Rencana Penyelamatan Juni
4. 4
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. TAMAN — DAY

ANGLE JUNI

Dengan keringat bercucuran dan kaki gemetaran dia memegang sehelai kertas. Berusaha membaca isinya.

JUNI 

(gagap)
Su.. Su.. Sudah. Ti.. Ga tah.. Hun. Lam.. Manya.. Ki.. Ta..

Juni dan kawan-kawan berada di bawah pohon rindang. Juni berdiri dengan pohon sebagai b.g dan yang lainnya duduk di lantai memperhatikan Juni.

ANGLE TIA DKK

Mereka semua terkejut melihat cara Juni berpidato.Suara Juni berpidato menjadi backsound.

ANI

(ke yang lain)

Oke, ini lebih parah dari yang aku duga.

BOBBY

Apa yang dia lakukan? Dia memegangi kertas itu seperti dia sedang mengangkat barbel.

Mereka lalu memandang Juni dengan seksama.

ANGLE JUNI

Juni memegangi kertas, masih serius membaca isinya. Namun kertas itu sangat berat. Lalu kertas itu berubah menjadi barbel yang beratnya 20 kg. Lalu baju Juni berubah menjadi baju atlet angkat besi. Badan kurus memakai baju angkat besi. 

JUNI

Ber.. Ber.. Sama. Ki.. Ta.

ANGLE TIA DKK

Mereka tersadar dari khayalannya.

TIA

Ya ampun. Dia bisa jadi bahan tertawaan satu sekolah.

BOBBY

Serius nih kita mau bantu dia? Ini pasti tidak mudah.

ANI

(ke Bobby)

Ingat nilai matematika kamu. Kita butuh bantuan dia.

BOBBY

Sial. Matematika.

BUDI

Kasihan Juni.

Juni berhenti dari pidatonya. Dia melihat reaksi teman-temannya.

JUNI

Bagaimana?

TIA

Hmm... Tidak terlalu buruk.

JUNI

Serius??

Juni senang mendengar kata-kata TIA. Kepercayaan dirinya bangkit.

TIA

Tapi masih butuh latihan. Iya kan?

Tia melirik ke yang lain. Meminta dukungan.

ANI

Dari skala 1 sampe 10 aku kasih nilai 8.

JUNI

Beneran??

ANI

Ya, tentu saja. (dengan pelan) dikurang lima.

BOBBY

Mantap sobat.

Bobby memberikan dua jempol ke Juni namun dengan gaya yang tidak menyakinkan.

JUNI 

(senang)
Serius?

BUDI

Tadi itu jelek sekali Jun.

Tia, Ani dan Bobby mengangguk hampir secara bersamaan.

TIA

Perlu banyak latihan.

ANI

Bakal malu-maluin.

BOBBY

Hancur banget, sobat.

Juni yang tersenyum langsung berubah manyun.

INT. RUANG KELAS MUSIK — DAY

Musik rock yang ceria mengiringi.

Terlihat ruang kelas yang dipenuhi oleh beraneka ragam alat musik. Terutama pianika, alat musik tradisional dan alat musik drumband.

TIA (V.O)

Untuk berpidato tidak cukup hanya menghapalkan teks saja. Hal yang juga perlu diperhatikan adalah olah vokal.

Ani, Juni dan Budi INTO VIEW. Mereka duduk di lantai beralas karpet merah sambil membentuk lingkaran.

ANI

Pertama adalah latihan rahang. A... I... U... E... O...

Juni dan Budi mengikuti arahan Ani.

JUNI DAN BUDI

(Tidak serentak)
A... I... U... E... O... A... I... U... E... O...

ANI

Yang kompak! (ke Budi) Kenapa kamu ikut-ikutan?

BUDI

Aku ingin latihan vokal juga!

ANI

Bayar Dulu!

BUDI mengeluarkan apa yang ada dikantongnya. Ia mengeluarkan selembar uang berwarna biru.

ANI

Kurang!

Budi menambahkan selembar uang biru lagi.

ANI

OK! Ayo! Ucapkan dengan serentak! A... I... U... E... O...

JUNI DAN BUDI

(mulai serentak)
A... I... U... E... O... A... I... U... E... O...

ANI

Oke... Lakukan seratus kali!

Juni dan Budi kelihatan syok.

EXT. LAPANGAN BOLA — DAY

Kita melihat lapangan sepak bola yang luas. Disekelilingnya terdapat jalur untuk berlari.

TIA (V.O)

Untuk membentuk postur tubuh yang baik di depan panggung, diperlukan juga olah raga.

Bobby, Juni dan Budi berdiri di pinggir lapangan sedang melakukan pemanasan.

JUNI

Arghh.. Aku benci olah raga.

BOBBY

Lihat postur badanmu sendiri sobat. Dengan kaki lemah dan tangan tidak bertenaga itu kamu pasti akan langsung tumbang di panggung.

Juni memperhatikan kaki dan tangannya yang kurus.

JUNI

Kamu benar.

BOBBY

Bud, kamu ikut latihan juga?

BUDI

Ya, sepertinya seru. Sudah lama aku tidak berolahraga.

BOBBY

(senyum licik)
Baiklah...

SERIES OF SCENES

EXT. JALUR LARI LAPANGAN BOLA — DAY

SCENE PERTAMA

Mereka lari bersebelahan di jalur lari dengan santai. Semuanya terkendali.

SCENE KEDUA

Bobby berada di depan. Juni dan Budi berada beberapa meter dibelakangnya.

BOBBY

Ayo, masih 10 putaran lagi.

Juni dan Budi sudah kelihatan kelelahan.

SCENE KETIGA

Bobby berlari. Dia melihat sebentar ke belakang. Memandang lagi ke depan. Senyuman lebar terbentuk diwajahnya.

BOBBY
(ke belakangnya)
Ayo Nona-nona! Kalian lambat sekali.

Setelah beberapa saat muncul Juni yang berlari dengan susah payah dan kelelahan.

Terakhir, disusul oleh Budi yang sudah merangkak di tanah berusaha untuk tetap maju terus ke depan walau badannya sudah tidak sanggup lagi.

INT. LABORATORIUM BIOLOGI — DAY

Tia dengan diam-diam menyelinap masuk ke dalam laboratorium. Setelah melihat-lihat seluruh ruangan dan merasa aman. Dia menghadap keluar pintu dan melakukan gesture seperti memanggil-manggil orang. Beberapa saat kemudian Juni dan Budi datang.

TIA

Kalian tunggu dulu disini.

Tia lalu meninggalkan dua orang itu sendirian. Sedangkan dia menuju ke ruangan lain didalam lab.

Budi melihat sekeliling. Dia melihat anatomo manusia. Dengan takut-takut dia melihat model-model itu.

Dengan suasana horor.

Budi melihat model torso lalu dia melihat model mata kemudian melihat model kepala otak.

Dia terus berjalan. Melihat botol-botol yang berisi benda-benda yang telah diawetkan. Terlihat botol-botol berisi cairan yang ada organ-organ yang telah diawetkan, katak yang telah diawetkan. Lalu kepala kucing hitam yang telah diawetkan. Budi merasa kasihan melihat kucing tersebut.

Tiba-tiba kepala kucing hitam itu bergerak dari arah belakang botol. Ternyata itu adalah kucing benaran yang bersembunyi dibalik botol kosong. Kucing itu melompat ke arah Budi sehingga membuatnya kaget sekaget-kagetnya.

Tia muncul dari ruangan sebelah sambil membawa sebuah cermin setinggi mereka.

TIA

(ke Budi)

Jangan dimainin. Nanti rusak... Juni... Coba kamu latihan pidato di depan cermin ini.

JUNI

Aku tidak tahu kalau ada kaca disini.

TIA

Aku menemukannya ketika membantu menaruh peralatan lab. Pantasan Bu Yuli selalu kelihatan modis. Ayo mulai latihan.

Juni menghadap kaca. Dia memegang kertas yang berisi pidatonya.

TIA

Tarik nafas. Baca pidatonya pelan-pelan. Perhatikan diri kamu yang ada di kaca. Coba yakinkan dii kamu yang dikaca dengan pidato kamu.

JUNI

Apakah ini akan berhasil. Kamu yakin? Aku berbicara dengan diriku sendiri.

TIA

Tentu saja akan berhasil. Kamu harus meyakinkan diri kamu dulu baru bisa meyakinkan orang lain kalau kamu bisa pidato.

JUNI

Bukankah seperti orang gila?

TIA

Tidak Jun. Coba lihat aku...
(sangat meyakinkan)
 “Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”

JUNI

Wow, tadi itu bagus sekali...

TIA

Terima kasih,, itu kata-kata Presiden Soekarno.
Ayolah coba perhatikan diri kamu yang di kaca.

JUNI

Oke baiklah...

FOCUS TO JUNI

Juni memandang dirinya yang ada di kaca dengan seksama. Tidak yakin dengan apa yang dilakukannya, namun dia memulai membacakan pidato untuk bayangan dirinya tersebut.

INT. KELAS — DAY

Mereka sedang belajar matematika bersama kecuali Budi. Di meja mereka masing-masing berserakan berbagai alat tulis dan buku matematika. 

Juni adalah gurunya. Dia sedang mengerjakan sebuah soal matematika.

JUNI

Jadi tinggal menentukan daerah himpunan penyelesaiannya.

Budi INTO FRAME. Dia menggunakan seragam pramuka lengkap sedangkan yang lain menggunakan baju putih abu-abu biasa. Dia membawa tas dan beberapa atribut pramuka.

Mereka menyadari kedatangan Budi namun tidak terlalu memperdulikannya.

BOBBY

Oke. Ternyata ini tidak sesulit yang aku bayangkan.

ANI

Ya. Aku sudah pusing tujuh keliling. Tapi ternyata tidak sulit.

Budi duduk disebelah Tia yang sibuk memperhatikan penjelasan Juni. Budi mengeluarkan buku dari tasnya.

TIA

Kamu memang jenius.

JUNI 

Itu biasa-biasa saja.

TIA

Benarkah? Coba aku tes... Hmm.. Berapa 25 ditambah 65?

JUNI 

Kamu ngeledek ya... Memangnya aku anak SD. Jawabannya 90

Bobby mengeceknya dengan kalkulator.

BOBBY

Benar... Kamu menjawabnya tanpa mikir sama sekali.

JUNI

Ya.. Itu mudah.

ANI

Coba soal ini. (dengan asal) 99 ditambah 89?

JUNI

188

Bobby mengeceknya dikalkulator dengan cepat.

BOBBY

Benar lagi.

ANI

(serius)
555 ditambah 666!

JUNI 

12...21

BOBBY

Benar lagi!

JUNI

Matematika adalah hidupku.

ANI

kalau 10 ditambah 9?

JUNI

(ragu-ragu)
21?

Mereka semua tertawa mendengarnya.

Tiba-tiba Budi yang dari tadi diam berbicara.

BUDI

Teman-teman. Apa yang harus aku lakukan?

JUNI

Maksudnya?

BUDI

Kalian semua membantu Juni. Aku juga ingin membantu Juni.

TIA

Kamu bilang apa sih, Bud. Kamu kan bantuin ngerjain tugas sejarah.

BUDI

Tapi kamu juga bantuin. Aku pengen bantuin seperti yang lain. Yang cuma aku yang bisa bantuin.

ANI

Udah deh Bud. Kamu kan uda enak gak perlu bantuin apa-apa.

BUDI

Ani! Aku bukan orang yang cuma bisa ambil keuntungan dari temannya.

ANI

Budi! Berani sekali kamu meninggikan nada bicara kamu sama aku. Jangan pikir aku takut sama kamu! Kamu mau aku tinju??

BUDI

Ani! Aku tidak suka main kekerasan. Apalagi kamu cewek.

ANI

Hoo.. Budi. Jangan kamu kira karena aku cewek maka aku takut sama kamu. Ayo kita selesaikan ini diluar.

JUNI

Sudah-sudah. Jangan bertengkar.

TIA

Ani, budi. Kekerasan bukan jalan keluar masalah.

ANI

Budi yang mulai duluan.

BUDI

Ani yang duluan.

ANI

Budi!

BUDI

Ani!

ANI

Budi!

BUDI

Ani!

ANI

Budi!

BUDI

Ani!

BOBBY

Hey, hey... Hentikan. Ada apa dengan Ani dan Budi? Mereka seharusnya adalah anak baik-baik. Kamu tidak ingat pelajaran SD apa? (mengolok) Ani dan Budi pergi ke sekolah.

JUNI

Sudahlah.Untuk apa main adu fisik. Tidak menyelesaikan masalah.

TIA

Kalian tidak perlu bertengkar. Kayaknya aku tahu apa yang bisa kamu bantu.

BUDI

Apa??

TIA

Kamu bisa membuat yel-yel! Kamu kan kakak pembina pramuka. Kalian sering menyanyi dan bikin yel-yel kan?

Mereka kebingungan mendengarkan usul Tia.

BUDI

Yel-yel? Untuk Juni?

TIA

Ya. Itu tentu akan sangat membantu Juni. Benarkan teman-teman?

Tia melihat ke arah yang lain. Memberikan tatapn meminta dukungan.

BOBBY

Yel-yel penyemangat Juni. Bukan ide yang buruk. Semua orang butuh penyemangat.

JUNI

Ya. Aku butuh penyemangat.

ANI

Bisakah kamu melakukannya Bud?

JUNI

Ya. Itu hal yang setidaknya kamu bisa lakukan.

BUDI

(penuh senyuman)
Ya. Tentu saja.







Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar