Romantika
2. 2

Cut to:

1. INT – KAFE – MALAM

Romantika sedang duduk bersama tiga orang wartawan lain di sebuah meja. Masuk sebuah chat dari Badam yang meminta Romantika besok pagi pergi ke restoran Maknyusss karena mereka memakai daging tikus untuk membuat makanan. Romantika berbalas chat dengan Badam.

Di layar menampilkan aplikasi WhatsApp saling berbalas chat antara Badam dan Romantika.

BADAM

Sudah pernah dengar belum.

ROMANTIKA

Gimana aku mau dengar kalau abang belum pernah ngomong.

BADAM

Ah, iya. Pintar kau. Besok pagi kau pergi ke restoran Maknyusss.

ROMANTIKA

Ada apa bang?

BADAM

Tulis berita, mereka pakek daging tikus untuk bahan makanan. Cam mana menurut kau kayak gitu. Ngeri kali, kan.

ROMANTIKA

Siap, bang.

Ia begitu bersemangat membayangkan akan segera melakukan liputan besar. Dari kafe, ia segera berkemas memasukkan laptop ke tas ransel dan bergegas pulang ke rumah. Romantika tak ingin paginya berantakan.

WARTAWAN 1

Pulang? Cepet banget.

ROMANTIKA

Besok pagi mau liputan.

WARTAWAN 1

Lah, kau kira kami nggak bakal liputan.

ROMANTIKA

Beda. Ini liputan besar. Perlu persiapan matang.

WARTAWAN 2

Kurang besar apa liputanmu selama ini. Orang dibunuh, istri dibakar, anak-anak disiksa.

ROMANTIKA

Udah ya, sampai ketemu besok. Daag semua.

WARTAWAN 2

Jadi wartawan ya gini-gini aja, rasanya. Benar nggak?

WARTAWAN 1

Auk, ah. Aku mau ikutan pamit juga.

WARTAWAN 2

Mau ngapain? Liputan besar juga?

WARTAWAN 1

Kelonan sama suami. Bye.

WARTAWAN 2

Taek.

 

Cut to:

 

4. EXT - JALANAN KOTA - MALAM

Di atas sepeda motornya, dengan latar kota yang penuh lampu merah, kuning, kendaraan lalu lalang, kantor-kantor yang masih menyala di gedung-gedung tinggi, Romantika membayangkan liputan besok pagi yang akan ia kerjakan. Ia akan menjadi wartawan yang menulis berita dengan dahsyat dan punya efek yang besar.

Di perempatan lampu merah, Romantika  melihat pengamen sedang menyanyikan sebuah lagu pop “Jangan Biarkan”. Tak jauh dari si pengamen, orang-orang memakai kostum kelinci dan panda bergoyang-goyang sambil tangannya memegang ember kecil tempat menaruh uang. Di sudut lain lampu merah, seorang laki-laki dengan badan berisi, sibuk mengulurkan tangannya “Belum makan, kasihani saya. Belum makan.”

 

Cut to:

 

5. INT – DAPUR RESTORAN – MALAM

Kamera menyorot dari depan sebuah restoran chinese food bernama Maknyusss. Poster-poster vintage menghiasi dinding restoran. Di dapur para koki restoran sedang beraksi memasak menggunakan kuali wok. Kamera menyorot sayur yang beterbangan diatas kuali wok bergoyang-goyang oleh gerakan tangan koki. Suasana dapur sangat sibuk dan setiap orang bekerja dengan cepat mengerjakan pesanan dari pengunjung. Kamera menyorot satu orang yang sedang memotong-motong sayuran dalam teknik yang cepat dan rapi. Di ujung lain, seseorang sedang merebus ayam utuh ke dalam sebuah alat kukus, yang lain sedang mengerjakan penyajian akhir sebuah hidangan. Suara orang sahut-sahutan, saat menerima pesanan atau memanggil waiter dengan bunyi lonceng kecil saat makanan sudah siap.   

Kamera menyorot waiter mengambil makanan dan menaruhnya di nampan dan menentengnya dengan satu tangan menuju meja pemesan. Selain itu, kamera juga menyorot waiter sedang mencatat pesanan pelanggan sebelum menginputnya mengorder kepada tim dapur.

WAITER

Capcai oke. Gurami asam manis oke.

BANDEMPO

Semangat. Yang fokus bekerjanya. Jangan ada yang salah order. Ayo, ayo, ayo fokus.

Suara desis minyak yang jatuh di kuali wok menimbulkan bunyi berdesing-desing di telinga. Asap membubung di atas dapur, yang akan segera disedot oleh alat penyedot dari alumunium yang bertengger diatas dapur.

Cut to:

6. INT - RESTORAN MAKNYUS - MALAM

Musik mengalun pelan mengiringi para pengunjung restoran yang sedang menikmati makanan. Nada-nada lembut piano sebuah lagu pop membuat suasana amat nyaman dan menyenangkan. Di satu sudut, seorang laki-laki parlente dengan rambut tersisir rapi berkilat menggoda perempuan di hadapannya dengan kalimat rayuan.

LAKI-LAKI PARLENTE

Kau cantik sekali malam ini.

SI PEREMPUAN

Yang bener.

LAKI-LAKI PARLENTE

Senyummu itu lho, sungguh aduhai sekali.

SI PEREMPUAN

Gombal, ah.

LAKI-LAKI PARLENTE

Nah, bener kan. Kalau cemberut makin cantik dan manis.

SI PEREMPUAN

Rayu terooooooos Syaiful.

Bibir si laki-laki parlente langsung turun mendengar si perempuan bicara begitu. Rayuannya tak terlalu bekerja.

Di meja lain, seorang perempuan 3 duduk bersama seorang laki-laki. Si perempuan melihat tikus sebesar kucing melintas tak jauh dari kakinya.

PEREMPUAN 3

Astaga naga. Kamu lihat nggak sayang yang barusan lewat?

SUAMI

Lihat sayang. Kucing item burik, kan.

PEREMPUAN 3

Kamu ini sudah pake kacamata tapi masih juga rabun. Ganti tuh kacamata.

Seekor tikus sebesar kucing berwarna abu-abu burik melintas di kaki si perempuan.

PEREMPUAN 3

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, tikus tolong. Ada tikus sayaaaaaang.

Ia menjerit kaget membuat semua makanan yang ada di atasnya berhamburan. Si perempuan sudah tak tertarik lagi untuk menghabiskan makanannya. Seorang pegawai restoran tergopoh-gopoh menghampiri si perempuan agar si perempuan tenang kembali.

WAITER

Ada apa bu?

PEREMPUAN 3

Ada tikus segede kucing abu-abu burik.

Si pegawai berusaha mengejar tikus itu. Ia jadi tontonan orang ramai di restoran itu. Adegan waiter mengejar tikus abu-abu burik itu lumayan panjang, karena berbelok-belok membuat si waiter gagal menangkapnya. Para anak-anak yang menonton aksi mengejar tikus itu tertawa kencang. Sedangkan orang tua mereka, merah padam menyaksikan apa yang mereka lihat.  

Deny, pemilik restoran itu, ikutan merah padam mukanya karena menahan malu.  

DENY

Kami minta maaf untuk ketidaknyamanan ini

PEREMPUAN 3

Gimana sih. Restoran kok bisa ada kucing segede tikus, eh, tikus segede kucing begitu.

DENY

Sekali lagi, kami minta maaf yang tulus untuk ketidaknyamanan ini, bu.

PEREMPUAN 3

Ayo, sayang kita pulang.

Si suami masih asyik memakan ikan gurami.

SUAMI

Ma, bentar lagi boleh ya. Dikit lagi habis, nih. Enak banget ni gurami asam manisnya.

PEREMPUAN 3

Papa, mau ikut pulang atau mama tinggal disini. Jangan kayak orang miskin deh, papa. Malu mama jadinya. Bersihin tuh, mulut belepotan kayak bocah.

Si suami mengelap sisa nasi yang melekat di dagunya dengan tisu.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar