Rencana Penyelamatan Juni
6. 6
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. TAMAN — DAY

Mereka sedang di bawah pohon. Budi sedang menunjukkan sesuatu. Tia sedang memangku kucing hitam.

BUDI

Ya.. Itulah yel-yel penyemangat kamu Jun.

Juni dan kawan-kawan kelihatan kaget. Kucing hitam teriak dan melompat kabur dari pangkuan Tia.

JUNI

Wow. Terima kasih Bud.

TIA

Oke Bud.

BOBBY

Ya. Mantap.

BUDI

(menekukkan badan)
Terima kasih... Kalian tinggal mengikuti aba-abaku.

ANI

Apa? Kami juga ikutan?

BUDI

Ya. Semakin ramai pasti akan semakin seru kan?

ANI

Oh, tidak. Aku tidak akan melakukan hal itu di depan umum.

BOBBY

Ya. Aku juga. Maaf sobat.

BUDI

Tapi ini yel-yel. Butuh lebih dari satu orang. Tia, kamu mau kan?

TIA

hmm... Apa yang kamu lakukan tadi bagus bud. Tapi... Maaf Bud. Itu bukan gayaku.

ANI

Maaf bud. Tapi aku tidak akan melakukannya... Hal itu... Walau dibayar sekalipun.

BUDI

Lihat saja. Kalian pasti akan melakukannya nanti. Kalian harus melakukannya.

Budi ngambek. Mereka terdiam sejenak.

JUNI

Budi, yel-yel mu... tidak biasa. Aku pasti nanti akan bersemangat di depan.

BOBBY

Ohh... Tidak mungkin. Hanya cewek yang bisa bikin Juni bersemangat.

JUNI

Hah? Maksud kamu apa?

BOBBY

Hanya satu kata. Delia.

Muka Juni langsung memerah.

ANI

Ya. Apa yang terjadi tadi Jun? Ketika Delia datang kamu langsung bersembunyi.

TIA

Tidak mungkin. Serius?

BUDI

Oh ya. Juni tadi tiba-tiba menghilang.

JUNI

Apa yang kalian katakan. Aku tidak mengerti.

TIA

Tunggu dulu. Tadi Delia bilang dia adalah wakil kamu untuk menerima piala.

BOBBY

Ohh... Aku mengerti sekarang. Pantasan kamu pingin banget untuk pidato. Kamu ingin terlihat keren dihadapan Delia kan?

ANI

Ya ampun... Jadi selama ini kita semua berusaha demi seorang cewek?

JUNI

Apa yang kamu katakan. Itu tidak benar. Fitnah.

TIA

Ohh... Juni, kamu imut sekali.

BOBBY

Kamu suka tipe cowok seperti tiu Tia? Aku juga bisa seperti itu.

BUDI

Juni suka Delia. Bobby suka Tia.

BOBBY

Diam Budi!

Muka Bobby dan Tia sama-sama memerah.

ANI

(tertawa keras)
Ciee... Suitt suitttt...

BUDI

(senyum polos)
Maaf, keceplosan.

Ani masih tertawa-tawa. Diikuti Tia yang akhirnya juga ketawa. Dan yang lainnya ikut tertawa.

PAK ISWARA DAN ASISTENNYA INTO FRAME

Tiba-tiba Pak Isa muncul melewati taman bersama asistennya.

PAK ISWARA

Apa yang kalian lakukan disini di luar jam sekolah? Ini sudah sore.

TIA

Maaf pak. Kami hanya sedang kumpul-kumpul sebentar.

BOBBY

Iya pak. Biasalah... Anak muda.

PAK ISWARA

Ujian sudah semakin dekat. Kalian harus lebih serius lagi belajar. Nanti kalau nilai kalian jelek bagaimana? Tidak boleh main-main.

TIA

Baik pak. Maaf

PAK ISWARA

Sudah sekarang kalian pulang ke rumah masing-masing.

PAK ISWARA DAN ASISTENNYA KELUAR FRAME

ANI

Kenapa tuh bapak? Galak banget.

BOBBY

Emang tuh bapak. Yang dipikirin Nilai mulu. Prestasi mulu.

TIA

Psstt... Yang kalian bicarakan itu adalah kepala sekolah terbaik tingkat nasional.

BOBBY

Peduli amat dengan predikat itu.

TIA

Hey... Predikat itu menunjukkan pencapaian beliau.

ANI

Predikat, penghaargaan, gelar kehormatan... Itu semua hanyalah sebuah label... Label yang digunakan untuk merendahkan orang lain.

BOBBY

Ya. Benar sekali.

BUDI

Aku tidak mengerti. Memangnya kenapa?

JUNI

Iya. Apa maksud kamu? Status-status itu adalah suatu kebanggaan bagi banyak orang.

TIA

Apa masalah kalian? Untuk mendapatkan semua itu diperlukan usaha.

ANI

Kalian tidak mengerti. Kalian yang sudah memiliki semua itu memandang rendah orang lain.

BOBBY

Aku mengerti. Pak Iswara mengenalku karena klub basket menang perlombaan. Ketika kami belum menang, dia tidak pernah menganggapku sekalipun.

ANI

Pak Iswara dan kebanyakan orang di sekolah ini seperti itu. Setelah lulus aku mungkin tidak akan pernah diingat pernah menginjakkan kaki disekolah ini. Tidak ada yang akan mengingatku karena aku tidak punya status itu.

BOBBY

Memang untuk mendapatkan status itu diperlukan usaha. Tapi apakah kita hanya dikenal karena status itu? Apakah teman-temanku hanya menganggapku karena status itu? Bagaimana dengan aku yang sebenarnya?

TIA

Wow... Teman-teman... Maaf... Aku tidak tahu kalian selama ini merasa seperti itu.

JUNI

Memiliki status itu juga tidak menyenangkan... Awalnya menyenangkan... Semua orang mengenalmu. Semua orang berusaha mendekat. Tapi, ketika mereka tidak membutuhkanmu. Maka mereka yang kamu kira teman itu akan hilang dengan cepat.

BOBBY

Maaf Jun. Aku mungkin seperti itu. Aku membantumu memang hanya karena kamu membantuku saja.

JUNI

Aku tahu. Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan hal itu.

BUDI

Kalian jangan bicara seperti itu. Oh tidak, bagaimana menghentikan air yang keluar tiba-tiba dari mataku ini.

BOBBY

Tahan sobat. Kamu laki-laki. Laki-laki tidak menangis.

ANI

Untuk apa menangis. Ini bukan masalah besar. Ini hanyalah realita.

BUDI

Aku tidak menangis. Ada debu dimataku.

TIA

Teman-teman... Kenapa kita harus berpikir seperti itu. Mungkin sudut pandang kita yang salah. Semua status itu seharusnya tidak menjadi beban.

JUNI

Apa maksud kamu Tia?

TIA

Kita tidak seharusnya fokus kepada apa yang orang lihat tentang kita. Tapi apa yang kita lihat tentang diri kita.

ANI

Semua orang memperlakukan kita seperti itu Tia.

TIA

Jangan pedulikan. Untuk apa peduli dengan mereka... Oke... Hmm... Contohnya... Ingat pelajaran sejarah! Jika kita rakyat Indonesia berpikir bahwa kita lebih rendah dari para Penjajah maka kita tidak akan mungkin bisa merdeka seperti sekarang ini. Kalian mengerti?

BOBBY

(bingung)
Ya... Kurang lebih.

BUDI

Dengan bambu! Kita bisa mengalahkan penjajah bersenjata lengkap hanya dengan bambu. Wow... Orang zaman dulu keren.

JUNI

Percaya bahwa kita bisa merdeka dengan darah kita sendiri membuat bambu mampu menjadi senjata mutakhir.

TIA

Ya, seperti dulu kita adalah budak penjajahan. Sekarang kita adalah budak dari segala status itu. Untuk mendapatkan kemerdekaan dari semua itu kita harus yakin pada diri sendiri. Walau apapun yang orang pikirkan tentang kita.

Mereka semua mengangguk setuju dengan apa yang Tia katakan.

ANI

Kata-katamu bagus Tia.

BOBBY

Ya. Membuatku bersemangat lagi.

TIA

Ya. Aku juga tidak menyangka. Aku keren!

JUNI

Kamu memang cocok jadi psikolog.

TIA

Amin... Semoga tercapai... Sudah semakin sore. Ayo kita pulang.

Mereka berdiri tegak dari duduk mereka. Bersiap-siap pulang.

BOBBY

Tidakk... Minggu depan ujian. Aku tidak tahu apakah aku siap.

JUNI

(meniru gaya Bobby)
Percaya pada diri sendiri, sobat.

Mereka semua tertawa. Lalu kembali mengemasi tas-tas mereka.

ANGLE ANI

Ani berjalan menuju tong sampah di pinggir taman. Dia mengeluarkan beberapa lembar kertas kecil dari kantong tasnya.

Dari b.g di bawah pohon, Budi memanggil.

BUDI

Ani! Ayo buruan. Sudah sore. Nanti pagar belakang keburu ditutup.

ANI

Ya... Sebentar.

Ani memperhatikan kertas itu sesaat. Terlihat bahwa itu adalah kertas contekan ujian. Lalu dengan yakin membuangnya ke dalam tong sampah. Lalu dia kembali ke tempat teman-temannya.

EXT. LORONG — DAY

Juni dkk berjalan bersama-sama sambil mengobrol.

BOBBY

Jadi ini terakhir kalinya kita kumpul bersama.
JUNI
Sesuai perjanjian kita berlatih sampai sebelum hari ujian tiba.

TIA

Yah... Tapi demam panggungmu sudah jauh berkurang kan?

JUNI

Aku tidak menyangka tapi ya sudah berkurang. Aku merasa lebih berani.

BUDI

Jadi, kita akan berpisah? Kenapa waktu berjalan begitu cepat? Kenapa kamu sudah tidak demam panggung lagi?

Mereka semua tertawa mendengar kata-kata Budi.

ANI

Ini yang terbaik Bud. Kita melakukan semua ini agar Juni tidak demam panggung lagi.

BUDI

Kamu benar.

EXT. LORONG DEPAN GUDANG — CONTINUES

PAK DANG, penjaga sekolah, sudah tua sekitar 60-an. Dia membawa peralatan bersih-bersih. Dia hendak mengunci sebuah pintu dengan tulisan Gudang tergantung didepannya.

Juni dkk berjalan melewatinya.

BOBBY

Sore Pak Dang. Ngapain Pak di gudang?

PAK DANG

Iya. Ini habis bersih-bersih piala. Perintah Pak Iswara. Piala diberikan perawatan khusus agar bersih dan mengkilat di hari perpisahan.

JUNI

Oh... Semua piala disimpan di gudang pak?

PAK DANG

Iya. Piala-piala dari zaman dahulu sampai sekarang... Semuanya terawat dengan rapi. Ya, mari bapak permisi dulu mau nyapu halaman.

TIA

Ya pak, mari.

Pak Dang pergi meninggalkan mereka di depan pintu. Mereka juga hendak melanjutkan perjalanan mereka.

BUDI

Hey, tunggu dulu. Tadi bapaknya lupa kunci pintu.

TIA

Gara-gara Bobby ajak ngobrol tadi sih. Ayo panggil lagi bapaknya.

BOBBY

Yah... Maaf sobat.

JUNI

Tunggu dulu...

Juni membuka pintu gudang.

JUNI (CON'T)

Ayo kita lihat sebentar.

TIA

Tapi nanti kita bisa kena masalah.

ANI

Ayolah. Jangan takut. Ini tidak melanggar peraturan tata tertib.

TIA

(tertawa palsu)
Baiklah.

Mereka memasuki gudang.







Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar