Sebelum Tengah Malam
7. Scene 25-30

25. INT. EXT. RUMAH — SORE

Daun-daun kering berserakan di halaman belakang rumah, satu pohon beringin tanpa daun. Altino memegang sapu ijuk membersihkan daun-daun kering, memindahkan kayu-kayu, pot bekas tidak terpakai.

SFX Suara azan Maghrib berkumandang. Altino menunaikan ibadah salat.

SFX Bel rumah. Altino berjalan menuju pintu, masih mengenakan sarung, dan kopiah.


FANNY

Hai! (membawa kardus dan kantong plastik belanjaan)


ALTINO

Hai! Kamu.. (melihat bingung). (Jeda)


FANNY

Mmm.. boleh masuk?


ALTINO

Masuk, masuk. Silakan masuk. (membukakan pintu)


ALTINO (CONT'D)

Aku baru mau berangkat (alasan). Habis bersih-bersih rumah.


FANNY

Nggak apa-apa sekalian jalan, aku dah biasa ke sini (memutar bola mata)


Fanny mendadak diam, salah tingkah keceplosan bicara. (Jeda)


ALTINO

Kardus apa itu? (menunjuk)


FANNY

(Menarik tangan Altino) Hei, tanganmu kenapa?


ALTINO

Nggak apa-apa, cuma habis bersih-bersih.


FANNY

Cuma bersih- bersih masa sampai berdarah.


Fanny menggandeng tangan Altino, memaksa Altino duduk di sofa.


FANNY

Duduk sini, aku taruh ini dulu. (menunjukkan belanjaan)


Altino kaget melihat Fanny berjalan sendiri menuju dapur, kemudian kembali membawa kotak P3K, dan duduk di sampingnya.


ALTINO

Dari mana kamu tahu?


Fanny tersenyum simpul melihat Altino.


FANNY

Tahu apa?


Altino terdiam, memalingkan muka, malu menatap kembali mata Fanny. Fanny membersihkan luka, lalu menempelkan plester luka pada lengan Altino.


FANNY

(Telunjuk menunjuk dapur, lalu bergerak melingkar) Rumah ini aku yang desain.


Altino menatap Fanny lekat.


ALTINO

Kamu..?


FANNY

Ya.. aku pacar Mas Irwan.


ALTINO

Paman pernah cerita masalah rumah ini, kamu, dan rencana pernikahan kalian.


FANNY

Oh ya..


Altino menatap Fanny, kemudian mengangguk mengiyakan.


DISSOLVE TO:


26. INT. KAFE IRWAN — SIANG

Altino mengantar kopi pesanan pelanggan, kemudian berjalan ke meja kasir. Irwan datang mendekati Altino, mengobrol dengan wajah senang.


IRWAN

(Menyodorkan amplop) Nih, gajimu bulan ini. Rumahku sudah jadi, main-main ke rumah.


ALTINO

(Memasukkan amplop ke saku celana) Oh, ya.. perasaan baru kemarin Paman cerita mau bangun rumah, sekarang sudah jadi.


IRWAN

Iya, pacar aku yang desain. Rencananya aku mau lamar dia tahun depan.


Altino balas tersenyum simpul.

CUT BACK TO:


27. INT. RUMAH — MALAM

Wajah Fanny berubah murung, tertunduk sebentar seolah menahan air mata, lalu melihat Altino sembari menggigit bibir ragu untuk bercerita.


FANNY

Sebenarnya.. waktu itu kamu..


FLASH BACK TO:


28. EXT. MONTAGE DEPAN PAGAR KOS FANNY - RUMAH IRWAN — TENGAH MALAM

Hujan mengguyur deras, Fanny pulang dari kerja naik sepeda motor, berhenti di depan pagar melihat Altino duduk berbaring dengan mata terpejam, di depan pagar tembok kos. Wajahnya pucat, hanya memakai kaus dalam dan celana pendek seatas lutut, tanpa alas kaki. Fanny bertanya, tapi Altino hanya diam menatap. Fanny mengantar Altino pulang dengan sepeda motornya, membawa Altino ke kamar. Melepas baju Altino yang basah, kemudian tertidur di sebelah Altino.


CUT BACK TO:


29. INT. RUANG TAMU — MALAM

Fanny menatap Altino dalam sambil tersenyum simpul.


FANNY

Pertemuan kedua kita, waktu kamu tiba-tiba nonjok teman sekantorku tanpa alasan. Kamu hampir pingsan, terus aku bawa kamu pulang. Aku sampai bingung, kamu diem saja. Liatin aku terus, nggak ngomong apa-apa.


ALTINO

(Menggeser duduk lebih dekat)
Terus tadi malam?


FANNY

Tadi malam kamu berantem sama orang (jeda) gara-gara nolongin aku. Eh, malah kamu sendiri yang luka. (Mengusap lembut pinggir lengan Altino yang tidak luka). Aku tahu itu bukan kamu.


ALTINO

Kamu tahu dari mana kalau yang nemui kamu bukan aku.. (berhenti bicara)


Fanny meraih tangan kanan Altino, menempelkan ibu jari ke jari Altino, mengaitkan dengan jari telunjuk, mirip gembok.


FANNY

(Tersenyum simpul) Aku tahu kalau waktu itu kamu kemasukan arwah Mas Irwan. Mas Irwan.. orangnya baik, cuma agak cemburuan.. emosian, tapi.. dibalik sikap overprotective Mas Irwan, aku sadar cuma dia orang yang paling perhatian sama aku. Putus.. aku sempat nggak terima waktu Mas Irwan bilang minta putus (menggigit bibir, menahan air mata) seminggu setelah kami bertengkar gara-gara dia bawa cewek lain pulang ke rumah. Dan.. aku baru tahu kalau cewek itu adalah dokter yang menangani penyakit Mas Irwan.


ALTINO

(Menyimak) Mmm.. aku baru tahu kalau Pamanku..


FANNY

Dan aku tahu orang yang di depanku sekarang adalah kamu, Altino.


Fanny mengambil kardus di sampingnya, menyerahkan pada Altino.


FANNY

Ini aku kembalikan. Sebetulnya aku juga bingung dan ngerasa nggak enak.


Altino menerima, membuka, dan melihat isi kardus.

ALTINO

Nggak apa-apa, buat kamu aja. (menyodorkan kembali)


FANNY

Ya, udah. Aku transfer aja, minta nomor rekening kamu.


ALTINO

Nggak usah, beneran. Aku ikhlas, daripada nanti aku dihantui.


Fanny tertawa manis, Altino terpesona melihat kecantikan Fanny. (Jeda)


ALTINO

(menghela napas) Aku nggak tahu mesti ngomong apa.


FANNY

Ya.. nggak usah ngomong.


Keduanya sama-sama tersenyum.


ALTINO

Mungkin Paman masih.. Mm, tapi jangan samakan aku sama Paman.


FANNY

Ya, enggaklah.


ALTINO

Fan, lihat aku.


Jari Altino menyentuh punggung tangan Fanny.


FANNY

Apa? (menggeser tangan, duduk menjauh)


ALTINO

Sebelum tengah malam, aku mau ngomong hal ini ke kamu. Sebelum tubuhku bukan milikku, sebelum aku menjadi bukan diriku.


FANNY

Apaan sih? Mau ngomong apa?


ALTINO

Lihat aku..


Altino menggenggam kedua tangan Fanny, mengamati wajah Fanny, menatapnya dalam.


ALTINO

I think I'm in love


FANNY

Siapa?


ALTINO

Kamu..


Keduanya sama-sama tersenyum malu. Daun telinga Altino memerah, melepas tangannya, membetulkan posisi duduk, menunggu jawaban Fanny yang cuma bisa tersenyum malu. (Jeda)

SFX Daun pintu tertutup keras.

Altino dan Fanny spontan menoleh kaget ke arah pintu depan, sudah tertutup dari tadi. Beralih menatap tangga bersamaan.


FANNY

Ada teman kamu?


ALTINO

Enggak, aku sendirian.


ALTINO

Tunggu sini, biar aku lihat dulu.


Fanny menarik ujung baju Altino, Altino menoleh.


ALTINO

Kenapa?


FANNY

Aku ikut.


Altino menyulurkan tangan kanannya, Fanny menyambut, menggenggam tangan Altino erat. Mereka berdua berjalan menuju lantai atas.

SFX Detak jantung keduanya terdengar keras saat mereka tiba di kamar lantai tiga. Pintu kamar terbuka lebar, gelap, jendelanya terbuka.


ALTINO

(Lirih) Aku tutup dulu.


Fanny ketakutan, menarik lengan Altino.


DISSOLVE TO:


30. INT. DALAM KAMAR — SIANG

Muncul ingatan lama Fanny saat melukis ditemani Irwan. Fanny menyoret pipi Irwan dengan kuas bercat biru, kemudian mereka berlarian saling mengejar, tertawa bahagia bersama.


CUT BACK TO:


31. INT. RUMAH — MALAM

Gelap, Altino masuk lebih dulu, Fanny mengikuti di belakang dengan was-was.

CLOSE ON Jendela terbuka, tirai melambai-lambai tertiup angin. Altino menutup jendela, kemudian terdiam membeku, tak bersuara, berdiri kaku.


FANNY

Al, kenapa? (menatap wajah Altino) Tanganmu kok dingin.


Fanny membalikkan badan Altino, mengerjap melihat wajah Altino. Menarik paksa tangan Altino keluar dari dalam kamar. Fanny menutup pintu kamar, lalu berbalik melihat pada Altino (muka dingin).


FANNY

Al, ayo turun. Kamu masih mau di sini. Ya, udah aku pulang dulu.


Baru dua langkah, Altino menarik badan Fanny, memeluknya kencang.


FANNY

Al, lepasin, Al. Sakit.


Fanny sadar yang memeluknya adalah Irwan.


FANNY

Mas Irwan..


Pelukan terlepas, Fanny bergerak sedikit mundur, mengambil jarak, berlari turun. Altino mengejar Fanny sampai ke depan rumah.


CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar