SATU RUANGAN
3. ACT 2 PAGE 21-30

INT. LANTAI DUA VILLA - CONTINUOUS - HUJAN

Jenny melihat pintu kamar ditutup, ia pun berteriak.

JENNY

NICO!

NICO

APA?!

JENNY

ADA SI OM NYA!!

NICO

HAH?!

JENNY

SI OM NYA PULANG!!

NICO

IYA TERUS!!

JENNY

Hah? terus?

NICO

GANGGU AJA!! GUE TURUN KALO DAH BERES!!

Jenny menghela nafas.

INT. VILLA - CONTINUOUS - HUJAN

Jenny turun dari tangga.

BIMA

Mana si Nico?

JENNY

Aku malah dimarahin. Pintunya di kunci.

BIMA

Anjing tuh anak.

Pintu terus digedor.

ANGEL

Udah, buka dulu aja.

Bima mengambil kunci di meja depan sofa, lalu membuka pintu. Ternyata di luar adalah Alfred, Tompel dan Tonggos.

ALFRED

(teriak)

LAMA AMA--

Alfred kaget yang membuka pintu bukan Elisa. Tapi Bima, Angel dan Jenny.

ALFRED

Hey. Siapa kalian?

BIMA

Ehm... saya Bima om.

ANGEL

Angel.

JENNY

Jenny.

ALFRED

Oh. Saya Alfred.

Alfred berjabat tangan ke masing-masing orang di depannya.

ALFRED

Kemana pemilik villa ini?

ANGEL

Tante Elisa? Ehm...

ALFRED

Ya Tante Elisa--boleh kita masuk? Di sini dingin.

BIMA

Oh iya, tentu om. Tentu.

Mereka semua masuk Villa. Pintu dikunci lagi. Kuncinya di simpan di atas meja depan sofa.

ALFRED

Jadi... dimana Tante Elisa?

BIMA

Dia...

ALFRED

Di atas jangan-jangan?

Alfred hendak pergi ke atas. Tonggos dan Tompel ke perapian menghangatkan badan. Bima berusaha menghalangi..

BIMA

Ehm... Om... Tante Elisa nya...

ALFRED

Tante Elisanya kenapa? Lagi sex di kamar?

Bima terdiam. Alfred tertawa kecil lalu pergi ke atas.

INT. LANTAI DUA VILLA - CONTINUOUS - HUJAN

Alfred berjalan ke pintu kamar yang di tutup. Ia mendengarkan desahan Elisa.

ALFRED

ELISA!

Desahan berhenti.

ELISA

ALFRED?! GIMANA?!

ALFRED

BERES!

ELISA

GOOD!

ALFRED

CEPAT SELESAIKAN! ADA BANYAK YANG HARUS KITA BICARAKAN! KITA INGIN PERGI SEBELUM GELAP!

ELISA

IYA-IYA! NANTI SAYA TURUN!

Alfred menyeringai, lalu pergi ke lantai bawah.

INT. VILLA - CONTINUOUS - HUJAN

Tompel dan Tonggos duduk di pinggir meja makan. Tompel terus memperhatikan Angel yang sedang memotong buah di dapur. Angel jadi risih. Ia pun berbisik kepada Bima.

ANGEL

Itu yang botak ngeliatin aku terus.

Bima melihat Tompel. Lalu ia pun berdiri di belakang Angel, menghalangi pandangan Tompel. Tompel tampak kecewa.

BIMA

Tenang aku jagain.

Angel senyum.

Alfred turun dan bergabung duduk dengan Tompel dan Tonggos.

ALFRED

(ke Bima)

Jadi, kalian mahasiswa? 

BIMA

Iya pak, kita kelompok pecinta alam.

ALFRED

Pecinta alam. Kalau begitu kita sama. Bapak pun pecinta alam. Suka naik gunung.

BIMA

Saya juga. Bulan kemarin baru dari Rinjani.

ALFRED

Rinjani! Haha... udah berkali-kali bapak trekking di sana. Danau sama Edelweiss nya indah. Apalagi kalau matahari terbit. 

BIMA

Iya, saya baru pertama kali ke sana. Indah, indah banget.

ALFRED

Kalo luar negeri pernah? Elbrus? Atau Everest mungkin?

BIMA

Wah, saya belum... siap kalo itu. Saya masih pemula.

ALFRED

Suatu hari kamu harus ke sana. Sekali seumur hidup lah. Rugi kalo enggak.

BIMA

Iya, bakalan. Saya bakalan ke sana.

ALFRED

Good. Selagi masih muda, lakukan apa yang bisa anak muda lakukan. Jangan sampai menyesal seperti saya nanti. Setelah tua baru sadar, apa yang harusnya dilakukan saat muda dulu.

BIMA

Ehm... emang bapak profesinya apa? Kalo boleh tau?

ALFRED

Saya rekan bisnis Thomas. Dan dua orang ini (menunjuk Tompel dan Tonggos). Dia supir (menunjuk tonggos) dan dia (menunjuk Tompel)... dia bodyguard.

BIMA

Bodyguard? Jago berantem kalo gitu?

ALFRED

Ya... dia... apa aliran bela diri kamu Pel? (ke Tompel)

TOMPEL

Boxing. MMA.

ALFRED

Boxing. MMA.

BIMA

Kalau saya silat. Dan udah sabuk hitam di taekwondo.

ALFRED

Oh.

Bima dan Tompel adu tatap.

ANGEL

Ehm... ngomong-ngomong, Om Alfred bukannya berburu keluar sama Om Thomas ya? Suaminya Tante Elisa?

ALFRED

Kata siapa?

ANGEL

Tante Elisa...

ALFRED

Oh, iya, ya! Tapi... kita kepisah tadi. Gede banget hujannya. Kita gak bisa dengar satu sama lain. Tapi tenang aja, hutan ini udah kaya pekarangan buat Thomas.

ANGEL

Iya hujannya gede, kita juga jadi kepisah sama temen kita.

ALFRED

Oh, siapa?

ANGEL

Rian...

ALFRED

Rian... hmm...

ANGEL

Sama pacarnya, Nita.

Alfred, Tompel dan Tonggos kaget.

ALFRED

Pacarnya? Jadi dia gak kesasar sendirian?

ANGEL

Enggak, mereka ketinggalan berdua di belakang. Kita tungguin gak muncul-muncul... jadi kayaknya kesasar. Semoga aja mereka gak apa-apa.

ALFRED

Ya, semoga mereka gak apa-apa... tapi si Nita ini, orang kayak gimana dia?

ANGEL

Nita? Dia agak tomboy... anak tentara sih.

ALFRED

Oh, anak tentara?

ANGEL

Iya... dia paling suka gitu ke hutan, survival, kayak apa yang suka diajarin ayahnya...

ALFRED

Hmm... begitu... lalu, apa dia--peduli dengan teman-temannya?

ANGEL

Nita yang paling care sama kita! Apalagi sama temen-temen perempuannya. Dia juga pernah duel satu lawan satu, sama orang yang udah jambret hape saya.

ALFRED

Dan...?

ANGEL

Dia menang. Walau tangannya luka sama giginya rontok sih.

ALFRED

Pemberani sekali ya, Nita ini.

ANGEL

Iya, dia itu anak satu-satunya, Om. Dari kecil udah dididik kayak militer sama ayahnya.

ALFRED

Hmm... oke, semoga mereka baik-baik saja...

ANGEL

Makasih.

Alfred cemas. Nita bisa saja melihat kejadian tadi saat ia membunuh Rian. Dan sekarang ia bebas di luar sana. Tompel dan Tonggos saling memandang cemas. Alfred tampak berpikir serius.

Angel mengantarkan piring penuh buah-buahan ke meja makan.

ANGEL

Ini pak, buah nya.

ALFRED

Hm? Oh, ya, ya... terima kasih.

Angel dan Bima kembali duduk di sofa depan tv, bersama Jenny yang masih asyik main hape.

TOMPEL

(berbisik)

Gimana nih bos?

ALFRED

(berbisik)

Kalian gak liat orang lain waktu itu?

Tompel dan Tonggos menggeleng kepala.

Nico dan Elisa turun dari lantai dua. Mereka memakai kimono tidur. Elisa bergabung di meja makan dengan Alfred dan gengnya. Nico buka kulkas, meminum sebotol bir. Dan memakan apa yang ada di sana. Ia melihat gigi tonggos si Tonggos dan tertawa kecil. Tonggos menatapnya gusar.

Bima menggeleng kepala melihat Nico.

Elisa menyematkan sepuntung rokok di bibirnya.

ELISA

Ada korek?

Tonggos menyalakan korek kepada Elisa.

Elisa merokok.

ELISA

(bicara pelan agar tak terdengar para mahasiswa)

Kayak gimana dia, waktu mau mati?

ALFRED

(bicara pelan)

Minta ampun seakan saya Tuhan dia.

Elisa mendengus.

ELISA

(bicara pelan)

Laki-laki superior, dominan kayak dia, minta ampun? Aku jadi pengen liat wajahnya.

ALFRED

(bicara pelan)

Wajahnya kayak anak kecil yang merengek. Jadi sempat kasian saya lihatnya.

ELISA

(bicara pelan)

Tapi kalian udah kerjain tugas kalian. Sesuai deal. Saya bayar nanti, cash.

ALFRED

(bicara pelan)

Dimana uangnya?

ELISA

(bicara pelan)

Sabar sayang. Uangnya ada di suatu tempat. Saya kasih kalau bocah-bocah itu udah pergi.

Alfred terdiam.

ELISA

(bicara pelan)

Ada apa?

ALFRED

(bicara pelan)

Kita udah habisin teman mereka. Dan satu lagi masih ada di luar sana.

ELISA

(bicara pelan)

Habisin? Gila! Lu habisin bocah?

ALFRED

(bicara pelan)

Dia udah liat mayat Thomas. Dia bisa jadi ancaman buat kita.

Elisa menghisap rokoknya dalam-dalam.

ELISA

(bicara pelan)

Terus temennya yang satu lagi, gimana?

ALFRED

(bicara pelan)

Kita masih belum tau. Tapi kamu tenang aja, kita yang urus nanti.

ELISA

(bicara pelan)

Aku gak akan kasih uang sebelum semua kerjaan kamu beres. No witness!

Alfred terdiam kesal.

Nico mendekati teman-temannya yang duduk di sofa, merentangkan tangganya yang sedang memegang sebotol bir.

NICO

HEY! TEMAN-TEMAN!

BIMA

(kesal)

Parah lu Jing.

Nico duduk dekat Bima. Merangkulnya.

NICO

Kenapa bro, iri? Gel, iri dia.

Angel memutar mata. Bima melepaskan rangkulan Nico.

BIMA

Kita cuma numpang di sini! Lu udah kayak tuan rumah nya aja.

NICO

Hey, hey... si Tantenya yang pengen... bukan gue, gue udah nahan daritadi.

BIMA

Sama aja, lu juga pengen!

NICO

(mendengus)

Lu juga kan'? Siapa cowok yang gak mau tidur ama tante cantik kayak dia? Hah? masa muda itu nikmatin aja brow.

BIMA

Gak bagus Nic, kebiasaan lo itu.

JENNY

Iya tar kalo udah nikah jadi sering main lu di luar. Kebiasaan dari muda udah jadi fakboi!

NICO

Ya jangan ketauan sama isteri lah! SMART. (menunjuk kepalanya)

JENNY

Ih jijik banget gue. Gimana Gel, kalo lo punya suami kayak dia?

ANGEL

Idih bayangin nya aja ogah!

NICO

Lho, ko' kalian malah pada pengen jadi isteri gue? 

JENNY

Siapa yang pengen! Najis!

Nico hanya tertawa.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar