Seperti Rasi Bintang
3. ACT 2 - Hari Pertama Udah Uwow

10. INT. RUANG TAMU — SORE

Joana duduk di sofa, matanya melihat seluruh rumah. Terasa suasana vintage yang kental dan penuh seni. Terdapat pula piano, yang diatasnya ada foto Bu Sri (50) sedang bermain piano saat muda.

JOANA

Ternyata benar kata Pak Budi, Bu Sri mantan pianis terkenal.

BU SRI

Jangan dilihat dalam begitu dong, Nak Joana. Foto saya bukan karya seni, saya jadi malu.

Bu Sri mengelus bahu Joana, menyadarkannya dari lamunan. Joana salah tingkah dan malu. Dia segera berdiri untuk membantu Ayudia (16) menghidang teh. Ayudia terlihat menutup setelah mukanya dengan rambut guna menyembunyikan luka bakar diwajahnya.

AYUDIA

(Dingin)

Gak apa-apa Mbak, biar saya aja.

Ucapan Ayudia yang disampaikan dengan wajah datar dan nada formal, membuat Joana kikuk dan balik ke tempat duduk.

BU SRI

(Tersenyum hangat)

Sekali lagi selamat datang ya di kediaman kami yang kecil dan terpencil ini.

JOANA

(Menggeleng dan memegang tangan Bu Sri)

Justru sebuah kehormatan saya bisa datang ke sini, Bu Sri!

Bu Sri tersenyum, Joana lalu menatap masing-masing anak dengan senyuman hangat yang penuh kasih sayang. Bu Sri senang melihat sikap Joana.

BU SRI

Tadinya anak-anak dan saya khawatir orang seperti apa yang akan datang. Tapi Budi, teman saya masa kuliah itu bilang kalau yang datang nanti anaknya baik dan penyayang kok. Ternyata benar, ya. Kami jadi lega nih.

Joana terharu dan bangga.

JOANA

Nggak sia-sia ternyata saya selama ini ambil hati Pak Budi, sampai dapat pujian segitunya.

Keduanya tertawa. (Shot mata Joana) menatap semuanya lagi, rasanya dia udah nggak sabar mau mulai.

CUT TO:

11. INT. TANGGA RUMAH — SORE

Kaki Joana menaiki tangga, Ayudia memandu di depan. Kepala Joana miring karena fokus melihat foto-foto hormonis keluarga itu yang digantung di dinding. Dia jadi teringat kembali saat pertama kali membaca informasi tentang keluarga ini.

FLASHBACK

12. INT. RUANG DOSEN — PAGI

Joana terlihat terkejut selama membaca informasi tentang keluarga Bu Sri yang dikasih Pak Pairman melalui Pak Budi. Dia menatap Pak Budi.

JOANA

Jadi keluarga Bu Sri bisa dibilang keluarga yang tanpa ikatan darah ya?

PAK BUDI

(Mengangguk)

Betul, Ana. Enam anak Bu Sri semuanya anak angkat yang baru diangkat setahun lalu.

JOANA

(Takjub)

Uwahh, kayak di film-film ya Pak! Orang hebat pakai hartanya buat bantu anak-anak kurang beruntung. Gitu-gitu deh.

PAK BUDI

(ketawa)

Kalau kamu ngomong gini, jadi iya juga ya. Tapi dari kuliah dulu, si Sri yang sahabatan sama saya dan Pairman itu memang suka anak-anak kayak kamu. Nanti kamu coba lihat deh, betapa keibuaannya dia.

FLASHBACK SELESAI

13. INT. DEPAN PINTU KAMAR AYUDIA — SORE

JOANA

(gumam)

Kalau dilihat dari sikap dan fotonya gini, yang Pak Budi bilang benar ya.

Ayudia membukakan pintu, hal itu bikin Joana kaget karena tiba-tiba dia baru sadar udah di depan pintu aja.

AYUDIA

Ini Mbak kamarnya, dikamar ini udah ada kamar mandi ya.

JOANA

Wahh, makasih ya Ayu.

AYUDIA

(Mengangguk)

Kalau gitu saya permisi Mbak, mau masak dulu.

Joana balas mengangguk. Dia masuk dan menutup pintu. Joana sekarang tinggal sendirian dikamar asing yang akan jadi tempat tinggalnya sebulan ke depan, dia melihat sekeliling kamar. Dia lalu membuka koper untuk mengambil baju, tapi baru saja memilih-milih baju dia tiba-tiba teringat pada Johan. Cepat-cepat dia mengambil ponsel dari kantong celananya dan menelepon Johan.

JOANA

Halo, Jo? Aku dah sampai lho! 

JOHAN

Bagus dong, kalau aku masih diparkiran baru selesai kerja.

JOANA

Aku dah tau, makanya telpon sekarang hehe.

14. EXT. PARKIRAN KANTOR — SORE

Johan tersenyum penuh cinta dan menyandarkan badannya pada badan mobil. Meski wajahnya lelah dan lusuh, mendengar suara Joana, semangatnya seperti kembali. Dia tiba-tiba jadi kangen tunangannya itu.

JOHAN

Gimana di sana? Nanti kalau nggak ada halangan, hari minggu aku ke sana ya?

15. INT. KAMAR AYUDIA — SORE

JOANA

Serius? Yess, aku nggak sabar pengen kenalin kamu sama anak-anak di sini. Suasana di sini tenang banget lho, terus udaranya juga bersih!

JOHAN

Lihat tuh, semangat banget ngomongnya.

Joana tertawa. Dari bawah terdengar suara bising orang-orang masak, Joana jadi merasa nggak enak gak bantu.

JOANA

(Buru-buru)

Eh, Jo! Aku nanti telpon kamu lagi ya, soalnya aku mau bantu-bantu masak dulu.

JOHAN

Oh, oke. I love you, Jo!

JOANA

Love you more, Jo!

CUT TO:

16. INT. RUANG MAKAN — MALAM

Sepiring udang sambal yang melimpah diletakkan ditengah meja makan. Meski wajahnya datar, Ayudia nampak puas dengan hasil masakannya. Sementara itu yang lain (kecuali Aditya) nampak santai berada dalam obrolan dengan Joana.

JOANA

Jadi Siska dan Amelia satu kamar, sementara Radi satu kamar sama Aditya. Kalau Rangga dan Ayudia sendiri?

Yang lain selain Ayudia (fokus siapkan makanan) dan Aditya (masih takut-takut) mengangguk dengan bersemangat.

RADI

Betul sekali, Mbak!

Joana senang melihat semangat anak-anak, atensinya lalu terpindah pada Ayudia yang meletakkan sebakul nasi. Dengan begini makanan mereka sudah terhidangkan semua (zoom out shot nampak semua).

JOANA

Wah, ini udang yang tadi Ayu masak ya? Ayu ternyata pintar banget masak ya.

AYUDIA

(datar)

Biasa aja.


Joana langsung ciut dan duduk rapi. Dia memperhatian Ayudia, sepertinya anak yang akan paling sulit dihadapinya ke depan adalah Ayudia, pikirnya. Tapi dilihat bagaimanapun, Ayudia itu sangat cantik. Ayudia menyadarinya dan jadi gak nyaman. Dia pikir Joana sedang melihat luka bakar yang ada di setengah wajahnya.

AYUDIA (CONT'D)

Mbak, tolong jangan lihat saya terus.

Joana langsung merasa canggung, dia malu dengan kebiasaannya yang suka memperhatikan orang terang-terangan.

BU SRI

(Mengelus kepala Ayudia)

Haduh Ayu, jangan jutek-jutek bangetlah sama orang baru. Maaf ya Nak Ana, dia memang seperti ini.

Joana mengangguk canggung.

RANGGA

Ayo, Mbak dimakan udangnya! Masakan Mbak Ayudia itu enak banget lho.

Rangga meletakkan udangnya di nasi Joana. Joana langsung melihat Rangga. Dia terharu.

JOANA (V.O.)

Ranggaaa!

JOANA

(Senyum)

Iyaa, mari makan!

RADI

Oh, ya Mbak Ana! Kami ada yang mau ditanya.

Joana menatap Radi sambil mengunyah. Joana mengangguk yang artinya memperbolehkan Radi bertanya. Lalu Radi menyenggol Siska, memberi kode ke Siska agar dia yang ngomong. Siska terbatuk.

SISKA

Gini, kita penasaran, projek yang mau kami kerjakan itu apa sih, Mbak? Sampai Mbak repot-repot datang ke sini buat ngajar.

Sendok Joana yang sudah sedikit lagi masuk ke mulut, terhenti. Joana melihat binar semangat dan rasa ingin tau dari mata Radi & Siska. Joana bingung dan menatap Bu Sri, anak-anak ini belum tau? Bu Sri langsung mengerti artinya.

BU SRI

Kamu pasti bingung ya, Ana. Ibu memang sengaja gak kasih tau apa projeknya karena Ibu mau Nak Ana sendiri yang kasih tau.

JOANA

Ah!

Joana langsung menegakkan badannya dan tersenyum penuh semangat.

JOANA (CONT'D)

Jadi guys, Mbak datang ke sini dalam rangka ngajarin kalian nari! Karena kalian nanti akan tampil nari dalam sebuah dokumenter. Kayak... jadi artisnya gitu!

Joana mengangkhiri dengan tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya. Dia pikir semua akan senang, tapi ekspresi itu langsung ganti jadi kaget dalam sedetik karena Ayudia memukul meja.

AYUDIA

(Marah)

Nggak mau! Aku nggak mau! 

Ayudia berdiri dari kursinya dan menggeram. Joana panik dan ikut berdiri.

JOANA

Ke-kenapa Ayu? Tapi semuanya harus tampil.

Ayudia mengabaikan Joana dan menatap tajam Bu Sri.

AYUDIA

Bu Sri! Kok Ibu terima sih? Ibu ‘kan tau aku paling nggak suka tampil-tampil kayak gitu!

Mendengar bentakan Ayudia, Joana kaget lagi, dia gak sadar dia sampai mundur sedikit. Dia takut sama anak yang lebih muda 11 tahun darinya. Joana melirik Bu Sri karena pikir Bu Sri bisa menenangkan situasi yang tiba-tiba ini, tapi kagetnya Joana, Bu Sri malah santai saja mengangkat bahu dan tetap makan. Joana jadi merasa nggak enak dan mencoba lagi menenangkan Ayudia, dia memegang lengan Ayu.

JOANA

Kenapa nggak? Aku janji akan latih kalian dengan baik, supaya bisa tampil sebaik mungkin! (Senyum canggung)

Ayudia ganti memelototi Joana, yang bikin Joana segera melepas genggamannya. Dia kicep.

AYUDIA

Bukan itu masalahnya, Mbak! (Menyibak rambut, menampakkan luka bakar setengah wajah seutuhnya) Mbak nggak usah pura-pura nggak tau deh, aku dah selesai makan!

Ayudia pergi tanpa menyentuh makanannya. Joana termenung sambil melihat makanan Ayu itu, dia masih syok. Bu Sri tersenyum dengan tenang.

BU SRI

Aduh, maaf ya Nak Joana, kamu jadi harus menghadapi sifat temperamental Ayu secepat ini.

JOANA

Ya... (melamun) ya? (Sadar) Sebenarnya kenapa? Aku nggak mengerti. Semuanya tiba-tiba. (Bingung)

Rangga mengelus punggung Joana dan melihat Mbak itu dengan iba. Dengan agak canggung dia yang menjawab pertanyaan Joana.

RANGGA

Mbak Ayu nggak suka tampil, Mbak Ana. Karena... seperti yang Mbak lihat, Mbak Ayu nggak pede dengan luka bakar di wajahnya.

Ah! Joana baru tersadar, betul juga dia nggak sadar kalau Ayudia bisa jadi punya insecurity karena kekurangannya itu. Karena Joana yang sudah sering lihat wajah Ayu di data dari sebelum datang, dia jadi nggak kaget dan nggak sadar pada hal itu lagi. Siska memegang tangan Joana.

SISKA

Nggak usah dimasukin hati ya, Mbak! Mbak Ayu memang gitu, tapi nanti Siska akan berusaha biar Mbak Ayu mau tampil.

Joana mengangguk pelan, dia masih syok tapi dia tetap senyum melihat Siska menghiburnya.

RADI

(Ragu-ragu)

Tapi... Memangnya kita bisa? Kitakan nggak pernah nari?

Joana menyadari raut khawatir di wajah anak-anak. Dia berkedip beberapa kali. Lalu tangannya mengepal dan diangkat (kayak pose merdeka).

JOANA

(Semangat)

Kalian pasti bisa! Aku akan pastikan kalian menari dan tampil dengan baik!

Wajah anak-anak berubah cerah karena punya harapan, Joana ikut tersenyum dan kembali duduk makan.

JOANA (CONT'D)

Sekarang yang terpenting kita makan dulu, ya?

Joana nyengir. Tanpa ada yang menyadari, Bu Sri yang dari tado mengamati semuanya, tersenyum kecil.

FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar