SATU RUANGAN
4. ACT 2 PAGE 31-40

Alfred melihat ke arah Angel dan teman-temannya.

ALFRED

(berbicara pelan)

Kita bisa pake mereka.

ELISA

(berbicara pelan)

Maksudnya?

ALFRED

(berbicara pelan)

Kalau apa yang dibilang Angel tentang sifat Nita itu benar. Dia pasti bakal cari temannya dulu sebelum keluar hutan cari pertolongan. Kalau dia susuri jalan setapak, dia pasti bakal nemuin Villa ini, dengan teman-temannya yang udah ada di dalam. Kita bisa pake mereka sebagai sandera buat dapetin Nita.

ELISA

(berbicara pelan)

Terserah. Pokoknya saya pengen semuanya bersih. Besok berita yang muncul harus "Hilangnya seorang pengusaha besar di tengah hutan.", bukan "Seorang isteri berkomplot dengan pembunuh bayaran untuk menghabisi suaminya demi harta!" ingat itu! 

ALFRED

(tertawa)

Kamu tenang saja.

ELISA

(berbicara pelan)

Semua gara-gara hujan sialan ini! ada orang numpang ke Villa, ada orang kesasar ke dalam hutan, ugh! (menghisap rokok)

ALFRED

(berbicara pelan)

Kita tidak bisa lawan kehendak alam! Lagipula kenapa kamu biarkan anak-anak itu ada di sini sejak awal?

Elisa menaikan bahu.

ALFRED

(berbicara pelan)

Sekarang anak-anak ini sudah jadi potential witness. Sama dengan seorang temannya di luar sana. Kalo polisi menangkap kami, anak-anak ini bakal jadi saksi kalau kita pernah kontak. You pun bakal terlibat. Kita gak bisa nutupin.

ELISA

(berbicara pelan)

Itu pun kalau temannya di luar sana ngeliat kejahatan kamu terus ngelapor.

ALFRED

(berbicara pelan)

Kita rencanakan yang terburuk saja. Sekarang, kita tahan mereka di sini sebagai sandera, sampai si Nita keluar buat selametin mereka. Itu lebih mudah ketimbang harus cari secara membabi buta ke dalam hutan. Bisa kabur dia kalo liat kita nanti. Dan kalo dia berhasil keluar hutan terus ngelapor, habis kita. Jadi kita tangkap nanti si Nita, kumpulkan bersama teman-temanya, terus kita interogasi. Apa yang bakal terjadi? tergantung, apa yang mereka tahu tentang kita?

ELISA

(berbicara pelan, gestur tak setuju)

Harus ngebunuh bocah lagi?

ALFRED

(berbicara pelan)

Enam mahasiswa dan satu pengusaha hilang di hutan saat terjadi badai. Itu lebih meyakinkan daripada cuma satu pengusaha yang hilang.

ELISA

(berbicara pelan)

Terserah terserah. Itu tugas kalian. Pokoknya beresin semua. Saya kasih uangnya. Terus udah, kita gak pernah ketemu lagi selamanya.

ALFRED

Ya, tentu! tentu saja.

Terdengar suara pintu Villa di gedor. Semua melihat ke arah pintu.

ELISA

Siapa lagi sekarang?

ALFRED

Kamu diam. Biar saya yang usir tamu kita ini.

Alfred berjalan ke arah pintu, meminta kunci ke mahasiswa.

ALFRED

Kunci pintu, tolong lempar!

NICO

Tangkap kek!

Nico MELEMPAR kunci pintu, Alfred MENANGKAPNYA.

Alfred menggunakan kunci untuk membuka pintu. Kita melihat seorang pria gagah, ROY (L/40) dan isterinya yang tampak sakit, LORA (P/35). Roy tersenyum kepada Alfred.

ALFRED

Ada yang bisa saya bantu?

ROY

Maaf, boleh kami berteduh di sini? Isteri saya mendadak sakit karena kehujanan.

Alfred melihat sang isteri yang lemas, bersandar di bahu suaminya.

ALFRED

Maaf tapi kami sedang menunggu tamu di sini. Kami khawatir nanti tempatnya jadi sesak.

ROY

Tolong, biarkan isteri saya istirahat. Kami tidak makan banyak tempat. Cuma satu kamar, untuk saya, isteri saya, dan anak saya ini...

Berjalan dari balik badan ayahnya, seorang gadis kecil cantik bernama VERITA (P/7). Alfred sangat lemah pada anak kecil. Ia pun berlutut.

ALFRED

Siapa nama kamu nak?

Verita malu-malu.

ROY

Ayo, bilang ke kakek nya.

VERITA

Verita...

ALFRED

Verita... nama yang cantik...

Verita bersin. Alfred segera berdiri.

ALFRED

Masuk, ayo masuk. Di luar dingin!

ROY

Terima kasih! Terima kasih banyak!

ALFRED

Ya ya, ayo.

Roy dan keluarganya masuk Villa. Mereka tersenyum pada Angel dan teman-temannya yang duduk di sofa.

Elisa melihat hal itu dan berdecak sebal.

ELISA

Goblok. Malah di bawa masuk.

Alfred menaikan bahu, memberi bahasa tubuh, "Mau gimana lagi?"

ALFRED

Ehm... saya Alfred, dan wanita cantik yang duduk di meja makan sana, dia Elisa. Pemilik Villa mewah ini.

Elisa tersenyum lalu mendekati Roy. Mereka berjabat tangan.

ROY

Saya Roy. Ini isteri saya, Lora dan anak saya, Verita.

ELISA

Hey cantik... (ke Verita, lalu melihat Lora), ...Ehm, Lora kayaknya gak sehat.

ROY

Iya, tiba-tiba dia mual dan pusing. Badannya juga panas. Gara-gara kehujanan kayaknya.

ELISA

Di atas ada kamar. Pake aja buat istirahat.

ROY

Wah makasih banyak. Kami sangat tertolong.

ELISA

Ya, ya gak apa-apa. Senang bisa membantu.

Rou memamapah Lora ke lantai atas. Verita ikut di belakangnya. Elisa melirik tajam Alfred. Mereka kembali ke meja makan. Kunci pintu di simpan di atas meja makan.

ELISA

(bicara pelan)

Kamu udah gila?!

ALFRED

(bicara pelan)

Mau gimana lagi? Saya lemah sama anak-anak. Di tambah dia mirip cucu saya yang sudah meninggal.

ELISA

(bicara pelan)

Itu urusan pribadi kamu. Harusnya kamu bersikap lebih profesional!

ALFRED

(bicara pelan)

Itu satu-satunya kelmahan saya. Maaf.

Elisa tampak kesal. Tompel dan Tonggos hanya menghela nafas.

Bima dari tadi memerhatikan mereka dari sofa, mulai curiga. Sedangkan Nico sedang asyik menonton sesuatu di smartphone nya. 

BIMA

(ke Angel dan Jenny)

Daritadi mereka bicaranya bisik-bisik. Kenapa ya?

Angel dan Jenny melihat ke arah meja makan.

BIMA

(berbisik)

Jangan diliat!

ANGEL

Udahlah itu urusan mereka. Kita cuma numpang di sini. Kalau hujan udah reda kita lanjut jalan, bangun tenda.

BIMA

Apa kalian gak curiga? Suaminya si Tante belum pulang daritadi.

ANGEL

Terus kenapa? Si Rian sama si Nita juga sama. Mungkin mereka lagi berteduh di suatu tempat gara-gara hujan gede. Kalo reda kita cari mereka bareng-bareng.

JENNY

Iya, kebanyakan nonton film kriminal nih Bima.

BIMA

Yah, setelah hujan reda kita langsung cabut. Perasaan aku udah gak enak sejak Om Alfred dan kawan-kawannya datang.

ANGEL

Ya, tenang aja.

Angel mengengam tangan Bima. Mereka tersenyum. Jenny melihat hal itu, cemberut.

Nico mengeluarkan sebuah celana dalam dari saku kimono, dan merentangkannya di depan wajahnya.

NICO

...ini adalah trophy nya. Oh tante Elisa...

Nico menghirup dalam-dalam celana dalam Elisa itu. Angel dan Jenny menjadi jijik. Mereka langsung pindah duduk menjauh dari Nico. 

JENNY

Udah parah si Nico. Parah, parah.

Alfred dan yang lain melihat hal itu.

ALFRED

(menggeleng kepala)

Anak jaman sekarang... tidak tahu etika.

TONGGOS

(bicara pelan)

Dia udah ketawain saya. Kalo boleh, saya abisin dia sekarang.

ALFRED

(bicara pelan)

Jangan-jangan. Kita ubah rencana. Kita gak bisa bunuh semua orang di Villa ini. Ada anak kecil, dan saya akan tembak, siapapun yang menyakiti anak kecil itu. Jadi kita bersabar sampai hujan reda. Kita tahan nanti mahasiswa-mahasiswa itu, bilang kita bakal cari sama-sama, si Thomas dan teman mereka di dalam hutan. Kita pancing si Nita yang sedang cari teman-temannya keluar dari hutan. Diam-diam kita kejar, buru, dan bunuh dia. Mau dia tahu atau tidak tahu kejahatan kita. kita bunuh. Saya tidak mau ambil resiko yang akan membuat kita semua hancur. Setelah itu kita kubur mayat dia nanti sama pacarnya. Clear? ancaman terbesar kita saat ini adalah si Nita, teman mereka itu. Dia bisa jadi saksi kunci.

Tompel dan Tonggos mengganguk.

Roy turun dari lantai dua, menuju meja makan. Ia berusaha bersikap ramah.

ROY

Terima kasih, semuanya. Berkat kalian isteri saya tertolong.

ALFRED

Ya, ya sebagai sesama manusia kita harus saling membantu. Mari duduk, kita mengobrol.

Roy duduk di pinggir meja makan.

ROY

Jadi... saya lihat mungkin... pak Alfred ini... suaminya bu Elisa?

ELISA

(tertawa kecil)

Bukan, dia ayah saya.

ROY

Oh?

ALFRED

Tidak-tidak, dia bercanda. Saya ini rekan bisnis suami Elisa.

ROY

Oh, di mana suami anda kalau begitu?

ELISA

Dia ada di luar sana. Lagi berteduh mungkin.

ROY

Hmm... memang hujannya sangat deras, pohon juga banyak yang tumbang waktu perjalanan saya ke sini.

ALFRED

Ah, selama perjalanan bung ke sini, apa bung melihat seorang gadis? Usianya sama seperti mereka (menunjuk ke Angel dan teman-teman).

Roy menggeleng kepala.

ROY

Tidak, kami tidak bertemu siapapun sepanjang jalan. Selain itu hujan nya terlalu deras. Sulit untuk melihat kondisi sekitar.

ALFRED

Ya... ya...

ROY

Memang nya kenapa? dia hilang?

ALFRED

Ya. Dia terpisah dengan rombongan teman-temannya.

ROY

Kalau begitu saya bisa bantu nanti, kebetulan saya bertugas di unit khusus orang hilang.

ALFRED

Unit khusus?

ROY

Ya, saya anggota polisi.

Alfred dan yang lain saling menatap. Roy merasakan atmosfir yang berbeda.

ROY

Tapi sekarang saya sedang bebas tugas. Jadi...

ALFRED

Ya, ya... kami paham.

ROY

Saya hanya ingin bersenang-senang dengan keluarga saya. Siapa sangka bakal turun hujan deras seperti ini.

ALFRED

Kami pun sama. Tadinya ingin berburu, tapi malah hujan badai.

ROY

(tertawa kecil)

Hujan datang, bubar semua.

ALFRED

Hahaha!

Tompel dan Tonngos terdiam kaku. Roy melihat penampilan Tompel yang mencurigakan dengan tato di wajahnya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar