Beberapa bagian tampak gosong. Terdengar suara wanita mengetuk pintu dan mengucap salam berkali-kali dari luar.


22. EXT. RUMAH - TERAS — DAY

ELMA (40an), tak berhenti mengetuk pintu rumah Rusdi.

RUSDI (O.C.)
Elma!

Elma menoleh ke suara yang datang dari belakangnya.

ELMA
(basa-basi)
Baru pulang sholat, Pak?

Elma melangkah mendekati Rusdi. Lalu mengeluarkan secarik kertas dari sakunya untuk diberikan ke Rusdi.

ELMA (CONT'D)
Ini struk pembayaran listrik rumah Bapak.


RUSDI
(mengambill struk)
Terima kasih. Tumben pulangnya siang. Biasanya sore.


ELMA
Saya mau ambil sesuatu di rumah. Jadi, singgah dulu di sini sebentar.


RUSDI
Saya pikir kamu pulang karena mau kasih saya struk ini. Hampir saya tidak enak karena merepotkan.


ELMA
Gak apa-apa Pak. Saya juga senang membantu.
(beat)
Kalo perlu, misal Pak Rus capek pergi ke pasar, titip saya saja. Kan saya jualan di pasar, jadi sama sekali tidak merepotkan.

Rusdi tersenyum, merasa senang sekali, terharu juga.

ELMA (CONT'D)
Kalo begitu saya pulang dulu Pak.


RUSDI
Iya, iya.

Elma pergi. Rusdi memperhatikannya sementara berjalan makin jauh.

INSERT : Struk pembayaran listrik, Rp.150.000,-.


23. INT. RUMAH - DAPUR — DAY

Rusdi duduk di kursi meja makan. Melahap hidangan sederhana yang ia masak sendiri. Matanya menatap kosong sementara ia suapi terus mulutnya dengan makanan. Kemudian terdengar bunyi dering telepon milik Rusdi. Kedengarannya jauh sekali. Rusdi beranjak dari kursi.

CUT TO:






















Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar