INT. MCDONALDS - KASIR - SORE
Angga melangkahkan kakinya ke kasir, dia disambut oleh MBA-MBA KASIR dengan senyuman manis.
MBA-MBA KASIR
Sore, mau pesan apa, Mas?
ANGGA
(ragu-ragu)
Hmm.. ini, Mba.. saya mau tanya, kira-kira McD lagi ada lowongan kerja nggak ya?
MBA-MBA KASIR
Bawa lamarannya, mas?
Seketika terpancar harapan di wajah Angga.
ANGGA
Oh, bawa. Sebentar..
Angga bergegas mengambil lamarannya di tas.
ANGGA (CONT’D)
(menyerahkan lamarannya)
Ini, Mba.
MBA-MBA KASIR
(mengambil lamaran Angga)
Baik, nanti akan saya teruskan ke manager ya, Mas.
ANGGA
Oke, siap. Makasih banyak ya, Mbak.
MBA-MBA KASIR
Baik. Mau sekalian pesan, mas?
ANGGA
Eeeh, saya makan di rumah aja, Mba.
(beranjak pergi)
Sang kasir menatap keki seiring Angga pergi.
CUT TO:
INT. RUMAH ANGGA - DAPUR - MALAM
Music on turntable: Betharia Sonatha - Kau Tercipta Untukku
QUICK CLOSE SHOTS proses Bu Ani memasak Gulai Ayam:
- Olahan bumbu kuning dituangkan ke panci dari dry mill, ditumis dengan dua potong jahe yang sudah ditumbuk terlebih dahulu.
[N.B., Olahan bumbu kuning berasal dari bawang putih, bawang merah, kemiri dan cabai yang dihaluskan dengan diblender.]
- Kita melihat bumbu yang sudah berwarna agak kecokelatan. Bu Ani memasukkan daun salam, serai dan daun jeruk. Ditumisnya lagi beberapa saat.
- Delapan potongan ayam dituangkan dari baskom stainless itu, diaduk rata dengan bumbu yang sudah mengeluarkan aromanya.
- Bahan terpenting yang haram dilupakan: SANTAN! 200ml santan dituangkan, diaduknya lagi hingga bercampur dengan seluruh bahan.
- Kita melihat gulai itu dari jarak dekat. Kepulan asap yang mengeluarkan aroma masakannya, suara nikmat ‘blebekan’ santan dan daging ayam yang tampak mengambang di permukaan. Uh.
On Bu Ani, mencium aroma masakannya penuh kenikmatan sambil terus mengaduk.
- Sentuhan terakhir, Bu Ani menambahkan jinten, garam, gula putih dan kaldu bubuk. Diaduknya lagi beberapa saat.
- Bu Ani menutup panci dengan tutup kaca, dia memasang timer selama satu jam, kemudian meninggalkan gulainya untuk direbus.
INT. KOSAN ARMAN - MALAM
Angga dan Arman sedang bermain Fifa di Playstation 4. Arman memakai Bayern Munchen, sementara Angga Barcelona. Sambil main, Arman membuka percakapan.
[N.B: Kita belum melihat skor.]
ARMAN
Lu udah bilang sama nyokap?
ANGGA
Belom.
ARMAN
Kapan lu mau kasih tau?
ANGGA
Entar deh pas udah dapet kerja lagi.
Jeda. Keheningan sejenak, keduanya fokus dengan permainan.
ARMAN
Kemana aja lu tadi?
ANGGA
Banyak. Tapi nggak banyak yang buka lowongan.
ARMAN
Kan gua kata.
ANGGA
Kayak nyari kambing guling di kondangan tau nggak lu, susah.
ARMAN
Kemaren dapet gua di nikahan si Ardi.
ANGGA
Serius?
ARMAN
Ya lu telat, sih.
ANGGA
Telat sepuluh menit doang gua.
Jeda.
ARMAN
Yaudah lah istirahat dulu, Pak.
ANGGA
Pengennya. Tapi lu kan tau gua ada tanggungan. Tabungan gua buat kuliahnya si Anggika doang.
ARMAN
Mau lu masukkin mana emang?
ANGGA
Binus.
ARMAN
(menatap Angga sedetik, terkejut)
Gila lu. Masukin yang murah aja, lah. Banyak. Judulnya kan kuliah.
ANGGA
Gua udah lama janji masukin dia di sana.
On TV, Bayern Munchen berhasil menembus kotak penalti Barcelona. Bola diotak-atik. Arman makin semangat menekan kontrolernya. Gnarby oper ke Muller, Muller ke Lewandowski, dishoot dan--
GOALLL!
ARMAN
Yes!
Wajah Angga anyep kebobolan.
On TV, kita melihat skor: Bayern Munchen 8 - 2 Barcelona.
ARMAN (CONT’D)
(menatap Angga)
Eh, Ngga, tapi serius. Lu kasih tau deh nyokap. Minta doanya. Doa ibu dahsyat, Ngga. Makanya sampe jadi nama rumah makan Padang, kan.
ANGGA
Iya-iya entar kalo sempet.
ARMAN
Ih, dibilangin.
ANGGA
Lanjut-lanjut.
Mereka melanjutkan permainan.
INT. RUMAH ANGGA - LARUT MALAM
Angga membuka pintu, tatapannya langsung tertuju ke ruang TV. Tampak ibunya yang masih duduk di sofa dengan TV menyala. Dia menutup pintu, menghampiri ibunya, melangkah pelan.
Di sofa Angga menemui ibunya yang sudah terlelap, ketiduran. Perlahan, dia duduk di samping ibunya.
ANGGA
(berbisik)
Bu.. Ibu..
Bu Ani terbangun.
BU ANI
Eehh..baru pulang kamu.
Bu Ani melihat jam yang menunjukkan pukul 23:14.
ANGGA
Dari rumah Arman, Bu. Ibu kok tidur di sini?
BU ANI
Ibu nungguin kamu. Itu ibu bikin gulai ayam kesukaan kamu, sebentar ibu panasin dulu.
(beranjak dari sofa)
ANGGA
(menahan)
Bu, nggak usah, nanti Angga--
BU ANI
Enggak-enggak, kamu mandi dulu sana, ibu panasin dulu gulainya.
(beranjak ke dapur)
Angga tertegun. Pandangannya mengikuti ibunya yang beranjak pergi ke dapur, terharu.
INT. RUMAH ANGGA - DAPUR - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Bu Ani menemani Angga makan di meja makan. Angga melahap suapan pertamanya.
BU ANI
Gimana?
ANGGA
Hmm..
(pura-pura mikir)
Kalo kata orang Sunda.. perfecto!
Bu Ani tersenyum.
BU ANI
Yaudah, ibu masuk dulu ya.
(beranjak dari kursi)
ANGGA
(masih mengunyah)
Lah, belum juga selesai ini, Bu.
BU ANI (O.S.)
Ibu cuma mau denger komentar kamu aja.
Bu Ani meneruskan langkahnya seakan tidak perduli. Angga melongo ke arah ibunya. Suara langkah Bu Ani semakin menjauh, kita meninggalkan Angga makan sendirian di dapur.
INT. SEBUAH KAFE - SIANG
Kafe yang sepi. Hanya ada Angga dan dua tamu lain yang duduk berjauhan di seberangnya. Angga duduk di depan laptopnya, sedang menelpon.
ADMIN 1 (O.S.)
..ada yang bisa dibantu?
ANGGA
Ini, Mba, saya liat iklan lowongan kerjanya di Instagram. Applynya lewat mana ya? Di poster nggak ada keterangannya, nih, soalnya.
ADMIN 1 (O.S.)
Mohon maaf mas, untuk lowongannya sudah kami tutup kemarin.
ANGGA
Loh, ini di posternya terakhir hari ini buat apply?
ADMIN 1 (O.S.)
Kebetulan jumlah pelamar yang masuk sudah memenuhi kuota, Mas, jadi kita tutup lebih awal.
ANGGA
Oo gitu.. Yaudah, makasih ya.
CLOSE ON Angga mencoret Artavest Media di notebooknya. Kita melihat dua perusahaan lain yang hendak dihubungi Angga: Domoni Pizza (0822-5643-0987) dan Capitalinc (agency, 0876-7865-5432).
ANGGA (CONT’D)
Iya ini saya liat lowongannya di Instagram. Mau mastiin, masih bisa apply nggak ya?
ADMIN 2 (O.S.)
Masih, Mas..
Angga sumringah.
ADMIN 2 (O.S.) (CONT’D)
..ini untuk penempatan di cabang Jogja, ya mas. Ja--
Angga mengernyitkan dahinya.
ANGGA
Sebentar, sebentar, Mba. Jogja?
ADMIN 2 (O.S.)
Iya, Mas. Kita bulan depan akan launching di Jogja ja--
CLOSE ON Angga mencoret Domoni Pizza.
ANGGA
..saya liat iklan lowongannya di Instagr--
ADMIN 3 (O.S.)
Maaf, Mas, perusahaannya udah tutup.
CLOSE ON Angga mencoret Capitalinc.
Angga membanting pulpennya, kesal.
INT. RUMAH ANGGA - KAMAR ANGGIKA - SIANG
Kamar yang cantik. Remang, hanya diterangi lampu ‘tumblr’ yang terlilit di headboard kasur. Temboknya dipenuhi foto-foto hasil jepretan Anggika.
Sayup-sayup terdengar Anggika sedang ngobrol dengan beberapa cewek. Kamera membawa kita kepadanya, memperlihatkan Anggika di meja belajar sedang ketawa-ketiwi di depan laptopnya, melakukan conference call dengan tiga teman ceweknya.
RANI
..terus gua papasan sama dia dong pas keluar dari ruang administrasi. Gila, badai banget. Mirip Jung-kook!
VIA
Lo ajak kenalan nggak?
RANI
Yahh, mana sempat, keburu liwat.
Semuanya tertawa mendengar cerita Rani.
RANI (CONT’D)
Gika..
ANGGIKA
Ya?
RANI
Lo kapan, nih, daftar? Fix Binus, kan?
ANGGIKA
Iya, gua daftar minggu depan, Ran.
GISSEL
DKV, kan?
ANGGIKA
DKV donggg!
RANI
Mudah-mudahan sekelas sama kalian!
Semua kompak menjawab: “Amiinn!”
INT. SEBUAH PERUSAHAAN - SIANG
Angga sudah berdiri di depan meja resepsionis sebuah perusahaan, membawa misi yang sama: memasukan lamaran pekerjaannya.
RESEPSIONIS
Maaf, Mas, kita belum ada lowongan.
Angga membungkukkan badannya, menarik nafas, tampak sudah kelelahan. Dia membuang nafas lalu kembali menegapkan badannya.
ANGGA
Gini deh, Mba. Saya titip aja lamaran saya, kalo nanti ada lowongan, tolong hubungi saya. Kontak saya ada di dalam.
RESEPSIONIS
(seperti ketakutan)
Oh..oke, baik, Mas.
Sang resepsionis mengambil map lamaran yang sudah diletakkan Angga di atas meja sedari tadi.
ANGGA
Makasih, Mba.
Angga beranjak pergi.
EXT. DEPAN PERUSAHAAN - CONTINUOUS
Angga duduk di tangga depan perusahaan itu, menegak minumannya. Hari itu terik. Keringat tampak mengucur di seluruh wajah Angga, dia menyeka dahinya.
Angga mengeluarkan handphone dari saku kemejanya, hendak memeriksa notifikasi. Namun tidak ada satu pun. Dia memasukkan kembali handphonenya ke saku kemeja.
Sambil mengibas-ngibas kemejanya, Angga menatap kosong pemandangan di depannya. Tidak ada yang menarik, hanya lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Pandangannya tiba-tiba berhenti di seorang pengemis yang duduk bersandar di tiang lampu merah. Angga memperhatikannya.
Pakaian lusuhnya. Rambut ikalnya yang berantakan tak terawat. Terbungkuk lemas, dengan kedua tangannya yang menadah, berharap sepeser receh dari para pengendara yang melewatinya.
Semakin lama Angga memperhatikan, pikirannya mulai aneh-aneh. Dia menggelengkan kepalanya, menyadarkan diri.
Angga berdiri. Dia menyeberang jalan, menghampiri pengemis itu dan menaruh selembar dua puluh ribuan di tangannya.
[MUSIC ON: Kunto Aji - Rehat. Lagu dimulai tepat setelah uang menyentuh tangan sang pengemis, memulai montage.]
Sang pengemis terlalu lemas untuk menatap Angga, dia hanya menganggukan badannya, tanda terima kasih.
[MONTAGE: Masih diiringi lagu Rehat.]
EXT. JALANAN - SIANG
Angga melanjutkan perjalanannya, masih tanpa tujuan. Kali ini dia tidak tengok kiri-kanan, pandangannya lempeng ke depan. Mungkin sudah berdamai dengan fakta bahwa memang sedang susah cari pekerjaan.
INT. BANK - SIANG
SERIES OF SHOTS:
--Angga duduk di area tunggu bersama beberapa nasabah lain. Dia duduk di belakang, bersandar di tembok dengan lesu. Angga mengeluarkan handphonenya dari saku kemeja, memeriksanya sebentar, kemudian kembali memasukannya lagi.
--CLOSE ON Mesin Antrian, menunjukkan angka 076.
--Angga mendengar antriannya dipanggil. Dia beranjak dari duduknya.
--Angga sudah berdiri di depan teller. Menunggu.
--CLOSE ON Berlembar uang pecahan seratus ribu yang sedang dihitung di mesin penghitung uang.
--Teller menyodorkan sebuah amplop cokelat yang cukup tebal ke Angga. Angga menerimanya dengan senyum. Angga mengambil pulpen di dekatnya dan menulis di atas amplop itu: KULIAH ANGGIKA.
EXT. JALANAN - SIANG
Angga kembali mengendarai motornya. Kita tidak tahu dia akan ke mana. Langit masih terlalu terang untuk Angga pulang.
EXT./INT. SEBUAH LEASING - SORE
Angga berdiri di tengah antrian yang tidak terlalu panjang. Suasana kondusif. Map lamaran sudah digenggam Angga di tangan kanannya. Dia menatap ke atas ruko itu, melihat sebuah spanduk besar bertuliskan: DIBUTUHKAN SEGERA SALES MANAGER.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN--
Kita kini berada di dalam ruko itu. Angga hampir sampai di depan antrian, tinggal satu orang lagi di depannya. Orang itu menyerahkan lamarannya, kemudian langsung pergi, dan tibalah giliran Angga. Penuh optimisme, Angga menyerahkan map lamarannya.
EXT. JALANAN - SORE
Langit sudah mulai menguning. Angga mengendarai motornya di tengah padatnya arus balik.
EXT. LAMPU MERAH - SORE
Angga berhenti di pinggir, menaruh kaki kanannya di atas trotoar. Dia menengok ke kanan, melihat sebuah warung yang dipenuhi pengemudi ojek online. Mereka tampak suntuk karena sepi orderan.
[N.B., Pada masa PSBB Jakarta, Gojek meniadakan sementara layanan Go-Ride atau antar-jemput penumpang dengan motor. Menyebabkan sepinya orderan masuk para pengemudi ojek online.]
Lampu hijau, Angga melanjutkan perjalanannya.
EXT. DANAU SUNTER TIMUR - SORE
Kita melihat Angga dari belakang, duduk menghadap langit yang mulai gelap.
Danau Sunter tampak mulai sepi. Di pinggir danau kita melihat anak-anak yang masih asik bermain layangan. Angga memperhatikan mereka.
ANGLE ON Anak-anak itu, in SLOW MOTION: Mereka tampak meracau ke satu sama lain. Kegirangan. Mungkin sedang adu layangan? Kita tidak tahu. Namun Angga menatapnya tersenyum, dalam benaknya membayangkan betapa ringannya hidup mereka. Dia merindukan masa ketika beban terberatnya hanyalah PR.
Kita kembali melihat Angga dari belakang. Dia beranjak pergi.
END OF MONTAGE.
EXT. JALANAN - SORE
Di tengah jalan handphone Angga berdering, volume lagu Rehat perlahan mengecil.
Angga melipir ke trotoar dan mengangkat telfon itu.
ANGGA
Iya halo?
PENELPON (O.S.)
Selamat sore, Bapak.
ANGGA
Sore, dengan siapa ya?
PENELPON (O.S.)
Perkenalkan Pak, saya Irma dari CuanCepat mau menawarkan pinjaman online den--
ANGGA
Maaf, maaf, Mba, saya nggak minat.
Click! Angga langsung mematikan telfonnya.
ANGGA (CONT’D)
(menatap handphonenya)
Kirain siapa.
Angga melihat sekeliling. Tidak sengaja di seberang dia melihat sebuah rumah makan Padang. Angga menatapnya tajam. Bukan, bukan karena lapar, tapi nama rumah makan Padang itu: Do’a Ibu.