INT. GOA KERAMAT - SORE
Merah membolak-balik kitab Pranatama sambil ngedumel.
MERAH
Tuh... kosong semua ini mah. Kau ngerjain kami ya?
ANOM
(bingung)
A-aku baru beli kitab itu di pasar tadi pagi, jadi aku juga belum buka. Ternyata kosong ya? Kayaknya aku kena tipu. Haha.
MERAH
Ya ampuun, Sayang. Lain kali hati-hati. Di pasar emang suka ada pedagang nakal.
ANOM
Berhenti memanggilku dengan sebutan itu atau...
(mengepalkan tangan)
MERAH
Bercanda doang... Gitu aja marah ih!
Merah mengembalikan kitab Anom.
ANOM (V.O.)
Jadi begitu... isi kitab ini tidak bisa dibaca oleh sembarang orang. Kalau hanya aku yang bisa membacanya, ini menjelaskan kenapa Taya menolak untuk terlibat dalam interaksi yang mempengaruhi alur utama. Bukan karena tidak bisa, tapi tidak tahu.
(tertawa kecil)
Sistem memang bisa mengatur segalanya. Tapi aku percaya tidak ada sistem yang sempurna. Kitab ini... bisa jadi adalah celah terbesar dari sistem dunia ini.
Anom menghilangkan Kitab Pranatama.
ANOM (V.O.)
Tapi ini masih asumsi awal. Aku perlu mempelajari lebih jauh tentang kemampuan kitab ini. Dimulai dari...
INSERT Halaman buku:
Lakon - Bawang Putih / Laras
Usia - 19 tahun
Kemampuan - Sihir Nira; penyembuhan dasar.
Kisah - Saat masih kecil, Laras bersahabat dengan ____. Saking dekatnya, mereka selalu terlihat bersama sehingga masyarakat memanggil mereka dengan sebutan Bawang Putih untuk Laras dan Bawang Merah untuk ____.
Bawang Putih dikenal sebagai anak yang jujur dan baik. Sejak ayahnya meninggal, .....
BACK TO SCENE
ANOM (V.O.)
(memandang ke arah Putih dan Merah)
Menelusuri masa lalu mereka.
MERAH
Eh, si nenek dateng tuh.
Taya dan Jayanti selesai berbicara. Jayanti menghampiri Anom dkk sementara Taya berjalan keluar goa. Mata Anom mengikuti Taya yang sama sekali tidak menengok ke arahnya.
ANOM (V.O.)
Sepertinya ada sesuatu terjadi...
JAYANTI
Aku harus meminta maaf atas semua peristiwa buruk yang kalian alami selama di hutan ini. Sungguh, semua itu diluar kendaliku.
MERAH
Minta maaf? Hah, gampang banget ngomongnya. Kami hampir mati tadi!!
PUTIH
...Nggak apa-apa Nek. Toh itu bukan kesalahan nenek.
MERAH
(muka males)
Hadeeh...
JAYANTI
Sesuai kesepakatan. Karena kalian sudah membantuku, aku berikan kainnya pada kalian.
Jayanti mengeluarkan kain dari sebuah "wadah anyaman bambu" dan memberikannya pada Putih.
PUTIH
AH! Itu kain milik ibu! Terima kasih banyak Nek.
MERAH
Kita hampir mati cuma gara-gara kain....
JAYANTI
Dan sebagai hadiah...
MERAH
Nah, gitu dong!
JAYANTI
Silakan bawa pulang salah satu dari labu ini.
MERAH
Hahh!? Labu doang? Kasih sesuatu yang lebih berharga kek!?
PUTIH
Tidak usah Nek. Kami langsung pulang saja.
JAYANTI
Hanya itu yang bisa kuberikan. Kumohon terimalah.
PUTIH
.... Kalau begitu, saya ambil yang ini saja.
Putih mengambil labu kecil. Kepala Anom kembali berdengung.
ANOM (V.O.)
Sepertinya babak ini sudah selesai.
MERAH
Sudah kan? Yuk pulang.
PUTIH
Kami pamit Nek. Terima kasih banyak atas keramahannya selama kami di sini.
JAYANTI
Ah, tidak anak manis. Aku yang lebih berterima kasih pada kalian. Dan maaf jika kalian tidak nyaman selama di sini.
Putih dan Merah pergi menuju pintu keluar. Anom menatap Jayanti.
ANOM (V.O.)
Aku penasaran, si nenek bisa membaca kitab itu atau tidak ya?
Jayanti membungkukkan badan tanda hormat.
ANOM (V.O.)
Mungkin akan kukonfirmasi nanti sebelum masuk babak akhir.
Anom berlalu tanpa membalas.
CUT TO:
EXT. PINTU MASUK GOA - SORE
Taya berdiri memejamkan mata, memfokuskan seluruh inderanya. Taya mencoba merasakan sekeliling melalui akar dan pepohonan di hutan. Pandangannya berkeliaran jauh ke seluruh penjuru hutan hingga ia merasakan sebuah sosok sedang berdiri di atas salah satu pohon di dalam hutan.
Taya membuka matanya.
TAYA
Ketemu!
Putih, Merah dan Anom keluar dari goa dan menyapa Taya.
PUTIH
Kak Taya sedang apa?
TAYA
Oh, aku sedang menikmati udara di sekitar sini. Apa kamu sudah mendapatkan yang kamu cari?
PUTIH
Sudah. Ini kami mau pulang.
TAYA
Baguslah kalau begitu. Hati-hati di jalan.
PUTIH
Lho, Kak Taya nggak ikut?
TAYA
Biar Anom yang menemani kalian. Aku menyusul.
ANOM
Hey! Jangan seenaknya...
Taya mendekat ke arah Anom sambil berbisik.
TAYA
Kita harus berpisah untuk sementara. Penyusup ini lebih mengkhawatirkan dari yang kukira.
ANOM
Trus, aku harus berinteraksi dengan mereka sendiri?
TAYA
Maaf ya. Bersabarlah sampai kita bertemu lagi.
ANOM
Ya ya ya. Selesaikan saja urusanmu. Kita bertemu di babak berikutnya.
TAYA
(tersenyum)
Terima kasih.
Anom berjalan ke arah Putih dan Merah.
ANOM
Ayo kita pulang sebelum gelap.
PUTIH
Mbak Taya beneran nggak ikut?
ANOM
Nggak usah peduliin dia.
Putih khawatir karena mengira Anom dan Taya bertengkar, sementara Merah justru terlihat senang.
MERAH
(mencoba menggandeng tangan Anom)
Yuk Anom. Sama aku aja.
Anom melenggang begitu saja tanpa mempedulikan Merah.
ANOM (V.O.)
Kalau Taya sampai segitunya, sepertinya penyusup ini berhasil membobol sistem dengan sangat rapih. Andai aku bisa bertemu dan mendapatkan informasi dari si penyusup, mungkin aku bisa menemukan sesuatu untuk membawaku keluar dari sini lebih cepat.
Merah menggerutu karena merasa diabaikan. Melihat itu Putih baru menyadari sesuatu.
PUTIH
Merah. Kamu suka ya sama...
MERAH
(panik)
Aaahhh... Matahari cepat sekali terbenamnya. Ayo kita buruan pulang sebelum gelap!
Merah mempercepat langkahnya. Putih tertawa kecil.
CUT TO:
EXT. KAMPUNG - SENJA
Anom, Merah dan Putih tiba di area dekat rumah.
MERAH
Akhirnya pulang juga. Putih, siapkan air hangat dong. Aku mau mandi.
PUTIH
Baik.
ANOM (V.O.)
Menurut kitab, dulunya mereka adalah sahabat. Tapi tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang penyebab berubahnya hubungan mereka sampai sedrastis ini.
Yang kutahu pasti, interaksiku dengan mereka dapat mengubah isi kitab. Tapi sepertinya kitab bereaksi terhadap kata-kata yang diucapkan oleh Lakon. Dengan kata lain, jika aku bisa membuat mereka mengucapkan kata kunci tertentu, maka aku dapat memperoleh informasi yang berkaitan.
Sebenernya aku males banget berinteraksi. Tapi demi kenyamanan hidupku, ini layak dicoba.
Anom menarik kemudian menghela nafas panjang.
ANOM
Putih, nama aslimu bukan Bawang Putih kan?
Tiba-tiba suasana hening, canggung. Putih hanya bisa memandang wajah Anom, bingung mau merespon bagaimana. Tatapannya ia lempar ke Merah. Mata Merah agak melotot, seolah mengawasi jawaban Putih.
ANOM (V.O.)
Kenapa jadi pada liat-liatan? Apa aku salah tanya? Inilah kenapa aku benci interaksi sosial...
PUTIH
K-kenapa Bang Anom bertanya begitu?
ANOM
K-karena menurutku aneh, kalian saudara tiri tapi namanya bisa sama-sama bawang. Terlepas ada orang tua menamai anaknya bawang aja juga udah aneh.
PUTIH
(tertawa geli)
Benar juga ya. Sepertinya aku sudah terlalu terbiasa dengan nama julukan ini sampai-sampai aku nggak ngerasa aneh.
Nama asliku Laras.
Anom melihat ke arah Merah, menanti respon yang sama. Merasa ditunggu, Merah pun memberi respon.
MERAH
(jutek)
Aku Wulan.
Kepala Anom berdengung.
ANOM (V.O.)
Dapet! Tapi sepertinya si merah nggak suka dengan topik ini. Ah, bukan urusanku.
ANOM
Oh, jadi kalian dulu sahabatan ya?
Suasana hening kembali. Kali ini terasa lebih berat dari sebelumnya. Putih semakin ragu untuk menjawab. Tatapannya tidak bisa lepas dari Merah. Sementara merah semakin menunjukkan wajah yang tidak suka.
ANOM (V.O.)
Aaarghh! Aku menyesal karena menuruti rasa penasaranku. Kalau di dunia ini ada sihir menghilangkan diri sendiri, aku mau belajar!
Belum sempat Putih menjawab, tiba-tiba terdengar suara warga dari kejauhan.
WARGA 1
EHH!! ITU PUTIH!!
WARGA 2
HEEEHH!!? IYA BETUL PUTIH!! PUTIH BERHASIL PULANG!!!
ANOM (V.O.)
Selamaat...
Warga berkerumun mendatangi Putih. Beberapa dari mereka tak segan untuk memeluk Putih.
WARGA 3
Syukurlah kau selamat Nak.
WARGA 4
Kau beneran Putih kan? Bukan hantu kan?
WARGA 5
Kau nggak apa-apa kan? Nggak luka kan? Orang asing itu nggak ada ngapa-ngapain kau kan?
ANOM (V.O.)
Tiba-tiba jadi banyak orang, bikin mual.... lebih baik aku menyingkir.
Anom berjalan menjauhi kerumunan. Putih kesulitan menanggapi reaksi dari warga.
PUTIH
Iya, saya Putih, dan saya selamat berkat doa dari Abang, Kakak, Bapak dan Ibu sekalian.
Merah yang memang sedang bete karena topik sebelumnya, merasa diabaikan oleh warga, melihat Putih dengan tatapan benci. Anom memperhatikan perubahan raut wajah Merah.
MERAH
Ini pada ngapain sih kumpul-kumpul? Pada nggak punya kerjaan apa?
WARGA 1
Anu... Merah....
Anom mencium aroma terbakar. Anom melihat ke langit, terlihat asap hitam yang cukup pekat dari arah rumah Putih.
ANOM
Hey. Kenapa dari arah rumah ada asap?
MERAH
(melihat ke arah asap)
.... Jangan-jangan....
Merah merasa tidak enak. Merah bergegas ke arah rumahnya diikuti Putih dan Anom.
MERAH
IBU!!!
Pemandangan rumah Putih diselimuti api. Kepala Anom berdengung tanpa henti.
ANOM (V.O.)
Ugh!! Kenapa dengungannya nggak berhenti?
Anom mengeluarkan Kitab Pranatama, kemudian membukanya.
ANOM (V.O.)
Lho.... ceritanya.... berubah?!
INSERT Halaman kitab:
Konflik:
Ibu yang marah menyuruh Bawang Putih mencari kain tersebut dan tidak diizinkan kembali sebelum Putih menemukannya.
Putih yang ditemani Merah mencari sepanjang sungai hingga ia bertemu dengan seorang nenek tua di dalam hutan.
Sang nenek mengaku memiliki kain yang dicari Putih. Namun untuk mendapatkannya, nenek meminta Putih dan Merah untuk membantu pekerjaannya.
Usai memenuhi syarat yang diberikan Nenek, Putih mendapatkan kainnya beserta sebuah labu kecil.
Saat kembali ke rumah, Putih dan Merah terkejut melihat rumahnya yang terbakar.
__________
seisi rumah terkejut melihat isi dari labu kecil tersebut adalah perhiasan emas.
Penyelesaian:
Merasa ingin mendapatkan lebih, Ibu dan Merah pergi menemui nenek dan melakukan apa yang dilakukan Putih.
Ibu dan Merah berhasil membawa pulang labu dengan ukuran yang lebih besar.
Saat dibuka, ternyata labu tersebut berisi kumpulan hewan berbisa.
Ibu dan Merah diserbu oleh hewan berbisa hingga mati mengenaskan.
BACK TO SCENE