Rencana Literatur Kehidupan SMA
6. Act II : Sequence #6
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. JALAN — DAY

Mika dan Diar jalan. Mereka mengobrol sambil berjalan.

MIKA

Kamu cucunya Eyang Guntur ya?

DIAR

Kata siapa?

MIKA

Tadi Pak Sarif bilang kalo mobilnya dulu punya Eyang kamu dan-

Om dan Lia lewat naik motor.

OM

Ooy!

DIAR

Ooy!

Mika dan Diar melambai.

MIKA

Kalo dulu cuman ada satu mobil di daerah sini pasti mobil punya juragan.

DIAR

Ya, Aku cucunya juragan. Mau minjem berapa?

MIKA

Ah nggak, cuman mau nanya. Kalo Eyang Guntur punya perusahaan apa ya?

DIAR

Oh, perusahaan kita itu penimbun dan penyedia jasa broker barang antik dan bersejarah. Disini kami bertanggung jawab pada pembajakan, pemalsuan, dan penjualan barang curian. 

MIKA

Itu udah lama?

DIAR

Selama... Kamu tahu undang-undang PBB, UNIDROIT Treaty, dimana seorang importir wajib mengecek keaslian dan kepemilikan suatu barang saat membeli barang bersejarah. Selama Indonesia tidak meratifikasi undang-undang tersebut maka perusahaan kami akan selalu jadi penguasa pasar gelap.

MIKA

Hahaha, Diar, kamu psikopat apa?

DIAR

Hm?

MIKA

Salah satu tanda psikopat itu berbohong tanpa alasan. Terus dari kemarin, dari tadi, kamu boong terus.

DIAR

Boong apa?

MIKA

Waktu kemaren pura-pura gak kenal sama Om.

DIAR

Aku cuman pengen tahu, kamu kenal sama dia apa gak.

MIKA

Waktu tadi kamu katanya dibolehin staff perpus, padahal tutup lebih awal.

DIAR

Aku kan staff perpus.

MIKA

Sukarelawan?

DIAR

Sukarelawan banget.

MIKA

Ah, ya ampun.

DIAR

Terserah sih, percaya atau nggak. Tapi faktanya, 20 persen barang di musium itu asli, 80 persennya ada di perusahaan Eyang Guntur.

MIKA

Diem, tolong.

DIAR

Haha, kamu orangnya peka. Padahal sepintas, tapi bisa langsung tahu. Yang waktu Lia juga.

MIKA

Lia keliatan banget sih, suka sama Pak Sarif. 

Diar tertawa.

MIKA

Btw, sorry. Aku nanya hal gitu soal keluarga kamu.

DIAR

Hm, gapapa.

MIKA

Aslian? Aku kira kamu tipe orang yang ngunci privasi, makanya sering boong.

DIAR

Hah! Masa.

MIKA

Oh yah, waktu itu aku liat kembang api dari rumah kamu. Ada acara apa ya?

DIAR

Oh, itu. Aku mesen kembang api online terus dibakar di taman. Aku aja itu mah, anak orang kaya. Haha.

Lia tersenyum namun matanya tahu Diar berbohong.


EXT. JALAN — DAY

Matahari semakin tenggelam. Mika dan Diar tiba di perempatan kemaren mereka berpisah.

MIKA

Mungkin sampe disini aja?

DIAR

Ehmm, dadah.

Mika melambaikan tangan. Mereka berjalan menuju jalan masing-masing. Namun baru beberapa langkah.

DIAR

OYAH!

Mika kaget sampai liat ke arah Diar.

DIAR

Nama kamu siapa?

MIKA

Hah? Oh! Kita belum kenalan ya? Aku udah tahu nama kamu kok.

DIAR

Ya, kan, udah kesebut.

Mika tersenyum.

DIAR

Namaku Diar, kamu siapa?

MIKA

Nama aku Mika. Salam kenal.

DIAR

Salam kenal, Mika. Oke, dah.

Diar melambaikan tangan sambil berlalu. Mika masih diam di tempatnya.

MIKA

Diar! 

DIAR

Kenapa?

MIKA

Kamu punya nomor hp?

Diar mendekati Mika dan mengeluarkan HPnya.

Mika mengambil Hpnya.

Dari kejauhan di balik semak pinggir jalan, Om dan Lia mengintai. Motornya parkir tersembunyi.

LIA

Aku baru tahu namanya Mika.

OM

Kita ngapain disini.

LIA

Ssstt... Kayaknya mereka tukeran kontak.

Kembali ke Diar dan Mika, sudah bertukar kontak.

DIAR

Oke? Aku coba

Hp Mika berbunyi.

MIKA

Oke. bisa

DIAR

Ya udah kalo gitu.

Mika berjalan mundur, balik badan. 

DIAR

Mika kamu mau tahu soal kembang api waktu itu?

Mika berhenti, menengok Diar lalu mengangkat dagu.

MIKA

Pak Sarif suruh kamu nganter aku sampe rumah kan?

Diar tersenyum menyusul Mika.

POV dua pasang mata tersenyum melihat Mika dan Diar jalan bersama. 


EXT. JALAN - DEPAN RUMAH MIKA — DUSK

Matahari mulai hilang, oranye mengomplemen biru gelap langit sore. Malam merasuk langit ufuk timur. Lampu jalan menyala. 

DIAR

Kamu gak perlu percaya yang penting aku udah jujur sekarang.

MIKA

Aku percaya, kok. Tapi kalian dikasih opsi lain gak sama Eyang, biar wasiatnya bisa dikompromi?

DIAR

Hmmm... Nggak. Tapi kita pasti terus yakinin Eyang buat ubah pikiran.

MIKA

Berusaha aja, belum ditentuin tanggalnya, kan?

DIAR

Yah, semoga aku gak tambah sial atau kenapa-napa.

Mika tertawa. Mika belok ke rumahnya.

MIKA

Ini rumah aku. 

DIAR

Kalo gitu aku...

MIKA

Ati-ati, semoga gak tambah sial atau kenapa-napa.

DIAR

Haha, dah.

Diar jalan balik arah. 

Tiba-tiba, suara gledek. Hujan deras seperti shower terbuka lebar. Mika terkejut.

Diar berhenti dan tersenyum ke arah Mika.


INT. RUMAH MIKA — NIGHT

Hujan deras terdengar. Mug panas di atas meja depan Diar.

DIAR

Aku merasakan kutukan.

MIKA

Kalo kamu ngerasa sial, kamu bakal lebih peka terhadap ke-tidak-beruntungan kamu yang lain. Padahal normal aja, setiap hari masalah ada.

DIAR

Mungkin. Kalo kamu masalahnya apa aja? Nulis?

MIKA

Pasti.

DIAR

Tapi kamu kayak tahu banget soal cerita itu harus gimana, apa tadi soal konkrit?

MIKA

Konkrit tuh, bukan harus real, logis, atau gimana. Yang penting, pembaca ngerti dan ngerasain cerita kamu.

DIAR

Gimana orang ngerti tanpa logika?

MIKA

Abstrak, sih. Makanya, gak mungkin gak ada masalah. 
(beat)
Misal ya, yang aku rasain itu ketika seorang bocah SMA berusaha bersaing dengan orang dewasa di luar sana. Aku tuh jadi pengen nunjukin kalo aku sama pinternya dengan mereka gitu, ngerti gak?

Diar menggeleng.

DIAR

Hmm?

Mika berjalan menuju tasnya di meja di samping, mesin tik yang rapi siap kerja. Dia mengambil berkas folder di sebelahnya. Dia mencari lembar tertentu. Mika memberi selembar kertas tulisan.

MIKA

Nih, baca.

Diar membaca tulisan Mika.

DIAR

Malam itu hujan deras, namun suara hujan tidak bisa membungkam kerasnya detak jangtung Deris...

MIKA

Gak-gak-gak, nih

Mika menunjuk kalimat di kertas. Diar baca.

DIAR

Oh, Gapapa kok aku cuman ngebantu sedikit, emangnya apa yang kamu dapet dari shakespeare? Bianka tersenyum lalu menjawab. Apa yang salah?

MIKA

Shakespeare! Name Dropping! Itu kayak aku nunjukin : Hey liat aku punya referensi bagus, lo. Shakespear! Ya, ampun amatir banget

DIAR

Nanti juga tambah jago, tenang aja.

MIKA

Mungkin.

DIAR

Orang tua kamu mana?

MIKA

Gak tau.

DIAR

Hah?
(nyadar)
Oh, sorry. Aku...

MIKA

Ah, gapapa. Aku gak tahu orang tua aku dari kecil.

DIAR

Terus kamu disini sama siapa?

MIKA

Bibi.

DIAR

Bibi kamu nggak ngasih tahu orang tua kamu dimana?

MIKA

Haa... Aku cuman pernah nanya sekali. Tapi katanya dia gak tahu dan keluarga juga gak ada yang ngomongin, jadi ga pernah tanya lagi.

DIAR

Aku... Euh, Sorry.

MIKA

Tadi aku juga nanya soal keluarga kamu. Tapi karena kamu udah jujur, kayaknya gak ada masalah aku ngasih tahu.

DIAR

Pendapat kamu tentang wasiat Eyang gimana?

MIKA

Aku gak mau... Beropini tentang itu.

Diar berdiri lalu berjalan mendekati Mika.

DIAR

Kalau misal kamu yang nulis literatur kehidupan aku, apa yang bakal kamu tulis?

Mika merasakan tantangan, dia berusaha lebih dekat ke Diar.

MIKA

Aku mau tulis sama seperti yang sudah terjadi. Cuman aku mau kamu kenal sama aku lebih cepet dan membuat momen ini 100 halaman lebih panjang.

DIAR

Oh yah? Endingnya gimana?

MIKA

Aku bisa aja jadi idealis dimana akhir cerita terasa nyata dan realistis tanpa gimmick macem-macem...

DIAR

Idealismu itu realistis?

MIKA

Ya... Aku, kan, nulis kehidupan kamu, berarti aku juga ada, dong?

DIAR

Kamu mau ada dalam cerita aku?

MIKA

Nggak...

DIAR

Nggak?

MIKA

Maksudnya, kalo aku ada di cerita kamu, aku mau ceritanya realistis. Soalnya hidup aku udah kebanyakan hayalan sih.

DIAR

Hmm..

Jarak mereka semakin dekat, muka depan muka. Dan ketika keduanya hampir membuat kontak...

MIKA

Eh, denger gak?

DIAR

Apah?

MIKA

Ujannya udah berhenti.

DIAR

Oh.


EXT. JALAN — NIGHT

Mika berdiri di beranda rumah. diar di jalan di sorot lampu jalan.

DIAR

Dadah.

MIKA

Dadah.

Mika melihat Diar berjalan pergi. Diar melihat kebelakang sebentar sambil berjalan. 

Mika tersenyum lalu balik ke dalam.


INT. RUMAH MIKA — NIGHT

Mika berjalan ke dalam, dia mengelilingi ruang tengah. Dia tersenyum sambil berpikir. 

Tiba-tiba, Mika seperti seorang yang mendapat pencerahan, dia berhenti. 

Mika berjingkrak menuju mesin tik di meja, duduk di kursi, lalu mulai mengetik.


EXT. DRIVEWAY RUMAH DIAR — NIGHT

Diar berjalan sambil senyum-senyum sendiri.

PAK ANDAR

Woy, rencananya sukses mas?

OM

Keliatannya, Pak.

Diar berjalan sambil mendekati mereka berdua.

DIAR

Eh, Pak gimana Eyang?

Kata Diar sambil salim ke bapaknya.

PAK ANDAR

Masih kayak biasa.

DIAR

Hmm.

PAK ANDAR

Gimana tadi?

DIAR

Tadi gimana?

PAK ANDAR

Ya udah, kalo gak mau kasih tahu. Tapi rencana apapun itu jangan sampe orang yang bersangkutan tersakiti, oke?

DIAR

Hm.

PAK ANDAR

Mobilnya Sarif udah selesai?

Diar ragu menjawab. Dia melirik Om. Om memberikan gesture : Maaf!

DIAR

Udah.

PAK ANDAR

Oh... Udah malem nih, besok kalian pada sekolah, kan? 

OM

Ya Pak, aku balik dulu.

Om salim ke Pak Andar.

PAK ANDAR

Oke, Om, saya titip salam ke orang tua kamu, ya.

OM

Siap, Pak.

Pak Andar masuk ke rumah. Om dan Diar jalan ke motor Om.

DIAR

Kamu ngapain cerita soal mobil?

OM

Ya, ga tau kita lagi ngobrol gak sengaja, kesinggung soal kita main ke rumah Pak Sarif.

DIAR

Terus soal Mika?

OM

Kamu tahu namanya? Pinter.

DIAR

Hm. Kamu ketularan sarkas bapak, deh. Kamu gantiin aku jadi anaknya sana. Sekalian wasiatnya juga.

OM

Ketularan kau, mungkin.

DIAR

Hm.

Om naik ke motornya dan menyalakan mesin.

OM

Soal rencana kamu, aku gak mau nuntut kamu apa-apa. Bapak kamu juga ga mau kamu kepaksa nurutin wasiat Eyang, Eyang juga pasti mikir sama.

DIAR

Yah, aku juga mikir kalo wasiat Eyang cuman buat ngetes cucunya doang.

OM

Pokoknya apapun itu rencana kamu, aku harap berakhir bahagia diiringi jingle MVP.

DIAR

Good game.

Om pake helm. 

OM

Yo. Dah.

Motor om melaju. Diar melambai. 

Diar menatap langit malam. Langit cerah setelah hujan.


INT. SEKOLAH - KELAS LIA — DAY

Pelajaran Bahasa Indonesia oleh Pak Sarif. Pak Sarif menjelaskan dengan semangat, kelas terlihat antusias. 

Lia yang duduk palng depan mengacungkan tangan bertanya. Pak Sarif menjawab.

Mika duduk di belakang dekat jendela, memperhatikan mereka. Mika menulis sesuatu di buku catatan.


INT. SEKOLAH - PERPUSTAKAAN — DAY

Diar melayani beberapa murid yang meminjam.

Mika datang ke hadapan Diar sambil meminjam buku juga. Mereka malah membuat percakapan kecil. Sstt... seseorang mengsinyal mereka yang mengobrol. 

Diar dan Mika menahan tawa dan berusaha biar tidak berisik.


INT. RUMAH JURAGAN - KAMAR EYANG GUNTUR — DAY

Pak Andar membawakan obat buat Eyang Guntur. Eyang guntur tersenyum. 

Pak Andar senyum balik sambil memastikan Eyang Guntur meminum obatnya.


INT.SEKOLAH - RUANG GURU — DAY

Lia membawakan tugas-tugas anak kelas ke meja Pak Sarif. Mereka membuat percakapan.

Ehem, Mika di pintu mencoba menari perhatian Lia. 

Pak Sarif dan Lia terusik. Lia pergi keluar ruang guru sambil melambai.

Pak Sarif melambai balik. Bu Susan memandangi Pak Sarif sambil mengeleng.


EXT. SEKOLAH - SUDUT RAHASIA — DAY

Di Gazebo Om, Diar dan Pak Sarif ngobrol. Mereka tertawa sejenak. Pak Sarif mengambil rokok dan mengeluarkan satu batang lalu menaruhnnya di mulutnya.

Om menyita batang itu dan bungkusnya. Lalu memberikan gesture : “Jangan”.


INT. SEKOLAH - KANTIN — DAY

Lia dan teman-temannya ada di kantin. Mereka bersenda gurau.

Mika ada di antara mereka terlihat senang.


INT. SEKOLAH - KELAS DIAR — DAY 

Mika datang ke kelas Diar. Mereka ngobrol di depan pintu. Mika memegang buku yang dia pinjam dari Pak Sarif. Dia memberikannya pada Diar.

Dari kejauhan di dalam kelas seorang mengamati mereka, Om dan Daril.

Daril memasang muka masam.

Bu Susan masuk ke kelas. Terhalang oleh dua rang yang ngobrol di pintu Bu Susan berdehem. 

Mika dadah-dadah lalu pergi.


INT. SEKOLAH - SEKRE LITERATUR — DAY

Lia dan Diar terlihat berdebat. Om melihat mereka sambil mengetik di laptopnya. Mika memiliki notes di depannya, untuk mencatat debat, merespon pada debat mereka dan Lia sepertinya setuju dengannya. 

Mika bangkit dari kursinya lalu berjalan ke arah belakang Om.

Om mengetik ceritanya dengan judul : Kacau Dunia Perikanan.


INT. SEKOLAH - SEKRE LITERATUR — DAY

Sabtu depannya, orang-orang memakai baju berbeda. Lia memantau Om mengetik ceritanya. Sambil sesekali membantu Om memilih kata.  

Diar berada di belakang Mika yang mengetik. Diar tidak bisa berbuat apa-apa. Kecuali, mencarikan berkas jika Mika meminta.

Datang Pak Sarif melihat anak bimbingannya. Dia memakai baju bebas, layaknya anak muda biasa. Dia membawa snack.


INT. SEKOLAH - SEKRE LITERATUR — DAY

Om berdoa dengan keras sebelum dia mengupload entry cerpennya ke website majalah lomba.

Diar dan lainnya ada di belakang Om.

Om mengklik send.

Dan semua terlihat lega.


EXT. RUMAH PAK SARIF — DAY

Pagi berembun, Pak Sarif merenggangkan tubuhnya. 

Tukang Pos lewat dengan motor dan memberikan amplop ke Pak Sarif.

Pak Sarif berterimakasih sambil tukang pos berlalu.

Dia membuka amplop itu. Dia membuka kertas yang terlipat.

Di atas kertas itu terulis : Pemenang Runner Up V.


INT. SEKOLAH - SEKRE LITERATUR — DAY

Scene perayaan juara cerpen Om dilangsungkan.

LIA

Om bersulang, om

Lia menawarkan sulang, dengan mug. Om mengangkat tangannya semua mengikuti.

OM

Cheers, gaya barat

Cheers! mereka meneguk mug mereka. Diar berkata :

DIAR

Juara 5 sih, tapi siapa yang kira cerita kayak gitu menang...

Orang-orang tertawa.

Mika tersenyum melihat semua orang disekelilingnya.

LIA

Anterin aku ke toilet, yuk.

MIKA

Yuk.

Para lelaki mengobrol. Para gadis keluar sekre.


INT. SEKOLAH - TOILET — DAY

Lia keluar dari kamar kecil berjalan ke wastafel. Dia cuci tangan.

MIKA

Aku masih gak nyangka, lah.

LIA

Ceritanya Om menang?

MIKA

Nggak, aku gak nyangka kalo sekre bakalan rame lagi.

LIA

Oh... Dulu ada siapa emangnya?

MIKA

Waktu aku masuk kelas satu ada beberapa anak kelas tiga. Setelah naik kelas, kakak-kakak pada lulus. karena dulu cuman aku yang masuk jadinya sendiri doang.

LIA

Terus tahun ini gak ada anak kelas satu ikut ya? Kalo 3 orang yang ga aktif gimana?

MIKA

Oh itu ada anak cowok yang aku kenal. Dia ngajak dua temennya, daftar tapi gak kumpul.

LIA

Aw... Coba aja aku bisa kumpul selain hari Sabtu.

MIKA

Kamu bisa kok, tapi pas aku ajak pasti ada rencana.

LIA

Euh...

MIKA

Padahal cuman main ke rumah Pak Sarif. Emangnya kenapa sih? Bukannya udah tunangan?

Kata Mika mengejek sambil keluar toilet.


EXT. SEKOLAH - LORONG — DAY

Mika menyusuri lorong. Lia di belakang baru keluar dari toilet berusaha menyusul.

LIA

Yah, emang kamu pikir aku atau Diar mau nerima wasiat gitu aja .

MIKA

Jadi kalian ada rencana?

LIA

Ia itu rencana.

MIKA

Hah?

LIA

Eyang Guntur nyampeinnya gak jelas tapi selama kita punya rencana sama orang lain, Eyang gak akan maksain wasiatnya ke kita.

MIKA

Oh itu maksudnya rencana.

LIA

Ia.

Lia diam sejenak, lalu menutup mulut : Apa yang telah aku lakukan!


INT. SEKOLAH - SEKRE LITERATUR — DAY

Di sekre Diar, Om, dan Pak Sarif diskusi gak jelas.

DIAR

Sebenernya justifikasi dari konten eksplisit pada kartun jepang itu bisa dilihat dari jumlah pertumbuhan penduduk. Mereka kan minus, lebih banyak kematian dari kelahiran. Jadi konten tersebut ada untuk mempersuasi anak muda agar bisa lebih berkontribusi terhadap statistik itu.

PAK SARIF

Kamu tuh pinter tapi gak bijak, gimana kalo cewek-cewek masuk pas kamu ngomong gitu.

OM

Bener lo pak, contoh lain liat sinetron india, ceritanya sama semua : pernikahan 100 episode ga kawin-kawin, perempuan ngerebut suami orang, mertua jahat. Itu kan simbol frustrasi seksual. Sekarang liat kepadatan penduduk mereka.

DIAR

Ya, makanya Indonesia ngimpor sinetron India.

OM

Ya, masalah sama.

PAK SARIF

Gila anak SMA.

Mika dan Lia masuk. Ketiga lelaki itu kaget.

OM

Woahampir.

PAK SARIF

Untung aja.

DIAR

Hahaha.

Mika dan Lia bergabung bersama mereka.

MIKA

Hayo kalian ngomongin apa?

DIAR

Ah... psychoanalysis?

OM

Freud.

MIKA

Oh ya okey, pasti lagi diskusi gak jelas

Mika duduk menghadap mereka bertiga. Lia di belakang pura-pura ngambil minum.

OM

Oh ya Mika, novel kamu gimana? udah sebulan gak ada kabar.

MIKA

Oh ya, rencananya ada bagian yang mau aku ubah.

DIAR

Bagian mana?

MIKA

Aku mau nambah karakter cewek lagi, mungkin jadi subtitusi karakter Bianka. Jadi kemungkinan Bianka jadi pemain pembantu atau diilangin sama sekali.

Mereka bertiga melihat ke arah yang berbeda. Berusaha menghindari pandangan Mika dan memahami situasi.

PAK SARIF

Ehem-ehem.

Pak Sarif mengode Lia. Lia kaget.

PAK SARIF

Aduh aku haus nih. Lia minum aku ada di tas kayaknya tolong, dong.

LIA

Yang mana pak?

Pak Sarif beranjak ke Lia.

PAK SARIF

Haduh... disini nih
(berbisik)
Kenapa ini? aku merasakan agresi.

Lia berbisik. was wes wos.

PAK SARIF

Oke...

MIKA

(ke om dan diar)
Gimana kalian ada rencana abis pulang sekolah?

Lia dan Pak Sarif menggestur : gak ada, dengan kedua tangan mereka masing-masing.

OM

Euh... Kalo aku sih ada rapat osis deh.
(liat jam tangan)
Oh ya, tu bentar lagi. Aku cabut duluan, ya.

Om bergegas pergi. Lalu didekat pintu :

PAK SARIF

(berbisik)
Parah kau, Om.

OM

GG.

MIKA

Ati-ati, Om.

OM

Oyah.

Om keluar dari sekre.

MIKA

Kalo Diar ada rencana abis ini?

Lia dan Pak Sarif menggestur (lagi) : gak ada, dengan kedua tangan mereka masing-masing.

DIAR

Aku gak ada kayaknya, pulang aja abis ini.

MIKA

Aku juga pulang, deh.

DIAR

Novel kamu gimana?

MIKA

Aku ketik di rumah aja. Aku gak bawa barang-barang, kok.

Mika keluar, pergi ke arah kanan.

Mereka menghembuskan napas panjang.

Tiba-tiba ketukan di pintu. Mereka kaget. Om masuk.

OM

Gimana tadi?

LIA

Kamu kemana?

OM

Emangnya aku bisa bantu apa?

DIAR

Lia pasti bilang-bilang.

LIA

Maaf ya..


EXT. LORONG SEKOLAH — DAY

Diar, Om, dan Lia berjalan bertiga.

OM

Abis ini kamu gak ke rumah Pak Sarif?

LIA

Gatau, aku juga ngerasa gak enak. Harusnya aku mikir : dia juga ngerasain apa yang Mika rasain.

Mereka berjalan terus sampai di belokan. Om memberhentikan mereka berdua.

LIA

Waw, kenapa?

Om menunjuk ke arah gerbang ada Mika menunggu seorang. Mereka memantau Mika dari sudut tembok.

OM

Diar kamu mau gimana?

DIAR

Dia pasti gak akan nyerah sampe aku ngomong ke depan mukanya langsung.

OM

Good luck.

DIAR

Have fun.

LIA

Diar, mungkin kamu ngerasa berat buat ngejelasin ke Mika. Tapi pasti lebih baik kamu yang ngomong duluan sebelum ditanya.

DIAR

Hah?

LIA

Jangan nunggu ditanya dulu-

DIAR

Hah?

LIA

Jangan nunggu-

DIAR

Hi-Hah!

Diar pergi duluan ke arah Mika, sambil ngeledek Lia.

Om melirik Lia.

LIA

Kalo sekarang aku tahu salah apa.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar