Rencana Literatur Kehidupan SMA
2. Act I : Sequence #2
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. RUMAH JURAGAN - GAZEBO TAMAN — CONTINUOUS

4 orang di gazebo berbincang terinterupsi oleh kedatangan seorang Karliah, eh, Lia.

TANTE RISA

Hmmm... Ada ribut-ribut apaan tuh?

TANTE RIKA

Itu Lia deh kayaknya, Lia dateng, ka.

TANTE RINDA

Bukannya dia lagi di Jerman?

TANTE RISA

Sendiri? Orang tuanya mana.

DIAR

Mati.

Tante Rinda menepuk Diar.

TANTE RINDA

Meninggal.

TANTE RISA

Innalilahi, kapan?

TANTE RIKA

Apaan sih, kok gak tau? Udah dari kecil, kan.

TANTE RINDA

Orang tuanya meninggal kecelakaan pas dia umur 5.

TANTE RIKA

Dua-duanya?

TANTE RINDA

Hm-hmm... (iya).

TANTE RISA

Terus dia di Jerman make apa?

TANTE RINDA

Warisan.

TANTE RISA

Bapaknya kaya?

DIAR

Bapanya itu, dulu adiknya Ibu sekaligus tangan kanannya Bapak dan dia dulu CEO PT. Guntur Surya Dijaya.

TANTE RIKA

Bapaknya siapa?

DIAR

Bapaknya Lia.

TANTE RISA

Bukannya CEO itu Bapak kamu?

TANTE RINDA

Ia, kan, dulu.

TANTE RIKA

Dulu kenapa?

DIAR

Dulu bapaknya bukan Bapak aku.

TANTE RISA

Bapaknya?

TANTE RINDA

Iah.

TANTE RIKA

Bapanya Lia?

DIAR

Maksudnya bapak aku kan?

TANTE RINDA

Iah.

TANTE RIKA

Oh Bapaknya Lia...

Geram.

DIAR & TANTE RINDA

Bapanya Lia dulu adiknya ibu aku sekaligus tangan kanan bapak aku dan bapanya lia dulu CEO PT. Guntur Surya Dijaya.

Beat. 

TANTE RIKA

Bapaknya Guntur?

Diar dan Tante Rinda. Ugh...

TANTE RISA

Kok bapaknya Guntur? Guntur mah bapaknya kamu!

TANTE RIKA

Bukannya bapaknya kamu?

TANTE RINDA

Ssuush.. Lianya dateng.

Lia datang menghampiri 4 orang ini.

LIA

Halo tante Rinda. Tante Risa. Tante Rika.

Lia salim satu-satu. Lia menatap Diar.

DIAR

Napa?

LIA

Kamu ngejelek-jelekin aku ya?

DIAR

Hah? Baru dateng, juga.

Bruk. Om dan Sarif menumpuk barang-barang Lia, berat hampir berjatuhan.

LIA

Kenapa dibawa? Nanti juga mau pergi lagi.

Om dan Pak sarif melihat satu sama lain.

DIAR

Om, pa kabar? Pak.

Diar menjabat tangan Om, secret handshake. Diar mengambil tangan Pak Sarif untuk cium tangan, namun Pak Sarif menarik tangannya jadi jabat tangan biasa.

Om melihat pakain Diar yang kuleuheu, kontras dengan orang-orang yang berdandan rapi.

OM

Kamu baru bangun tidur apa?

DIAR

Emang gak boleh aku di rumah sendiri baju kayak gini?

PAK SARIF 

Abis paket malem dia, warnet...

OM

Oh.

DIAR

Lia, katanya tadi mau pergi lagi emangnya kesini mau apa?

TANTE RIKA

Ia kok cepet-cepet banget.

LIA

Aku dipanggil bapaknya Diar kesini... Tapi gak tau kenapa. Mungkin, disuruh nengok Eyang Guntur. Tapi pas aku kesini ada acara. Emangnya ada acara apa sih?

Tiba-tiba lampu redup. Sorotan lampu pada panggung. 

Semua orang terhening. Kita mendengar decitan suara kursi roda.

Muncul sesosok dari bawah. Seorang Eyang 80 tahunan rambut dan jenggot putih di atas kursi roda dan Pak Andar yang mendorongnya. Orang-orang terpaku sopan melihat wibawa Eyang.

Eyang itu adalah EYANG GUNTUR. Sebuah mic diberikan kepada Eyang.

EYANG GUNTUR

Aah... Selamat malam dan terima kasih sudah pada datang para saudara, keluarga, kerabat, dan sahabat. Saya melihat ke sekililing saya dan saya merasa dua puluh tahun lebih muda. 

Eyang guntur tersenyum. Orang-orang tertawa sopan.

EYANG GUNTUR

Tapi, hal ini justru membuat saya mengidamkan dementia. Mengapa? Karena tidak ada detik saya lupa kalau saya tak henti bertambah tua. Kapal-kapal besar tenggelam, menara-menara tinggi roboh, dan eyang tua bangka mati.
(beat)
Maka dari itu, seperti orang tua lainnya yang akan menyambut ajal, saya akan memberi wasiat. Dan ada satu wasiat yang ingin bisa saya lihat dan terlaksana sebelum saya istirahat. Saya ingin mengawinkan Diar Surya Dijaya, putra Andar Surya Dijaya dan Rima Adinda Sari, dengan Karliah Dewi Ananda, Putri Sukma Derajat dan Wirahmawati!

Tante Risa melompat dari kursinya.

TANTE RISA

HAAAH??!

Ekspresi wajah, Diar, Lia, Pak Sarif, dan Audience terkejut. Ekspresi wajah tenang, Tante Rinda, Pak Andar, dan Om sudah tahu.

Kita mendengar suara mesin tik.

GADIS (V.O.)

Deris bertanya, terus dari mana kau tahu sebuah pertemuan sudah ditakdirkan? Bianka mengerutkan dahi....


INT. KAMAR MIKA — NIGHT

Suara itu adalah suara seorang gadis yang duduk di depan mesin tik. Dia mengetik sambil melafalkan apa yang dia tulis. Gadis ini bernama MIKA.

MIKA

Ummmm, terus darimana taunya kalau seorang bertemu dengan belahan jiwanya? Tanya Deris...
(bingung)
Gimana ya? Ummm gimana ya??

Mika berlari ke kasurnya yang berserakan dengan buku, kertas draft dan bahan referensi sambil Mika sibuk mencari berkas referensi tertentu. 

Mika mendapat kertas yang mungkin dia cari. Dia berdiri dan berjalan ke jendela yang telah terbuka. 

Jarinya menelusuri lembaran demi lembaran. 

Di luar jendela sekumpulan cahaya di balik pohon berkelip.

EYANG GUNTUR (PRELAP)

Untuk itu saya ucapkan terima kasih-


EXT. RUMAH JURAGAN - TAMAN RUMAH — NIGHT

Sekumpulan cahaya itu adalah acara di rumah Pak Andar.

EYANG GUNTUR

-kepada para saudara, keluarga, kerabat, dan sahabat karena telah datang dipertunangan nak Diar dan nak Karliah.

Eyang Guntur menjentikkan Jarinya.

Seketika KEMBANG API menyulut langit malam. Suara ledakan menggelegar.

Audience acara terkesima.


INT. KAMAR MIKA — NIGHT

Mika melihat kembang api dari jendela kamarnya. Dia melupakan referensi di tangannya. 

Dia bersandar ke bibir jendela, mengagumi kembang api tersebut.

Kembang api semakin besar membutakan penglihatan dan pendengaran.


INT. RUMAH JURAGAN - KAMAR EYANG GUNTUR — NIGHT

Eyang guntur duduk bersandar di atas kasur. Lia mondar-mandir di depan eyang. Diar duduk di kursi pojok ruangan.

LIA

Tapi Eyang, gimana dengan sekolah aku di Jerman?

EYANG GUNTUR

Ya, sekarang kamu sekolah disini, di sekolahnya Diar.

LIA

Oke, bukan itu aja masalahnya Eyang pernah liat anak SMA pake cincin tunangan?

EYANG GUNTUR

Belum juga dikasih cincinnya, Lia udah gak sabar make?

Lia kelu geram dan malu(?).

LIA

A... bukan gitu, eyang kenapa sih? Kenapa sih maksa jodohin anak orang? Gak bilang-bilang, lagi.

EYANG GUNTUR

Kalo eyang bilang-bilang mana mau kamu naik pesawat kesini.

LIA

Ya, tapi gak bisa gitu dong. Semua orang punya rencananya sendiri.

EYANG GUNTUR

Rencana? Kamu punya rencana? Sama siapa?

LIA

Hah? Sama siapa?

EYANG GUNTUR

Ia, sama siapa?

Lia terbata ragu menjawab.

LIA

A.. Uh.. Ah, udah aku balik aja!

Lia berjalan ke arah pintu.

EYANG GUNTUR

Eee... Mau kemana balik ke Jerman? Passport kamu ada di Eyang.

Eyang menunjukan passport Lia di tangannya.

LIA

Oh, makasih.

Lia mencoba mengambil passportnya dari tangan Eyang. Dengan cepat Eyang guntur menghindari sergapan Lia.

EYANG GUNTUR

Tadi eyang nanya, belum di jawab. Sama siapa?

LIA

Aa...

Lia merah padam menahan marah, atau malu? Tidak tahan, Lia keluar menggebrak pintu.

Eyang hanya tersenyum meliaht tingkah laku Lia.

EYANG GUNTUR

DIAR!

Diar bangun loyo berjalan ke ujung kasur kaki Eyang Guntur.

DIAR

Kepana, Eyang?

EYANG GUNTUR

Kamu gak ada keberatan dengan wasiat Eyang?

DIAR

Hmmm... Nggak keberatan, sih. Cuman Diar penasaran aja, tadi Lia nanya Eyang gak jawab. Kenapa, sih, Eyang maksa jodohin anak orang?

EYANG GUNTUR

Kamu juga punya rencana sendiri?

Diar diam tidak menjawab hanya menggeleng sedikit.

DIAR

Rencana kayak gimana?

EYANG GUNTUR

Nggak kan? Ya sudah.

Diar berjalan mendekat ke sebelah Eyang Guntur.

DIAR

Bukan ya sudah, Diar masih belum ngerti kenapa? Lagian bau tanahnya belum kecium, kok.

Eyang Guntur tertawa tertahan.

EYANG GUNTUR

Kamu memang mirip bapak kamu kalo soal sarkasme.

DIAR

Hah, mungkin... Miriplah, sedikit. Orang-orang bilang Diar mirip ibu, Kalo itu Diar setuju. Indera penciuman ibu tajam.

Kedua orang itu tertawa hangat, melihat ke satu sama lain.

DIAR

Kenapa, Eyang?

EYANG GUNTUR

Sini.

Diar duduk di kasur, samping eyang.

EYANG GUNTUR

Kamu tahu soal orang tua Lia?

DIAR

Hm-hm (iya)

EYANG GUNTUR

Ha-heum-ha-hmm, jawab yang bener.

DIAR

Iya, Eyang.

EYANG GUNTUR

Sekarang Lia tinggal sendiri, gak ada yang nemenin, gak ada yang ngurusin. Eyang mau di keluarga kita gak ada yang tertinggal. Jadi, Eyang minta tolong jaga Lia ya? Urus dia juga.

DIAR

Eyang, Lia itu hebat, lo. Kalo dia gak dipanggil ke sini, dia pasti sibuk buat ujian kuliah di Jerman. Kalo Diar jalanin wasiat Eyang, bukan Diar yang ngurusin Lia, Lia yang ngurusin Diar.

EYANG GUNTUR

Nah-nah-nah, di situlah kamu belajar tanggung jawab dan ketika kamu sudah mengerti kamu bisa ngerasain bagaimana harga diri seorang lelaki.

DIAR

Hah?

EYANG GUNTUR

Kamu tahu harga diri seorang lelaki?

Eyang guntur melontar kepalan tangannya ke selangkangan Diar (sengaja gak kena). Diar refleks menutupi daerah sakralnya.

EYANG GUNTUR

Itu! Oke? Harga diri!

Eyang terkekeh. Diar agak kesal.

DIAR

Oke, apanya? Udah ah, Diar keluar ya?

EYANG GUNTUR

Diar, tapi kalo kamu mau bebas dari wasiat ini kamu punya satu pilihan.

DIAR

Apaan, kayak kutukan aja.

EYANG GUNTUR

Sini.

Eyang ingin membisikin sesuatu kepada Diar. Diar membungkuk, mendekatkan kupingnya.

EYANG GUNTUR

Buat rencana.

DIAR

Rencana?

EYANG GUNTUR

Rencana, oke? Sama siapa aja. Kalo kamu udah punya rencana nanti kita ngobrol lagi.

DIAR

Hah, oke...

EYANG GUNTUR

Jangan lupa harga diri!

Kepalan tangan melayang (sengaja gak kena).

DIAR

Yah, oke! Dadah.

Diar keluar kamar.


INT. RUMAH JURAGAN - RUANG TENGAH — NIGHT

Di luar kamar ada Om menunggu Diar.

OM

Hey.

DIAR

Om.

OM

Kenapa tadi? Aku liat Lia keluar kaya orang kesel.

DIAR

Dia emang kesel. Kalo kamu kenapa belum pulang?

Diar terus berjalan keluar rumah. Om menyusul.

OM

Tadi ngebantuin barangnya Lia.

DIAR

Dia nginep di sini?

OM

Ya...

DIAR

Agh.

Pak Andar tiba-tiba muncul.

PAK ANDAR

Hey, Om.

OM

Om.

PAK ANDAR

Tadi saya belum sempet nyapa. Gimana orang tua kamu? Sehat?

OM

Sehat Om, makasih.

PAK ANDAR

Dua-duanya?

OM

Dua-duanya, Om.

PAK ANDAR

Yaaah...

Diar dan Om melihat satu sama lain.

PAK ANDAR

Sekarang mau kemana, Om?

OM

Pulang pak.

PAK ANDAR

Oh ya udah, ati-ati. Diar anterin keluar.

Om cium tangan ke Pak Andar. Diar juga.

Pak Andar pergi ke kamar Eyang Guntur.

OM

Kenapa setiap ketemu, bapak kamu nanyain kabar orang tua aku?

DIAR

Ati-ati, Om. Nanti diadopsi.


EXT. RUMAH JURAGAN - DRIVEWAY — NIGHT

Diar dan Om keluar rumah. Motor merah antik 2 tak Om parkir di depan beranda.

OM

Gimana kata-kata Eyang?

DIAR

Katanya aku harus buat rencana.

Om naik ke atas motor lalu menghidupkan mesin.

OM

Ia tahu aku denger. Jadi gimana rencananya?

DIAR

Aku ada rencana buat 9 jam ke depan.

Diar ikut naik ke jok motor.

OM

Hah? mau kemana?

DIAR

Warnet, anter.

OM

GG. Eh, apaan, besok udah sekolah tau!

DIAR

Hah?


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar