SATU RUANGAN
1. ACT 1 PAGE 1-10

FADE IN :

EXT. HUTAN - SORE - HUJAN

Kita melihat dua orang pria menggunakan jas hujan, yang satu bertubuh besar dan bergigi tonggos, dipanggil TONGGOS (L/40) dan yang satu bertubuh kecil, botak dan memilik tato di wajah, di panggil TOMPEL (L/30) sedang menggali sesuatu. Kita tidak melihat apa yang sedang mereka gali.

TOMPEL

Hujan anjing. Bikin kerjaan jadi susah.

TONGGOS

Tutup mulut lu, Men. Gali aja terus.

Tompel dan Tonggos terus menggali.

TOMPEL

Cukup segini?

Akhirnya kita melihat apa yang sedang mereka gali, sebuah lubang makam. Dan di dekat mereka ada sesosok jasad seorang pria, THOMAS (L/50). Banyak luka sayatan di tubuhnya.

TONGGOS

Cukup lah. Buat nutupin bau.

TOMPEL

Sama hujan juga ilang tu bau.

TONGGOS

Perintah dari bos. Gali yang dalem, biar baunya ilang.

TOMPEL

Di hutan kayak gini, siapa yang bisa cium bau mayat?

TONGGOS

Suka ada pemburu lokal bawa anjingnya. Kacau rencana kita kalau ketauan.

TOMPEL

Menurut lu berapa lama sampe mayatnya busuk?

TONGGOS

Cukup lah sampe kita keluar dari hutan sialan ini.

TOMPEL

Gak suka lu sama hutan?

TONGGOS

Gue gak suka ada di hutan kalo gelap.

TOMPEL

Tonggos, penjahat kejam takut ama gelap! (tertawa)

Tonggos MENENDANG mayat Thomas ke lubang makam yang baru di gali.

Lalu seorang lelaki, RIAN (L/22) tiba-tiba muncul dari rimbunan pohon. 

RIAN

BANG! MAAF BANG!

Tompel dan Tonggos segera berdiri berjajar menutupi lubang makam dengan jasad Thomas di dalamnya. Rian mendekat kelelahan.

RIAN

(mengatur nafas)

Haduh, untung ketemu orang. Maaf bang, kita kesasar. Mau tanya arah.

Tompel dan Tonggos hanya diam. Rian melirik ke lubang galian.

RIAN

Lagi gali apa Bang?

TOMPEL

Bukan urusan lo.

Mereka saling diam. Rian melirik lagi, ia melihat bagian badan Thomas. Rian tahu apa yang ada di sana. Tapi ia berusaha untuk tenang. Walau sebenarnya ia ketakutan karena di depannya kemungkinan adalah sepasang pembunuh.

RIAN

(gemetaran)

Oke Bang... oke...

Rian perlahan mundur.

RIAN

(menelan ludah)

Oke...

Rian langsung BERBALIK dan LARI.

TONGGOS

ANJING DIA TAU!

Tonggos dan Tompel segera MENGEJARNYA.

EXT. HUTAN - CONTINUOUS - HUJAN

Rian BERLARI untuk nyawanya. Sampai ia melihat sesosok pria tua berkharisma, ALFRED (L/60) sedang kencing di sebuah pohon. Ia mempunyai senapan berburu yang ia bawa di punggung.

RIAN

(gemetaran)

PAK! PAK! TOLONG PAK! SAYA LIHAT ADA MAYAT PAK! SAYA LIHAT ADA PEMBUNUHNYA PAK! MEREKA NGEJAR SAYA! MEREKA NGEJAR SAYA!

ALfred mensleting celananya.

ALFRED

Shh... shh... tenang nak, tenang... ada apa?

RIAN

Di sana pak! ada orang ngejar saya! bapak punya senapan berburu, tolong tembak mereka pak! tembak! Mereka pembunuh!

ALFRED

Hey! Kita gak bunuh orang sembarangan. Dosa itu!

RIAN

Duh... tolong pak...

Kita melihat sosok Tompel dan Tonggos. Menjaga jarak dengan Rian.

RIAN

Nah, itu mereka pak! Itu mereka! Tembak pak! Tembak! mereka mau bunuh saya!

Alfred merangkul Rian.

ALFRED

Sekarang... liat baik-baik. Apa mereka terlihat seperti pembunuh buat ananda?

Tompel dan Tonggos tampak berdiri tenang.

ALFRED

Ayo, lihat.

RIAN

Tapi mereka, saya lihat ada mayat pak! Mereka gali tanah buat kuburin mayat!

ALFRED

Bukan berarti mereka pembunuhnya kan'? Siapa tau orang lain? Jangan berburuk sangka seperti itu nak, gak baik itu. Yah!

Perasaan Rian tak enak. Ia melirik ke pinggang Alfred, dan melihat sebuah Golok dengan noda darah yang baru digunakan untuk membunuh Thomas. Rian mulai menangis. Dan reflek mengangkat tangan keatas.

RIAN

(menangis)

Aduh... Jangan pak... jangan... tolong... saya gak akan bicara apa-apa... saya sumpah... saya sumpah...

ALFRED

(sambil menepuk bahu Rian)

Shh.. shhh.. siapa nama kamu nak?

RIAN

(menangis)

...

ALFRED

Nama kamu, siapa?

RIAN

(menangis)

Rian...

ALFRED

Rian... oke akan bapak ingat selalu. Bapak do'ain kamu nanti ya.

RIAN

(menangis)

Saya mau diapain pak? Saya mau diapain?

ALFRED

Ehm... bapak bisa saja belah perut kamu ini (menunjuk perut Rian), nanti usus kamu keluar, dan kamu bakal tetap hidup beberapa detik buat liat usus kamu. Penasaran kan'? rupa usus kamu kayak gimana? (tertawa)

RIAN

(gemetar, menangis)

Enggak pak, enggak...

ALFRED

Ya, tapi kita tidak punya dendam. Jadi bapak tidak akan sesadis itu. Jadi... kita akhiri saja semua dengan cepat. Oke?

RIAN

Jangan bunuh saya pak... tolong pak, jangan bunuh saya...

ALFRED

Berlutut...

RIAN

(menangis)

Enggak pak... enggak...

ALFRED

(membisikan ke telinga Rian)

Berlutut...

RIAN

(menangis)

Mama... mama... MAMA!

Rian berlutut. Setelah berlutut, Alfred mengelus kepala Rian.

ALFRED

Hari sial buat kamu nak. Hari sial buat kamu.

ALfred langsung menggorok leher Rian. Darah pun bermuncratan kemana-mana. Tubuh Rian terjatuh ke tanah. Alfred lalu mengadahkan goloknya ke air hujan, membersihkan darah Rian. Tompel dan Tonggos mendekat.

Dan kita melihat kaki seorang gadis di semak-semak. Mundur pelan, lalu berlari. Ternyata ada saksi yang melihat peristiwa itu.

TONGGOS

Sorry bos...

ALfred mengangguk.

ALFRED

Sekarang, kalian harus gali dua lubang. Setelah itu kita balik. Hujan makin gede. Bakal badai ini.

TONGGOS

Oke bos.

EXT. HUTAN - SORE - HUJAN

Kita melihat sekelompok mahasiswa, ANGEL (P/22), BIMA (L/22), JENNY (P/22) dan NICO (L/22) berjalan cepat sambil menutupi kepala mereka dari hujan.

ANGEL

Kita neduh di mana nih Bim?

Bima melihat sekeliling.

BIMA

Lanjut aja. Kita cari bangunan atau pohon gede mungkin.

NICO

Tau bakal hujan gini gue gak ikut tadi, anjing.

BIMA

Berisik Nic. Ngeluh mulu lo dari tadi.

JENNY

Iya nih, Nico. Sabar napa, gara-gara lo juga tadi gak sabaran jalan, kita jadi ninggalin si Rian ama si Nita di belakang.

NICO

Lah, malah suka mereka ditinggalin berdua! Jadi bisa bebas wik-wik kan'?!

ANGEL

Ih sompral kata-kata lu nik! Di kutuk lu ntar.

NICO

(teriak)

WIK-WIK!!

JENNY

Anjing.

BIMA

Udah lah, yuk lanjut!

EXT. DEPAN VILLA - CONTINUOUS - HUJAN

Angel dan teman-temannya sampai di depan sebuah Villa yang cukup besar.

ANGEL

Ada Villa ya di sini? Baru tau gue.

BIMA

Coba ke dalam yuk. Makin gede nih hujan.

JENNY

Ih bentar, ini villa siapa? Emang boleh?

NICO

Lah, lagi darurat ini. Masuk aja lah!

Nico berjalan duluan, yang lain saling melihat lalu mengikuti Nico.

Sampai depan pintu, Nico MENGGEDOR pintu keras-keras.

NICO

HALO?! HALO?!

Nico MENGGEDOR lagi.

NICO

HALO?!

Pintu di buka. Tampak seorang wanita cantik, ELISA (P/35) melihat Nico dengan tatapan terganggu. Melihat Elisa yang menawan, Nico langsung tersenyum.

ELISA

Ada apa ya?

NICO

Ehm--

ANGEL

Maaf tante, apa boleh kita ikut neduh di sini? Hujannya gede banget!

ELISA

Neduh?

ANGEL

Iya. Sampai hujannya reda. Tolong tante... kita udah basah kuyup nih. Bisa sakit ntar.

Elisa mengamati Angel dan teman-temannya.

ELISA

Kalian mahasiswa?

ANGEL

Iya tante.

BIMA

Kita kelompok pecinta alam. Mumpung kuliah lagi libur, kita mutusin buat--seneng-seneng aja ke hutan.

ELISA

(mendengus)

Seneng-seneng? anak muda kayak kalian harusnya seneng-seneng ke mall, bukan ke hutan.

JENNY

Kita lebih suka hutan ketimbang mall!

ELISA

Masa? Ada apa emangnya di hutan?

JENNY

Ada... hutan? pohon-pohon?

ELISA

(tertawa kecil)

Anak kota yang mau refreshing...

NICO

Jadi gimana tan? Kita boleh masuk? Udah menggigil nih.

Elisa tampak berpikir. Menggigit bibirnya. Nico MEMANDANG bibir Elisa.

ELISA

Yaudah. Sampai hujan reda ya.

Angel dan yang lain senang.

INT. VILLA - SORE - HUJAN

Kita melihat villa yang ruang tengahnya sangat luas. Ruang tv, ruang makan dan dapurnya disatukan. Dan villa itu mempunyai lantai dua khusus untuk kamar-kamar. Angel dan teman-temannya masuk lalu terpesona oleh villa yang lumayan mewah itu.

ANGEL

Luas banget tempatnya!

ELISA

Ini villa suami saya. Kalian bisa duduk di sana.(menunjuk ke sofa depan tv)

Elisa berjalan. Kita melihat pinggul dan pantatnya yang sexy. Nico melongo melihatnya. Sampai Bima menyenggolnya.

BIMA

(berbisik)

Jaga mata lu cabul!

NICO

Ah, berisik lu Bim!

JENNY

Eh! asyik ada perapian!

Jenny segera mendekati perapian dekat sofa. Menghangatkan tubuhnya yang basah. Elisa mengambil beberapa handuk dari dalam lemari.

ELISA

Ini ada handuk buat tamu. Pake aja.

ANGEL

Duh ngerepotin tante.

ELISA

Gak apa-apa. Kalo kalian sakit lebih repot nanti, jadi harus dirawat kan'?

ANGEL

Hehe.

Elisa membagikannya satu-satu. Saat memberikan ke Nico, dengan sengaja Nico menyentuh tangan Elisa. Elisa menatapnya nakal. Nico senang. Mereka mengelap tubuh sambil mengobrol.

BIMA

Di mana suami Tante? gak enak kalo belum izin.

ELISA

Suami saya... lagi berburu dari pagi sama teman-temannya. Tenang aja, dia gak akan keberatan kalo saya undang tamu ke villanya. Lagian... villa ini harusnya punya saya.

BIMA

Punya Tante?

ELISA

Ya, ini villa yang ayah saya bangun. Buat saya.

BIMA

Terus... kenapa jadi punya suami tante?  

ELISA

Bayar hutang.

BIMA

Oh, oke...

Bima tak ingin melanjutkannya. Mereka semua duduk di sofa depan tv.

JENNY

Ini tv emang ada sinyal nya Tan?

ELISA

Enggak. Ini khusus buat puter video aja. Tapi bisa disambungin ko' ke laptop. Saya sama suami sering nonton video dari laptop ke tv.

JENNY

Kita gak ada yang bawa laptop. Smartphone juga asalnya gak akan di bawa, soalnya percuma, gak ada sinyal!

NICO

Masih ada tau gunanya, buat maen game... atau... videoin sesuatu... (melirik Elisa, Elisa hanya tersenyum sambil minum wine.)

ELISA

Kalian suka wine?

NICO

Saya suka.

Elisa memberikan gelas lalu menuangkan wine ke gelas Nico. Mereka saling bertukar pandang dengan nakal. Bima dan Angel saling pandang, takut Nico membuat masalah baru.

ELISA

Oh ya aku belum tau nama-nama kalian.

NICO

Saya Nico!

Nico mencium tangan Elisa. Elisa menggigit bibirnya.

ANGEL

Saya Angel.

BIMA

Bima.

JENNY

Aku Jenny!

ELISA

Saya Elisa. Dan itu (menunjuk foto Thomas di dinding), suami saya, Thomas.

NICO

Salam kenal, tante Elisa...

Elisa hanya tersenyum.

BIMA

Ehm, Tante boleh numpang ke WC?

ELISA

Oh iya, ada di belakang dekat dapur.

BIMA

Nic, ikut gue.

NICO

Hah? Idih! Ngapain gue ikut lo ke WC!

BIMA

Bentar, sini ikut.

Bima menarik Nico. Mereka berjalan ke WC dekat dapur.

ANGEL

Ehm... Tante ke sini... lagi liburan ya?

ELISA

Ya. Suami saya seneng berburu babi hutan sama kancil di sini. Tapi saya gak suka liat binatang dibunuh. Jadi setiap suami saya berburu, saya diem aja di Villa.

JENNY

Gak bosen Tan, sendirian di villa.

ELISA

Kalo sekarang enggak. Kan' ada kalian.

Mereka tersenyum.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar