EXT. PARKIRAN KANTOR - SIANG
Angga dan Arman berjalan lemas menuju parkiran, membawa boks berisi barang-barang yang mereka tinggal di kantor.
ARMAN
Kayaknya belom lama denger berita PHK, sekarang malah kena sendiri.
ANGGA
Gua langsung cari kerja lagi, sih.
ARMAN
(meledek)
Mau ngelamar di mana lu? Sekarang perusahaan-perusahaan lagi pada mangkas karyawan, Ngga.
ANGGA
Di mana aja. Yang penting nggak nganggur.
Mereka berpisah, menghampiri motor masing-masing yang tidak berjarak terlalu jauh. Sambil mengenakan perlengkapan berkendaranya, Arman membujuk Angga.
ARMAN
(persuasif)
Istirahat dulu, lah. Nganggur-nganggur club?
Angga juga sedang mengenakan perlengkapan berkendaranya.
ANGGA
Ogah.
ARMAN
(kesal)
Iih.
Angga dan Arman mengikat boks mereka di jok belakang. Keduanya kini siap tancap gas. Baru aja Angga menyalakan motornya--
ARMAN (CONT’D)
Pak Wahid dulu, yuk.
CUT TO:
INT. KEDAI MIE AYAM PAK WAHID - SIANG
QUICK CLOSE SHOTS proses Pak Wahid membuat Mie Ayam Bumbu Rempah:
- Kepulan asap membara seraya Pak Wahid membuka tutup dandang. Dia memasukkan beberapa buntel mie mentah ke dalamnya.
- Sawi dicacah lincah di atas nampan kayu, kemudian dimasukkan Pak Wahid ke dalam dandang.
- Beberapa mangkok sudah berjejer di atas meja gerobak. Secara bergilir Pak Wahid menuangkan minyak dan kaldu ayam ke dalam masing-masing mangkok, kemudian diaduknya rata dengan sumpit.
- Pak Wahid meniriskan mie dan memasukannya satu per satu ke dalam mangkok, diikuti Bu Wahid yang menuangkan satu sendok sayur kuah bumbu rempah.
- Sementara Bu Wahid menyalin mie ke plastik untuk pesanan yang dibungkus, Pak Wahid mengantar dua mangkok Mie Ayam Bumbu Rempah untuk Angga dan Arman.
PAK WAHID
Mari, Mas.
CLOSE ON Mie Ayam Bumbu Rempah.
[TEXT: MIE AYAM BUMBU REMPAH]
Sambil beranjak kembali ke gerobaknya:
PAK WAHID (CONT’D)
Tumben, Mas, dateng jam segini? Biasanya sore.
ANGGA
(mengaduk mienya)
Udah nggak kerja di sana, Pak.
PAK WAHID
Pindah?
ANGGA
PHK, Pak. Bangkrut perusahaannya gara-gara Corona.
PAK WAHID
Owalah.
Jeda.
PAK WAHID (CONT’D)
Bakso nggak, Mas Angga?
ANGGA
Boleh, Pak. Tiga ya.
PAK WAHID
Siap.
Angga dan Arman masih mengaduk mie mereka. Angga menambahkan kecap, Arman menaburkan lada.
ARMAN
(sambil mengaduk)
Lu kalo mau ngelamar di restoran, deh, Ngga. Usaha makanan aman-aman aja kayaknya. Tuh, liat antriannya.
Kita melihat ramainya antrian driver ojek online Gocek di depan gerobak kedai Pak Wahid. Angga melihatnya biasa saja, baginya yang terpenting bisa segera mendapatkan kerjaan baru.
Pak Wahid kembali dengan mangkok kecil berisikan lima buah bakso.
PAK WAHID
Ini, Mas.
ANGGA
Kok lima, Pak?
PAK WAHID
Bonus, buat menghibur.
ANGGA
Lima lagi dong!
PAK WAHID
Yeeeee entar saya yang bangkrut.
Mereka tertawa.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN--
Selesai makan Angga dan Arman ngobrol sambil menunggu makanan turun.
ARMAN
Besok gua ke rumah lu yak? Kosan lagi pada direnov, berisik banget kalo siang.
ANGGA
Mau langsung muter nyari kerja gua.
ARMAN
Nggak dari rumah aja?
ANGGA
Biar disangka kerja sama nyokap.
ARMAN
Lu nggak langsung kasih tau?
ANGGA
Gua nggak mau bikin dia kepikiran, Man. Gua lagi seneng liat nyokap akhirnya bisa berdamai sama keadaan sejak bokap meninggal.
Arman menganggukkan kepalanya.
Suasana hening sejenak sebelum dipecahkan oleh dering telefon handphone Angga.
Angga mengambil handphonenya dari kantong kemeja, terlihat nama sang penelpon di layar: NADINE, pacar Angga.
ANGGA (CONT’D)
Ya, Nad..
NADINE (O.S.)
I’m sorry to hear that.
ANGGA
It’s okay. Kamu lagi break?
NADINE (O.S.)
Iya, baru selesai masak buat lunch. Kamu lagi ngapain sekarang? Udah pulang?
ANGGA
Baru selesai makan, nih, bareng Arman. Abis ini langsung balik.
NADINE (O.S.)
Masih hidup dia? Mau ngomong dong!
Angga menyerahkan handphonenya ke Arman.
ANGGA
(berbisik)
Nadine, mau ngomong.
Arman mengambil handphone Angga, menaruhnya di telinganya.
ARMAN
Nad..
NADINE (O.S.)
(kegirangan)
ARMANNN APA KABARR?!
ARMAN
(terkekeh)
Baik, Nad. Kapan balik lu? Betah bener di Bandung.
NADINE (O.S.)
Belom tau,nih, Pak. Masih hectic banget di sini.
ARMAN
Kangen mie goreng gila, nih.
Angga tersenyum melihat keakraban itu.
NADINE (O.S.)
Hahaha, siap-siap. Entar balik langsung gua bikinin.
ARMAN
Asik! Yaudah, sehat-sehat lu di sana, yak.
NADINE (O.S.)
Oke, Man!
Arman menyerahkan handphonenya kembali ke Angga.
ANGGA
Yaudah, nanti aku telfon ya.
NADINE (O.S.)
Oki doki!
ANGGA
Bye..
NADINE (O.S.)
Bye!
Click! Angga mematikan handphonenya, menaruhnya kembali ke kantong kemejanya.
ARMAN
Kuat lu ye LDR.
ANGGA
Emang elu, pacaran sebulan-sebulan kayak nyicil motor.
ARMAN
Yeee, cari pasangan kan kudu yang pas bibit, bebet, bobotnya.
ANGGA
Alah, udah nggak valid itu. Lu aja terlalu picky.
Angga beranjak dari kursinya.
ANGGA (CONT’D)
(kepada Pak Wahid)
Berapa, Pak?
CUT TO:
INT. RUMAH ANGGA - RUANG KELUARGA - SIANG
Bu Ani sedang menonton televisi. Jam masih menunjukkan pukul 14:10. Dari depan terdengar suara motor berhenti di depan rumah dilanjutkan suara pagar yang dibuka.
ANGGA (O.S.)
Assalamualaikum!
Bu Ani kaget mendengar suara Angga. Dia balik badan melihat keluar jendela, memastikkan dirinya tidak salah dengar. Benar, itu Angga. Bu Ani beranjak dari sofa, menghampiri anaknya.
CUT TO:
EXT. RUMAH ANGGA - TERAS - CONTINUOUS
Angga mencuci tangannya dengan dispenser galon yang ditaruh di teras semenjak pandemi COVID-19. Bu Ani membuka pintu, menemui Angga.
BU ANI
Tumben udah pulang jam segini kamu?
ANGGA
Abis survei pabrik, Bu. Selesai cepet, jadi bisa langsung pulang.
Kita tau dia berdalih. Tapi itu tampak meyakinkan. Dia tidak terbata-bata seolah sudah disiapkan sepanjang jalan pulang.
BU ANI
Oh.
Click! Angga mematikan galon, kemudian menghampiri ibunya, hendak salim.
BU ANI (CONT’D)
Semprot dulu.
Angga langsung mengangkat kedua tangannya ke atas. Bu Ani mengambil botol spray berisi cairan desinfektan kemudian menyemprotkannya ke seluruh badan Angga.
BU ANI (CONT’D)
Muter.
Angga berputar, meniru gerakan penari balet.
Bu Ani memastikan seluruh bagian tubuh Angga tersemprot.
BU ANI (CONT’D)
Dah.
Angga salim dan langsung beranjak masuk ke dalam rumah.
BU ANI (CONT’D)
Langsung mandi, Ngga, jangan masuk kamar dulu.
Bu Ani melihat sekeliling rumah sebentar sebelum kembali masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.
INT. RUMAH ANGGA - DAPUR - MALAM
Bu Ani menuangkan semangkuk dendeng balado ke dalam wajan. Diaduknya asal hanya untuk dipanaskan.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN--
Semangkuk dendeng balado disajikan Bu Ani di atas meja makan.
ANGGA
(mengusap kedua tangan)
Wuihhh.
Angga hendak mengambil makanan duluan, tiba-tiba sendoknya dihadang oleh sendok Anggika.
ANGGIKA
Aku dulu.
Angga mengalah.
BU ANI
(kepada Angga)
Bu Tejo titip salam tadi buat kamu. Disuruh main kapan-kapan. Syamsil ternyata temen kecil kamu, ya? Lupa Ibu.
ANGGA
Syamsul, Bu. Syamsil, mah, nggak pernah keluar rumah.
BU ANI
Oh iyah.
Angga hendak mengambil makanan.
ANGGA
Ibu mau duluan?
BU ANI
Kamu dulu.
Angga mengambil makanannya.
BU ANI (CONT’D)
Si Syamsil itu ternyata KKN di Jogja juga, loh. Dua bulan. Lebih lama dari kamu dulu.
ANGGA
Aku cuma sebulan, tapi ditelfonin mulu, kayak anaknya bakal ilang aja.
Bu Ani hanya tersenyum sambil mengambil makanannya.
ANGGIKA
Bang, jadinya kapan daftarin aku kuliah?
Angga tertegun. Kali ini dia belum menyiapkan dalihnya.
ANGGA
Eeeh, minggu depan ya. Abang masih banyak kerjaan di kantor.
ANGGIKA
Janji ya? Bosen nih udah tiga bulan di rumah mulu.
ANGGA
Iya.
BU ANI
Dah, ayo makan dulu, nanti lagi ngobrolnya.
INT. RUMAH ANGGA - RUANG KELUARGA - BEBERAPA JAM KEMUDIAN
Bu Ani duduk di sofa, sedang menonton siaran berita di TV.
Angga tiba-tiba keluar dari kamarnya yang berdepanan dengan ruang keluarga, membawa gelas. Dia menemui ibunya yang belum tidur.
ANGGA
Belum tidur, Bu?
BU ANI
Ini.. Ibu lagi ngeliat perkembangan Covid, naik terus loh angkanya.
Angga menghampiri ibunya, duduk di sebelahnya. Dia ikut menyimak berita di TV.
ANGLE ON TV
PENYIAR
Kita beralih ke berita selanjutnya.
(beat)
Covid-19 mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan, tak heran ratusan orang rela antri menunggu berjam-jam di tepi jalan dan berdesakkan demi bisa memasukkan lamaran kerja di sebuah restoran yang membuka lowongan pekerjaan di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Siaran berita itu kemudian memutarkan video kejadian di lapangan, beriringan dengan laporan berita.
PENYIAR (V.O.)
Antrian panjang para pencari pekerjaan tampak mengular di depan sebuah restoran di jalan Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kamis sore.
Bu Ani melongo.
BU ANI
Masya Allah, tadi sore ini.
ANGLE BACK ON TV
PENYIAR (V.O.)
Mereka rela berdiri lama dan kepanasan demi bisa memasukkan lamaran pekerjaan. Banyak yang mengaku kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19.
BU ANI
(masih melihat ke TV)
Bersyukur kamu, Ngga, masih punya kerjaan. Nggak kebayang capeknya ngantri sepanjang itu. Mana lagi Covid begini. Ngeri, hih.
On Angga, yang tampak justru seperti melihat sebuah kesempatan, destinasi pertamanya untuk melamar pekerjaan.