19. INT.Rumah Sumarsih – Malam
Sumarsih sedang mengepak barang-barang Minto ke dalam tas besar berbentuk anyaman. Dia juga merapikan alat tulis Minto untuk dibawa ke Solo. Tandiyo sedang membantu memasak di dapur karena Sumarsih harus mengepak barang-barang Minto. Minto duduk diam melamun di dapur menemani Tandiyo yang memasak. Tandiyo melihat Minto sedang melamun dan mengajaknya berbicara.
Minto lalu menuju kamar dengan raut wajah sedih. Sumarsih melihatnya jadi heran, ada apa dengan anak ini. Lalu Sumarsih dan Tandiyo mulai menyantap makan malamnya.
20. EXT.depan Rumah Sumarsih – Subuh menjelang matahari terbit
Mobil SUV putih milik ibu Djenar sudah datang untuk menjemput Minto. Tandiyo mulai mengajak Tompel jalan-jalan dan Tompel pun senang diajak jalan-jalan dengan Tandiyo, mereka pun berlarian menuju sisi pinggir waduk. Minto pelan-pelan keluar memastikan Tompel dan Tandiyo sudah pergi. Lalu dia berpamitan dengan Sumarsih dan Sumarsih memeluk Minto berpesan supaya dia jangan jadi anak nakal dan jadi anak yang pintar sekaligus nurut. Sumarsih tidak tahan untuk menahan tangis. Lalu ibu Djenar memeluk ibu Sumarsih, dan mengatakan akan sering-sering main ke rumah Sumarsih karena Sumarsih dan Tandiyo sudah menjadi bagian dari keluarganya. Minto masuk ke dalam mobil SUV itu duduk di belakang dengan ibu Djenar, Minto melambaikan tangan ke Sumarsih dan mulai menangis. Dia dipeluk oleh ibu Djenar supaya tenang padahal rasa sedih yang dirasakannya adalah dia harus berpisah dengan Tompel. Ketika sudah berangkat, Tandiyo pun pulang bersama Tompel dan memberinya makan. Herannya Tompel tiba-tiba mengaing sedih dan melolong, tanda anjing sedang sedih. Tandiyo bingung ada apa dengan anjingnya itu. Lalu Tompel dirangkul oleh Tandiyo supaya berhenti mengaing dan melolong. Minto meminta mobil ibu Djenar berhenti sebentar, lalu Minto turun berlari ke Tompel, lalu merangkul anjingnya itu dengan sedih tangis pun tidak dihindarkan. Tompel mengaing tanpa henti. Lalu Minto berhenti memeluk dan memegang wajah Tompel dengan kedua tangannya.
Minto lalu berlari menuju mobil SUV ibu Djenar lalu Tompel menggonggong dan mengain lalu melolong. Sejak itu Tompel menunggu Minto terus di depan teras rumah
21. INT.Asrama sekolah Internasional – Solo – Pagi
Suasana sekolah asrama itu sungguh ramai dan banyak peraturan yang ditempel di setiap sudut tembok. Minto duduk di kursi dekat ruangan kepala sekolah ditemani oleh ibu Djenar. Lalu kepala sekolah muncul dan menyambut baik Minto dan ibu Djenar. Minto masih termenung dan masih merasa tidak terbiasa dengan suasana sekolah barunya. Banyak quote berbahasa Inggris yang memberi semangat murid-murid di sana tapi Minto tidak tahu artinya. Lalu kepala sekolah mengajak Minto ke kelasnya. Sesampainya di kelas, Minto dikenalkan oleh guru yang sedang mengajar bahasa Inggris di sana lalu dikenalkan ke seluruh murid.
Minto sedikit kaget, perlakuan anak kota ternyata diluar dugaannya. Dia merasa dikucilkan, dia merasa dihina karena dikatakan anak dusun. Dalam hati dia masih tetap ingin belajar tekun dan harus bisa berhasil di suasana baru ini.
Selesai kelas dan waktu istirahat, Minto bergegas ke asramanya yang terletak di lantai dua. Dia masuk ke dalam asrama yang berjejeran kasur tingkat dan dia mencari kasur dan lemari yang belum dipakai. Dia menaruh tas dan ingin masuk ke kelas selanjutnya yaitu matematika. Begitu keluar asrama dia dihadang oleh sekelompok anak-anak di kelasnya tadi yang mengatai Minto “anak dusun”
Sekelompok murid nakal itu mulai mendorong-dorong Minto sampai terjatuh. Tasnya ditendang dan buku pelajarannya di buang jauh. Sekelompok anak nakal itu kemudian meninggalkan Minto. Minto menangis sedih, dia merasa tidak diharapkan semua murid yang ada di sini. Lalu dia mulai bangkit perlahan-lahan dan mengambil tas dan bukunya yang dibuang kemudian masuk ke kelas.