Rencana Penyelamatan Juni
3. 3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. KELAS — DAY

Siswa-siswa sedang menunggu aba-aba Ibu Dena

IBU DENA

Sekarang kalian duduk sesuai kelompok masing-masing.

Siswa-siswa mulai saling berkumpul dengan kelompoknya. Bobby dengan segera menuju ke tempat Tia.

BOOBY

Ayo segera pilih kursi panas!

Tia lalu melihat ke arah Ibu Dena yang berjalan ke meja Guru. Kemudian dia berbalik untuk memandang ke kursi panas yang dimaksud. Yaitu tempat duduk yang ada di pojok belakang yang membentuk diagonal dengan meja guru. Tempat duduk terjauh dari meja guru. Seorang siswa culun adalah pemiliknya.

Beberapa siswa langsung berebut hendak mengambil kursi tersebut. Bobby termasuk salah satunya.

INT. KURSI PANAS — CONTINUES

SLOW MOTION

Siswa-siswa dengan tampang buas seperti hendak mengejar mangsa berlari menuju kursi panas. Siswa culun ketakutan dan segera memeluk mejanya.

Bobby adalah siswa pertama yang mencapai kursi panas tersebut. Dengan ganas, tangan Bobby terkepal ke atas seperti hendak meninju siswa culun tersebut. Ketika tangannya sampai ke badan siswa culun, Bobby segera menggelitiknya sampai dia tertawa dan melepaskan pengangannya dari meja.

Bobby yang besar mengangkat siswa malang itu dari kursi dan langsung duduk dengan gagah dikursi tersebut. Siswa-siswa lain segera berbalik dengan tampang penuh kekalahan.

END OF SLOW MOTION

Tia INTO FRAME. Dia menggeser sebuah meja ke depan meja Bobby.

TIA

(sebal)
Kamu baik sekali Bob. Tanpa perasaan kamu mengambil kursi anak malang tersebut.

BOBBY

Tia, tidak perlu kasihan. Kursi ini tidak berguna buat dia. Lebih baik digunakan oleh anak yang tahu manfaatnya.

Bobby segera mengeluarkan HP dan mulai bermain Games.

Budi INTO FRAME.Dia memilih duduk disamping Bobby. Dia melihat Bobby bermain-main HP.

BUDI

(ke Bobby)
Loh, bukannya kita harus mengerjakan tugas sejarah?

BOBBY

Santai Sobat. Tidak usah terburu-buru. Jadwal pengumpulan masih lama.

BUDI

Jadi apa yang harus aku lakukan disini? Aku mau mengerjakan tugas sejarah.

BOBBY

Tenang anak rajin. Jika kamu memang mau mengerjakannya sekarang. Dengan senang hati aku persilahkan.

Ani INTO FRAME. Dia memilih untuk duduk pada bagian sisi lorong.

ANI

Ya. Bagi yang ingin mengerjakan silahkan kerjakan. Yang lain bisa duduk dengan tenang dan mengerjakan urusannya sendiri.

Ani membuka buku chord lagunya dan mulai memperhatikan buku tersebut.

Juni INTO FRAME. Dia mengambil meja baru dan meletakkannya disamping Tia.

JUNI

Bukannya kita harus bagi-bagi tugas?

TIA

Benar sekali. Tidak akan ada yang mendapat nilai cuma-cuma disini. Tugasnya akan kita bagi secara adil sama rata.

ANI

(tidak senang)
Baiklah. Kalau begitu ayo segera bagi-bagi tugas. Semakin cepat selesai. Semakin sebentar kita harus berhubungan satu sama lain.

INT. R. TERAPI — DAY

C.U JUNI

Juni sedang berbaring di sofa.

PAK AYAT (O.S)

Jadi kamu tidak punya teman?

JUNI

Tentu saja ada pak. Masak tidak ada.

PAK AYAT (O.S)

Ok. Kalau teman dekat?

JUNI

Teman dekat? Maksudnya teman yang duduk di bangku sebelah saya? Kalau itu tiap tahun ganti kok.

Pak Ayat INTO VIEW. Dia duduk di kursi dihadapan Juni.

PAK AYAT

(kaget)
Oke... Lanjut... Jadi bagaimana dengan pidatonya? Kamu sudah bisa?

JUNI

Belum. Saya sudah mencari-cari infonya di internet. Tapi bapak tahulah baca teori lebih muda dari prakteknya.

PAK AYAT

Kenapa kamu tidak meminta bantuan dari orang lain? Untuk mengajari kamu pidato?

JUNI

Tidak mungkin. Saya sudah biasa bekerja sendiri.

PAK AYAT

Cobalah. Jika kamu tidak bisa memecahkan masalah sendirian. Coba cari bantuan dari orang lain. Tidak ada salahnya kan.

JUNI

(tidak serius)
Hmm... Baiklah, saya pikir-pikir dulu.

INT. R. TUNGGU PASIEN — DAY

Juni duduk di salah satu kursi. Tampak sibuk dengan Tab-nya. Disampingnya dengan jarak beberapa kursi duduk anak kecil muka jutek yang sedang makan es krim.

JUNI

(sambil memandang Tab)

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa... Ini gampang.

Juni meletakkan Tab-nya. Duduk dengan lebih tegap.

JUNI 

(berbicara sendiri)

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa... Ternyata gampang... Puji syukur kita panjat...

Juni menyadari dirinya diperhatikan oleh anak kecil tersebut. Dia merasa malu dan segera membuka Tab-nya lagi.

Tia sedang berbicara dengan seorang wanita di meja administrasi. Dia sibuk mengarahkan wanita tersebut tentang data yang ada di komputer.

TIA

Ini daftar para pasien serta jadwal terapisnya. Data-data pasien disusun sesuai dengan alphabet. Jika ada pergantian atau pembatalan jadwal itu disimpan di folder ini.

Wanita tersebut mengangguk mengerti dengan arahaan Tia.

TIA

Oke. Itu semuanya. Jika nanti ada yang bingung, telpon saya atau tanyakan langsung dengan Pak Ayat.

Tia meninggalkan meja administrasi. Dia dan Juni melihat satu sama lain. Tia lalu duduk disamping Juni.

JUNI

Kamu kelihatan seperti orang dewasa.

TIA

Ya, orang-orang sering bilang kalau aku lebih dewasa dari umurku. Papa mama bilang aku terlalu serius dan kaku. Aku harus melanggar peraturan sekali-kali.

JUNI

Wow... Orang tuamu kedengarannya menyenangkan.

TIA

(kalem)
Tentu saja... Apa yang kamu lihat?

Tia tanpa sungkan langsung menarik Tab Juni sebelum Juni bisa menutupi Tab-nya.

JUNI

Hey...

Terlambat. Tab itu sudah berada ditangan Tia.

TIA

Cara berpidato yang baik?

JUNI

Bukan apa-apa. Aku hanya sedang mempelajari cara berpidato.

Juni mengambil kembali Tab-nya.

TIA

Buat apa?

JUNI

(enggan)
Acara perpisahan.

TIA

Acara perpisahan? Kamu yang menerima piala Cipta Cita?

Juni mengangguk.

TIA

Wow... Selamat Juni. Kamu berarti lulusan terbaik.

JUNI

Yah...

TIA

Kamu kan jenius. Kamu pantas menerimanya Jun.

JUNI

Ya terima kasih.

Juni segera menyimpan Tab-nya.

TIA

Tunggu dulu... Tapi... Bagaimana dengan 'Kejadian' itu?

JUNI

'Kejadian' itu? Kamu tahu?

TIA

Ohh ya... Itu sangat memalukan. Aku rasanya mau mati kalau jadi kamu. Oopps.. Maaf, aku gak bermaksud...

JUNI

Gak papa. Itu sudah berlalu. Aku sudah melupakannya.

TIA

Benar, kamu benar. Itu sudah berlalu. Kamu pasti bisa pidatonya.

JUNI

Ya... Tentu saja, aku akan mempelajarinya sampai bisa.

TIA

Walau... Ya... Banyak orang yang setelah latihan beberapa kali tapi tetap saja gagal. Latihan saja belum tentu menjamin.

JUNI

Berlatih dan berlatih. Aku pasti bisa jika serius berlatih.

TIA

Entahlah Jun.. Tapi kamu termasuk kasus yang cukup parah...

JUNI

Aku akan latihan lebih keras.

TIA

Mereka berdiri menggigil. Bicara dengan gugup... Akhirnya menangis di pentas... Tidak tahu apa yang mereka lakukan di atas sana... Kebanyakan gagal...

Juni keringatan, mengeluarkan ekspesi kaget dan takut. Tia tersadar bahwa omongannya membuat Juni takut.

TIA (CON'T)

Tapi kamu pasti bisa...

JUNI

Oh... TIdak... Aku tidak akan bisa...

TIA

Apa yang kamu katakan. Kamu kan akan berlatih.

JUNI

Latihan saja belum tentu menjamin.

TIA

Kamu bilang kamu akan latihan terus dengan keras.

JUNI

Kamu sendiri yang bilang sudah banyak orang yang latihan terus menerus tapi tetap gagal.

TIA

Tapi kamu kan jenius. Kamu bisa belajar dengan cepat.

JUNI

Tapi aku termasuk kasus yang cukup parah.

TIA

Ya kamu benar. Maaf.

JUNI

Kamu membuatku takut.

TIA

Maaf Jun. Aku gak bermaksud buat nakut-nakutin kamu. Maaf.

Juni frustrasi. Dia menggaruk-garuk kepalanya berpikir.

JUNI

Hey, tawaranmu masih berlaku?

TIA

Tawaran?

JUNI

Ya, untuk membantu aku. Kamu bisa bantu aku untuk bisa berpidato?

TIA

Serius? Kamu mau jadi bahan eksperimen aku?

JUNI

Demi pidato ini aku rela.

Tia berpikir sejenak. Dia seperti mempertimbangkan sesuatu.

TIA

Oke. Tapi aku tidak menjanjikan 100 persen akan berhasil.

JUNI

(ngotot)
Rencana ini harus berhasil...
(mengambil nafas, menenangkan diri)
Baiklah, tidak ada pilihan lain. Setidaknya kita mencoba.

TIA

(mengulurkan tangan untuk bersalaman)
Transaksi.

JUNI

(mengulurkan tangan)
Transaksi.


INT. KELAS — DAY

Siswa-siswa duduk dalam kelompok-kelompok kecil sesuai pembagian kelompok sejarah. Kelas sedikit ribut karena siswa-siswa berdiskusi atau sekedar berbicara dengan siswa lain.

Ibu Dena duduk di mejanya sedang menilai bertumpuk-tumpuk tugas latihan siswa.

Anggota kelompok Juni tampak sibuk dengan urusan masing-masing. Ani sedang mencorat-coret chord nada di bukunya. Budi sedang membaca buku sejarah. Bobby bermain games di HP. Juni dan Tia mengambil saat ini untuk berdiskusi tentang rencana mereka.

TIA

(sambil menulis di buku)
Jadi kita harus menghilangkan kegugupan kamu di depan panggung. Sejak kapan itu terjadi?

JUNI

Aku tidak tahu.

TIA

(dengan memberi gesture tanda kutip) Apakah 'Kejadian' itu merupakan yang pertama?

JUNI

Ya... Tidak... Dari dulu aku tidak suka berdiri didepan orang banyak

TIA

Oke. Kita perlu menyusun persiapan, mengatur waktu latihan. Tapi dengan banyaknya tugas dan persiapan US. Aku tidak yakin waktunya cukup untuk...

Bobby mengambil buku tulis Tia.

TIA (CON'T)

Bobby, kembalikan!

IBU DENA

(mengetuk meja)
Pelankan suara kalian. Jangan ribut.

Kelas menjadi sedikit tenang. Namun beberapa saat kemudian kembali menjadi ribut.

Ani dan Budi ikut penasaran dengan hal yang baru terjadi.

BOBBY

Apa ini? Apa yang sedang kalian lakukan? Tentang 'Kejadian' itu?

TIA

(suara yang lebih pelan)
Kembalikan Bob!

Tia merebut kembali bukunya. Namun Bobby tidak mau menyerahkannya.

TIA (CON'T)

Ini untuk pidato perpisahan! Kembalikan!

ANI

Pidato? Bagaimana dengan 'Kejadian' itu?

Budi yang sedang asyik membaca buku sejarah merasa terganggu.

BUDI

Hey. Kalian sedang ngapain? Bisakah kita fokus dengan tugas sejarah?

JUNI

Ini bukan urusan kalian. Kembalikan buku itu! Dan kenapa semua orang terus menyebutkan kata 'Kejadian'.

ANI

Hoo... Semua orang tahu 'Kejadian' itu Jun. Itu adalah legenda!

BUDI

Legenda apa?

ANI

(melihat ke Budi)
Kecuali anak satu ini.

BOBBY

Semua orang tahu Jun. Semua warga sekolah tahu.

TIA

Sudahlah. Itu sudah lama berlalu. Tidak perlu diungkit-ungkit lagi.

BUDI

Aku tidak tahu. Kasih tahu... Kasih tahu...

CU TABLET

Pada tablet terbuka suatu halaman website seperti youtube. Video yang terbuka berjudul "Siswa Gugup Memuntahkan Segalanya".

Video itu adalah video amatir yang diambil dari sisi penonton, menampilkan Juni yang sedang berada dipanggung dengan beberapa siswa lain. Mereka berbaris rapi, Juni berada di tengah. Seorang Pria yang seperti orang penting sedang membagikan piala dari ujung. 

Tiba-tiba Juni muntah. Siswa-siswa disekitarnya langsung mundur. Lalu Juni muntah lagi. Terdengar penonton bergumam jijik. Juni muntah lagi.

BOBBY

Kejadian tersebut menjadi topik utama di media berminggu-minggu. Jangan salah, kejadian itu membuat nama sekolah kita menjadi semakin terkenal.

BUDI

Aku tidak paham. Kenapa Juni melakukan hal itu? Apakah kita seperti itu jika mendapat piala?

ANI

Kamu bodoh ya? Itu namanya demam panggung.

TIA

Hey! Jangan berkata kasar. Juni terkena demam panggung, Bud. Dia tegang kalau harus berada di depan panggung.

BUDI

Demam? Aku baru tahu ada demam panggung. Kamu sudah minum obat Jun? Pilih yang rasa jeruk! Aku suka rasa jeruk!

Mereka semua ternganga mendengar perkataan Budi.

ANI

Ya ampun. Anak ini sudah gak waras. Emang dikirain demam panas.

BOBBY

Hey lihat... Ini.. Ada lagi...

JUNI

Oh tidak... Sudah hentikan.

Tidak ada yang mendengarkan kata-kata Juni. Mereka semua melihat ke Tablet.

CU TABLET

Sebuah Video berbeda. Dengan Judul "Siswa Muntah Lagi". Video ini merupakan versi editan dari video asli. Video di remix sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah lagu pendek yang lucu. Seperti video "Jeremy Tetty" atau "Demi Tuhan".

BOBBY

Juni Juni... Menerima piala saja kamu takut. Bagaimana mau berpidato? Saranku, lebih baik kamu mundur.

Bobby menirukan gaya ayam yang kabur sambil mengepak-ngepakkan sayap.

JUNI

Yah terima kasih atas sarannya Bob. Cukup membantu... (serius) Bagaimanapun juga, aku harus bisa menyampaikan pidato di acara perpisahan nanti.

ANI

Kamu cukup bilang betapa kamu bahagia disini dan ucapkan terima kasih kepada kepala sekolah. Itu saja, apa masalahnya.

BUDI

Pidato apa? Kalian cerita apa sebenarnya.

ANI

Kamu tidak tahu apa-apa? Kamu tidak tahu Piala Cipta Cita?

BUDI

Tidak. Piala apa? Cita-cita?

BOBBY

Cipta Cita. Itu adalah sebuah piala bergengsi disekolah kita.

ANI

Piala itu hanya diterima oleh satu orang setiap tahunnya. Siswa lulusan terbaik Sekolah Cipta Cita. Siswa terbaik itu akan menjadi perwakilan seluruh angkatan untuk memberikan pidato perpisahan. Dan Juni yang demam panggung ini adalah penerima Piala Cipta Cita untuk tahun ini.

TIA

Berpidato mungkin mudah untuk kalian. Tapi tidak untuk Juni. Kita harus membantu Juni.

ANI

Tidak, maaf. Apa untungnya buatku membantu Juni.

BOBBY

Ya. Kenapa aku harus membantu kamu? Kenapa mengorbankan waktuku untuk kamu Jun!

TIA

Kalian jahat sekali. Tidak butuh alasan untuk membantu orang lain.

ANI

(ke Tia)

Jangan naif. Kita tidak hidup di negeri dongeng, ibu peri...

Tia kesal namun menahan diri.

TIA

Oke oke... Baiklah, jika kalian mau membantu Juni. Tentu saja tidak gratis. Aku dan Juni akan mengerjakan seluruh tugas sejarah. Kalian tidak perlu mengerjakannnya.

BUDI

Tapi aku mau mengerjakannnya! Tidak adil!

TIA

Oke. Ralat. Juni, aku dan Budi yang akan mengerjakannya.

BOBBY

Tidak cukup. Itu terlalu mudah. Tugas sejarah tidak terlalu sulit.

TIA

Baiklah. Kamu mau apa?

BOBBY

Hmm... Apa ya.. Aku tahu, bantu aku belajar matematika...

ANI

Menarik. Aku sangat lemah di matematika. Tapi tidak cukup... Aku juga butuh uang jajan tambahan untuk... Bagaimana kalau untuk sebulan penuh?

TIA

Itu namanya pemerasan!

BOBBY

Ayolah Tia. Matematika bagi Juni mungkin hanya batu kerikil. Bagiku itu adalah batu besar.

ANI

Uang jajan juga. Juni kelihatannya tidak miskin. Bagaimana Jun?

Juni lalu membentuk grup diskusi kecil berdua dengan Tia.

TIA

Kita tidak dapat melakukannya hanya berdua Jun.

JUNI

Aku tidak tahu Tia. Bisakah kita mempecayai mereka? Kenapa kita harus minta tolong mereka?

TIA

Terpaksa. Tidak ada jalan lain. Kita harus mengejar waktu. Kita bisa memakai jam pelajaran sejarah untuk berlatih.

JUNI

Baiklah. Semoga keputusannmu benar.

Mereka kembali menghadapi anggota kelompok sejarah yang lain.

JUNI

Oke teman-teman. Baiklah. Tapi kalian harus membantuku sampai aku benar-benar bisa.

BOBBY

Harus jelas batas waktunya. Sampai sebelum ujian. Aku tidak mau waktu ujianku terganggu.

TIA

Kamu benar. Rencana ini harus berhasil sebelum ujian dimulai. Rencana ini akan kusebut....

Tia melihat ke sekelilingnya. Mencari ide. Dia melihat ke Papan Tulis. Tertulis : Perjuangan Kemerdekaan RI. Di buku pelajaran dia melihat tulisan : Hari Kemerdekaan jatuh pada tanggal 17 AGUSTUS 1945.

Tia menulis di buku nya. Semua orang memperhatikan.

BOBBY

(membaca)
Rencana Kemerdekaan Juni 2022

TIA

Keren Kan?

Ani lalu mencoret tulisan itu.

BOBBY

(membaca)

Rencana Penyelamatan JUNI

ANI

Tadi itu seperti tulisan yang dibaca kakekku di korannya. Ini baru keren

TIA

(sedikit tersinggung)
Oke, Rencana Penyelamatan Juni juga keren, tidak masalah... Walau terlalu simple...

Tia dan Ani saling bertatap sinis.

JUNI

(memutus ketegangan)
Baiklah. Kalian harus berhasil membuatku bisa berpidato sebelum ujian dimulai. Bagaimana?

ANI

Ok, janji. Tidak masalah.

BOBBY

Janji sobat. Apa susahnya mengajarkan orang pidato.










Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar