Seekor Sahabat
8. Act #8

22. EXT.Teras Rumah Sumarsih - Malam


Tandiyo menyiapkan makan untuk Tompel dan kemudian memberikan padanya. Tompel hanya duduk diam tidak mau makan makanan yang diberikan Tandiyo. Tompel terdiam sambil menjulurkan lidah sambil melihat ke arah jalan di depan rumah Sumarsih menunggu Minto pulang. Sesekali Tompel mengaing dan melolong, tapi tetap makanan yang dikasih Tandiyo tidak digubris.


TANDIYO
(menatap Tompel) Ayo dimakan Tompel. Nanti kalau kamu sakit aku yang dimarahin sama Minto. 


Tompel menggongong sekali ke wajah Tandiyo


TANDIYO
Malah jeguk. Yowis, sana dimakan mau hujan Tompel masuk rumah sana.


Tompel hanya diam dan tetap memandang lurus ke depan menanti Minto.


SUMARSIH
(melihat khawatir ke Tompel) Nang, itu gak apa-apa Tompel? Udah 3 hari nggak mau makan dia. Ibu khawatir.


TANDIYO
(menatap sedikit khawatir juga ke Tompel tapi menutupi rasa khawatir itu) Nggak apa-apa bu, paling kalau lapar dia makan juga. Yuk bu kita makan dulu.


SUMARSIH
(mengangguk tapi tetap khawatir melihat keadaan Tompel di luar)


23. INT.Perpustakaan Sekolah Asrama Internasional Solo – Siang


Salah satu murid perempuan bernama Nina (8) menanyakan kepada teman-temannya ada yang bisa membantunya mengerjakan PR matematika yang susah. Tidak ada yang menjawab dan menggubrisnya. Nina mulai bingung sama murid-murid yang ada di sana kenapa tidak ada satupun yang bisa. Lalu, matanya tertuju pada Minto yang sedang belajar di perpustakaan itu. Dia baru melihat Minto, dan menghampirinya.


NINA
(menepuk pundak Minto dengan lembut) Hey, kamu anak baru?


MINTO
(menatap Nina tapi sedikit ketakutan) Iya, namaku Minto.


NINA
Aku Nina dari kelas 3-6, kamu di kelas mana?


MINTO
(sambil mengerjakan soal matematika di bukunya) Aku di kelas 3-4.


NINA
(heran melihat Minto) Kamu kok kayaknya ketakutan gitu lihat aku?


MINTO
Nggak kok.


NINA
Terus kamu kenapa kalau aku ajak ngomong nggak mau lihat mukaku?


MINTO
(berhenti mengerjakan soal dan menatap wajah Nina) Karena kalau aku sok akrab, kamu nanti akan bilang ‘anak dusun’ ke aku kayak mereka (menunjuk sekelompok anak nakal yang duduk di pojokan perpustakaan)


NINA
(melihat ke arah anak-anak itu kemudian tertawa kecil) Mereka nggak usah diladenin, memang sih anak-anak orang kaya dan salah satunya pejabat di kota Solo aja orang tuanya. Tapi otak mereka kosong, nggak pintar. (terus melihat soal matematika yang persis seperti soalnya) Lho, kamu lagi ngerjain soal matematika juga? Kebetulan sama nih, aku boleh minta ajarin? 


MINTO
Boleh, asal jangan ngatain aku anak dusun aja.


NINA
(tertawa kecil) Minto, kita itu sama-sama belajar di sini. Ngapain juga aku ngatain kamu anak dusun Cuma gara-gara kamu asalnya dari desa? Nggak penting. Mulai sekarang kita berteman ya.


MINTO
(tersenyum) Boleh, tapi aku nggak bisa menganggap kamu sahabat. Karena aku udah punya sahabat di desaku.


NINA
Never mind. Yang penting kita berteman. Ayo aku diajarin bikin soal ini gimana.


Minto kemudian mulai mengajari Nina cara mengerjakan soal itu. Kemudian di tengah-tengah mereka berdua sedang mengerjakan soal itu. Sekelompok anak itu meniupkan kotoran bekas rautan pensil ke wajah Minto dan tetap meneriakkan anak dusun. Minto hanya sabar dan Nina memaki-maki sekelompok anak nakal itu lalu membantu membersihkan wajah Minto dengan tissue. Minto menatap Nina sejenak karena sedikit kagum ada murid perempuan yang mau berteman dengan anak desa seperti Minto.


Montage (diiringi score music yang mendayu-dayu)

Tompel tetap duduk diam di teras walaupun sedang hujan deras menunggu Minto untuk pulang. Sumarsih tampak khawatir melihat keadaan Tompel. Minto dikirimkan rantang berisikan makanan dari Ibu Djenar dan makan bersama Nina di kantin. Minto tetap di-bully sampai disiram segelas es teh oleh sekelompok anak nakal dan ditertawakan semua murid. Nina yang marah memutuskan membantu Minto untuk mengganti bajunya di asrama. Tandiyo memberi makan Tompel dan tetap tidak mau dimakan sudah 2 minggu dia tidak mau makan dan membuat Tandiyo khawatir. Terlihat makanan-makanan sebelumnya sudah berjamur. Meja Minto ditulis ‘anak dusun’. Dia sedih sekali melihatnya. Dan dia tetap semangat untuk belajar.


24. INT.Kamar asrama sekolah Internasional Solo – Malam


Murid-murid lain sudah tertidur pulas dan lampu sudah dimatikan. Minto matanya masih terjaga, dia tidak bisa tidur, banyak pikiran yang mengganggunya terutama kepikiran Tompel yang membuatnya tidak bisa tidur. Minto diam-diam keluar kamar dan menuju ke rooftop untuk menatap bintang-bintang. Di saat yang bersamaan, Nina memergoki Minto dan diam-diam mengikutinya. Minto duduk sambil memeluk sikut kakinya, dan mulai menatap bintang-bintang di langit. Dia mengingat waktu masih sering bermain dengan Tompel menatap bintang-bintang di dekat rumahnya. Minto mulai menitikan air mata karena sedih dan kangen dengan Tompel. Kemudian dia berbicara sendiri berharap Tompel bisa mendengarnya.


MINTO
(sambil menangis kecil dan menatap bintang-bintang di langit) Tompel, aku minta maaf ya. Pergi ninggalin kamu sendirian di sana. Tapi ternyata justru Aku yang sedih di sini. Aku sering sendirian di sini Tompel, walaupun ada satu teman yang mau dekat denganku. Aku kangen sekali sama kamu Tompel, Aku bisa bercerita apapun tentang kegiatanku sehari-hari sama kamu walaupun kamu juga tidak bisa berbicara. Andai kamu ada di sini Tompel, Aku pasti akan tetap bahagia meskipun aku tidak punya teman di sekolah ini. Kamu memang sahabat aku paling baik. Semoga bintang-bintang bisa menyampaikan pesanku ini ya Tompel. Semoga kamu tahu keadaanku di sini.


NINA
Siapa Tompel, Min?


MINTO
(sedikit kaget dan menghadap belakang melihat Nina) Ngapain kamu ikut-ikut ke sini?


NINA
Aku melihat kamu tadi, kupikir kamu ngapain ke atap malam-malam gini? Awas ketahuan penjaga bisa-bisa kamu di-skors.


MINTO
(menyeka air mata di pipinya) Aku mau ke kamar. Dan kalau kamu mau tahu Tompel itu siapa, dia sahabatku dan dia itu anjing peliharaanku. Nggak ada yang mengalahkan dia sebagai sahabat, disini sesama manusia tapi malah dijadikan musuh.


NINA
(memegang lengan Minto ketika dia mau balik ke kamar) Nggak semuanya di sini menjadikan kamu musuh. Aku masih mau berteman sama kamu. (lalu memeluk Minto dengan lembut)


MINTO
(melepas pelan-pelan pelukan Nina) Terima kasih Nina, tapi tetap kamu tidak bisa mengalahkan Tompel sebagai sahabat sejati.


Minto lalu kembali ke kamarnya dan Nina mengikuti dari belakang.


(INSERT)

Di saat yang bersamaan, Tompel menatap bintang-bintang di langit lalu mengaing sedih dan melolong sedih.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar