Seperti Rasi Bintang
2. ACT 1 - Membujuk Johan Dan Berhasil!

4. INT. RUANG TUNGGU KANTOR JOHAN — SORE

Pesan dari Johan diponsel Joana tertulis kalau Johan akan selesai kerja sebentar lagi. Kita melihat pesan sebelumnya membicarakan toko cincin yang mau dipilih untuk dikunjungi. Joana menghela nafas menunggu Johan, tapi wajahnya langsung sumringah melihat cincin dijarinya. Dia mencium cincinnya.

JOANA (V.O.)

Sebentar lagi cincin tunangan ini bakal ganti sama cincin nikah. Gak sabar deh nanti pilih yang mana! 

Dia senyum-senyum sendiri. Tiba-tiba ponsel Joana bergetar dan tertulis dilayar “Senior Raya” cepat-cepat Joana menjawab.

JOANA

Halo, Kak Raya! Tumbenan telepon deh (ngejek).

SENIOR RAYA

(ketawa)

Nggak mungkin aku masih belum telpon kamu juga setelah dikirim online undanganmu! Apalagi kita nantinya bakal ketemu di Belanda nih. Selamat ya, sayangku! Akhirnya jadi juga.

JOANA

(nyengir)

Makasih, Kak Ray!

Di telpon terdengar suara bising. Joana lantas menebak kalau Kak Raya lagi ada ditempat kerja.

JOANA (CONT'D)

Eh, tapi ini kakak lagi di tempat kerja ya?

SENIOR RAYA

Yoi, kedengaran ya? 

JOANA

Samar, iya. Berarti ini aku lagi ganggu dong?

SENIOR RAYA

Nggaklah, orang udah selesai. Ini aja aku udah mau pulang!

JOANA

Oh...

Joana diam sejenak, tiba-tiba terlintas dikepalanya untuk menanyakan lowongan pekerjaan pada Seniornya.

JOANA (CONT'D)

Eh kak, kakak ada tau lowongan kerja di sana yang bisa terima orang asing kayak aku nggak?

SENIOR RAYA

Pekerjaan? Astaga kamu ini deh! Sifat mandirimu itu masih belum hilang juga? Percuma ih, padahal nanti punya suami anak orang kaya raya, tapi kamunya malah masih kerja!

JOANA

(ketawa)

Gak apa-apa, dong! Aku ‘kan wanita strong! Lagian nanti aku juga pasti bosan di sana kalau gak ada kegiatan dan jadi nyonya manis aja.

SENIOR RAYA

Yah, iya sih. Kita berduakan bukan tipe cewek yang bisa diam dirumah.

JOANA

Nah, itu sadar.

Keduanya ketawa.

SENIOR RAYA

Pekerjaan ya... hmmm kayaknya kamu bisa sih kerja kayak aku, jadi guru privat anak-anak berkebutuhan khusus. Aku ada kenal beberapa yang butuh, nanti gampang aku kenalin. Tapi biasanya mereka suka sama orang yang punya pengalaman dibidang ini sih. Aku pun dulu bisa keterima karena banyak pengalaman ikut program relawan pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Joana terdiam, dia jadi teringat kembali tawaran Pak Budi kemarin.

SENIOR RAYA

Kalau kata aku sih, kamu ikut program begitu dulu sebelum datang ke sini. (Terdengar suara orang memanggil) Eh iya, kita udahan dulu ya, bos aku mau ngomong samaku dulu!

Joana terbangun dari lamunannya. Jadi kayak orang linglung karena tiba-tiba harus putus telepon.

JOANA

Eh, oh, iya! Sampai nanti kak!

Tut! “Cari pengalaman” kata-kata Kak Raya bikin dia kepikiran, dia mengigit bawah bibirnya. Atensinya teralih ke TV.

INSERT:

TV sedang menayangkan anak-anak muda yang penuh semangat & produktif menjalankan program relawan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus.

Joana seakan tenggelam pada tayangan itu, karena itu membuat dia flashback kejadian saat kuliah.

FLASHBACK

5. INT. PAPAN MADING KAMPUS — SIANG

Terlihat punggung Joana, Joana muda sedang fokus memperhatikan poster yang dipasang dipapan mading.

INSERT:

POSTER: DICARI MAHASISWA YANG MAU JADI RELAWAN PENDIDIKAN ANAK-ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Matanya tak bisa bohong menunjukkan kemauannya. Tapi kemudian telepon berdering, Joana mengambilnya dari saku dan terpampang tulisan “Bos dari Kerja Sambilan” Joana pun melihat kembali mading itu dan menggeleng, (shot punggung) lalu mengangkat telepon dengan ceria.

JOANA

Halo? Iya bos, ini baru selesai kelasnya. Saya langsung ke sana ya!

Dia pergi meninggalkan poster itu. Zoom out perlahan poster di papan mading.

JOANA (V.O., O,S.)

Saat itu aku terlalu sibuk bekerja karena kondisi ekonomi dan belajar sampai menguburkan keinginanku.

FLASHBACK SELESAI

6. INT. RUANG TUNGGU KANTOR JOHAN - SORE

Johan meletakkan dagunya di kepala Joana yang lagi melamun. Dia ikutan menonton acara TV, yang dilihat Joana sangat dalam itu.

JOHAN

Segitu maunya ya?

JOANA

(Melamun dan mengangguk)

Ya mau bangetlah.

Joana tersadar dan kaget. Dia cepat berbalik untuk melihat Johan yang mengantongi tangannya.

JOHAN

(Menangkup bahu joana)

Tapi kita ‘kan sebentar lagi mau nikah, Jo?

Joana diam dan jadi lemes. Johan menghela nafas.

JOHAN

(memiringkan kepala)

Sebenarnya apa yang kamu dapat dari ikut itu?

JOANA

(Tegas)

Uang dan terutama pengalaman.

JOHAN

Aku yakin pekerjaan itu nggak akan kasih uang ke kamu sebanyak yang aku bisa. Dan pengalaman... yah kamu bisa lakukan setelah kita menikahkan?

JOANA

(Protes)

Setelah menikah kitakan langsung pindah ke Belanda.

JOHAN

Kalau gitu tinggal lakukan di Belanda.

JOANA

Rasanya pasti bakal beda. Apalagi aku masih belum lancar bahasa Belanda.

Johan melotot melihat Joana ngeyel. Joana jadi ciut, tapi dia nggak mau menyerah. Entah dapat keberanian darimana, Joana merasa nggak mau mengubur mimpinya lagi. Dia nemberanikan diri melawan tatapan melotot Johan.

JOANA

Lagipula kalau aku terima tawaran Pak Budi sekarang, itu bakal memudahkan aku kerja di Belanda, Jo! Karena apa? Karena aku udah punya pengalaman mengajar selama di sini.

Johan mengernyit, dia nggak habis pikir dengar Joana bahkan mau kerja setelah menikah.

JOHAN

Apa!? Kamu mau kerja? Itu ‘kan nggak perlu, karena nanti aku yang nafkahi kamu!

JOANA

(Gusar)

Ayolah, Jo! Kamu yang paling tau, aku nggak bisa jadi orang yang hanya diam diri di rumah. Kamu tau aku paling suka ngajar dan jadi guru ‘kan? 

Keduanya diam saling balas menatap, karena berusaha menahan amarah yang sudah menjalar ke seluruh tubuh. Joana kemudian menghela nafas, dia nggak ingin mereka bertengkar setelah sekian lama karena masalah ini. Nadanya dilembutkan.

JOANA

Meski aku bakal pindah ke Belanda, aku tetap mau kerja dan jadi guru, Jo. Gak peduli mau itu di negeri asing dan aku harus belajar bahasa Belanda lebih ekstra. 

Johan tetap membisu, matanya menatap tajam mata Joana. Tapi perlahan tatapan mata itu melembut, dalam hati Joana merasa lega karena berhasil menghindari pertengkaran. Johan begitu karena melihat usaha Joana dan nadanya yang lembut. Johan pun kembali lembut.

JOHAN

Jo, kalaupun aku setuju, kamu pasti bakal kelelahan harus bagi waktu untuk ngajar itu sambil persiapkan pernikahan kita.

JOANA

Makanya kita... (terdiam) pakai Wedding Planner aja (pelan dan matanya melihat bawah, mengindari mata Johan).

Johan melongo mendengar itu. Dia lalu menutup matanya dengan tangan. Joana betul-betul keras kepala, pikirnya.

JOHAN

Aku memang dari lama udah kepikiran untuk pakai Wedding Planner, tapi itu supaya kamu nggak kelelahan ngurus pernikahan kita dan bisa istirahat!

JOANA

Yaudah sama aja, Jo. Anggap aku ngajar ini, aku lagi istirahat ya? Seperti hiburan?

Johan diam menatap lama Joana lagi, dia lagi berpikir. Meski Joana merasa gugup, Joana membalas tatapan Johan dengan percaya diri untuk menunjukkan kesungguhannya. Melihat itu Johan menghela nafas lagi.

JOHAN

Yaudah oke, aku memang nggak pernah bisa menang lawan kamu.

Joana langsung tertawa dan lega. Dia memeluk Johan, binar matanya menunjukkan semangat yang kembali.

JOANA

Makasih, Jo-ku! Aku janji nggak akan capek dan persiapkan nikahan kita sebaik mungkin!

Johan tersenyum pasrah sambil mengangguk dan membalas dengan mengelus punggung Joana. 

JOHAN

Kayaknya sekarang kamu bakal sibuk nih siap-siap.

Joana langsung melepas pelukan mereka dan mengambil ponselnya.

JOANA

Oh, iya! Aku harus telepon Pak Budi sekarang.

CUT TO:

7. EXT. TERAS RUMAH — SORE

Pintu mobil yang ditutup, berbunyi. Kamera menyorot dari bawah ke atas Joana, yang menunjukkan fashion tomboynya, celana jeans dan kemeja oversize dengan rambut ekor kuda. Senyum penuh semangat merekah indah diwajahnya. Sambil melihat rumah berdesain tua di depannya, Joana teringat kembali usahanya sebelum datang ke sini.

FLASHBACK

8. INT. KAMAR JOANA

MONTAGE

1. Joana yang berlatih menghafalkan koreografi sambil melihat video koreografinya.

2. Melihat data anak-anak yang akan diajarnya.

FLASHBACK SELESAI

9. EXT. TERAS RUMAH — SORE

JOANA (V.O.)

(Memiringkan bibir)

Akhirnya aku sampai juga di sini.

Joana melihat anak-anak yang berdiri di depan pintu untuk menyambutnya, bersama Bu Sri si pemilik tempat ini.

JOANA (V.O.)

(Senyum)

Bagaimanapun caranya, aku pasti akan buat mereka berhasil tampil dengan memuaskan.

RANGGA

Mari Mbak, biar aku yang bawakan kopernya.

JOANA

(Senyum menampakkan deretan gigi)

Makasih ya

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar