Puppy Love
11. Dua Garis

58. EXT. RUMAH GENDHIS — SIANG

Nyaring suara mangkok yang dipukul dengan sendok seolah saling bersahutan dengan nyaring suara burung yang berkicau dalam sangkar di teras rumah Gendhis. Seorang penjual bakso mendorong gerobaknya melewati mobil SUV Ganta yang terparkir di depan rumah Gendhis, sembari terus memukuli mangkok dengan sendok di tangannya.

SUKMA (O.S.)
Relung! Handuk taruh tempatnya! Kok ngak malu sama Ganta, kamarnya selalu rapi!
GANTA (O.S.)
Sama saja kok, Tan. Berantakan juga.


CUT TO :


59. INT. DAPUR RUMAH GENDHIS — SIANG

Potongan-potongan buah naga dan pisang yang sudah beku dimasukkan ke dalam blender, kemudian mesin itu menyala dan melumatkan kedua buah menjadi satu hingga konsistensi kental yang berwarna merah muda. Gendhis menekan tombol off blender kemudian menuangkan isinya ke dalam empat mangkok berukuran sedang.

Relung yang berjalan melewati Gendhis dengan handuk disampirkan di pundak kirinya, menghentikan langkah kaki dan melongok ke atas meja dapur.

RELUNG
(mengangkat mangkok yang telah terisi)
Bikin apaan sih?
GENDHIS
(menyita kembali mangkok dari tangan Relung)
Ish! Ntar tumpah mas Relung ah! Sana, sana taruh handuk dulu!
RELUNG
Bikin apaan? Jus? kok dimangkokin gini sih. Aneh.
GENDHIS
Ish! Bawel. Ntar nggak suprise lagi. Udah sih sana! Bilangin Mama nih! Maaa!
RELUNG
(membekap mulut Gendhis)
Kebiasaan ih, tukang ngadu!
GENDHIS
(memukul tangan Relung hingga terlepas)
Lagian ribut amat sih, tinggal makan doang. Pokoknya enak dan seger deh! Dijamin! Sana ah mas Relung, jemur tuh handuk!

Relung beranjak ke ruang jemuran yang tak jauh dari dapur, sementara Gendhis membuka tutup toples dan menyendok kepingan almond dari dalam toples, kemudian ia taburkan ke atas smoothie.

Sementara Gendhis membuka toples berisi Granola, Relung yang baru kembali dari ruang jemuran segera mencomot kepingan almond di dalam toples.

RELUNG
Ntar malem, kita jadi nonton?
GENDHIS
(menabur granola dengan cantik di atas smoothie)
Jadi dong!
RELUNG
Tumben malam minggu nggak jalan, kemana emang cowoknya?
GENDHIS
(menoleh pada Relung dan menatap sinis)
Dia punya nama lho, Mas. Dimzi, namanya tuh Dimzi.
RELUNG
(mencomot granola dalam toples yang dipegang Gendhis)
Iya tau, udah sebulan masa nggak tau. Kemana emangnya?
GENDHIS
(menyerahkan toples granola pada Relung dan membuka wadah blueberry)
Lagi nge-MC, kan dia nyambi kerja. Hebat yah, Mas. Segitu IPK nya tetap tiga koma delapan lho!
(meletakkan beberapa butir blueberry di atas smoothie)
Ntar malem mas Dimzi nge-MC acara di hotel Ambarukmo.

Relung tidak menjawab, ia justru mencomot buah blueberry dalam wadah kotak yang dipegang Gendhis.

GENDHIS (CONT'D)
Nah yang bikin aku kagum, mas Dimzi tuh struggling banget. Dia dari keluarga sederhana, jadi sebisa mungkin hasil kerjanya dikirim juga untuk orang tuanya.
RELUNG
(mengunyah blueberry)
Masa sih, bukan karena gantengnya.
GENDHIS
(tersipu dengan senyum lebar)
Yah, bukan sekedar ganteng doang, satu kampus tuh ngejer-ngejer Mas Dimzi. High quality jomblo banget deh dia tuh!
(membawa dua mangkok)
Tolong bawain dong, Mas.
RELUNG
(membawa dua mangkok lainnya)
Ow, jadi karena merasa tertantang apa beneran jatuh cinta nih?


CUT TO :

60. INT. CAFE — MALAM

Sebuah garis tercetak dengan sangat jelas, sementara garis di atasnya tercetak samar-samar pada sebuah alat tespek kehamilan yang diselipkan pada sebuah buket bunga mawar putih yang tergeletak di atas meja, tepat di samping ponsel Dimzi.

Kedua tangan Dimzi menggenggam tangan Tika, kepalanya tertunduk dalam. Sementara Tika justru mengabaikan Dimzi dengan sesekali menyeka air matanya.

TIKA
(terisak)
Kamu jahat... jahat banget.

Dimzi mengangkat kepala, memutar pandangan pada cafe yang terlihat sepi.

DIMZI
(kembali memutar pandangan)
Kita ngobrol ditempat lain, yuk. Malu kalo ada orang lihat kamu nangis begini.
TIKA
(menggeleng tegas dan menarik tangannya dalam genggaman Dimzi)
Harusnya ini tuh jadi makan malam yang romantis, aku bikin kamu suprise. Tapi aku benar-benar nggak ngira reaksi kamu justru kayak begini.
DIMZI
(menunduk sesaat)
Aku minta maaf, tapi aku juga benar-benar kaget.
TIKA
Kok tega-teganya kamu meragukan ini anak kamu?!

Dimzi menyeka rambut dengan kedua tangannya, lalu menghembuskan nafas panjang dan dalam.

DIMZI
Oke, aku minta maaf. Aku salah.
(menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan yang tertangkup)
Sekarang kita harus gimana? Mau kamu terusin atau...
TIKA
(terhenyak hingga beranjak dari kursi)
Maksud kamu apa, Mas? Kamu pengen, aku gugurin kandungan ini?

Seorang pelayan tergopoh-gopoh menghampiri meja Dimzi dan Tika yang terletak di pojok cafe, membuat Tika terpaksa kembali duduk.

PELAYAN
Maaf mas, motornya menghalangi mobil mau keluar. Motornya di kunci stang.
DIMZI
(beranjak dari kursi)
Oh! Sebentar, Mas!

Bergegas Dimzi mengikuti pelayan tersebut menuju ke parkiran cafe, meninggalkan Tika yang kembali menyeka air matanya.


CUT TO :

61. EXT./ INT. MOBIL GANTA — WAKTU YANG SAMA

Mobil SUV melaju di jalan Solo, Ganta dibelakang kemudi fokus pada jalan didepannya dengan sesekali menoleh tersenyum pada Gendhis yang asik bernyanyi sesuai lagu yang diputar di radio.

GENDHIS
(membesarkan volume)
Ada disampingku setiap hari. Jadi sandaran ternyaman.

Relung yang duduk di kursi tengah memajukan tubuhnya, hingga nyaris berada di antara keduanya. Ia menyodorkan ponselnya.

RELUNG
Udah habis semua nih! Harusnya pesan dari pagi.
GANTA
(melirik sekilas pada ponsel yang disodorkan Relung)
Nonton midnight aja. Coba cek, masih ada nggak?
RELUNG
(segera mengutak-atik ponselnya)
Sek yo, semoga ada.
GENDHIS
(menoleh dengan antusias)
Midnight nih jadinya? Aku ajak mas Dimzi boleh nggak? Kalo jam 9, dia udah selesai nge-MC.

Sontak Relung mengeraskan gerahamnya, ia tidak menjawab dan justru melirik Ganta.

GANTA
(mengelus kepala Gendhis)
Boleh.

Relung terhenyak dengan wajah kesal, ia menjatuhkan punggungnya pada sandaran kursi tengah. Lalu kembali mengutak-atik ponsel dengan kasar.

GENDHIS
(membuka layar ponsel)
Asek! Asek! Aku telpon dulu, yah!

Ganta melirik Relung dari spion tengah, ia menyandarkan tangan kanan pada pinggiran pintu lalu genggaman tangannya menutupi bibirnya untuk mengurangi rasa marah.


CUT TO :


62. INT. CAFE — WAKTU YANG SAMA

Alat tespek kehamilan bergetar di tangan kanan Tika, ia tak kuasa menahan isak tangisnya. Sementara tangan kirinya mengusap-usap perutnya yang masih tampak rata. Isak tangisnya terhenti begitu ponsel Dimzi yang tergeletak di atas meja berbunyi. Tika segera meraihnya dengan tangan kiri.

INSERT : LAYAR PONSEL DIMZI

Panggilan voice call dari Gendhis dengan profile picture Dimzi merengkuh kepala Gendhis.

Tika tersentak, ia menggigit bibir bawahnya. Tangannya semakin bergetar, ia kembali menyeka air mata dengan tangan kanan yang masih menggengam alat tespek kehamilan. Jari Tika merubah voice call menjadi video call.


63. EXT./ INT. MOBIL GANTA — WAKTU YANG SAMA

Buru-buru Gendhis meletakkan ponselnya yang berbunyi pada dashboard lalu membongkar isi tasnya.

GANTA
(keheranan melihat tingkah Gendhis lalu kembali fokus ke jalan)
Kenapa?
GENDHIS
(mengeluarkan lipstik dan cermin dari dalam tas)
Mas Dimzi video call, harus cantik dong.
RELUNG
(memajukan tubuhnya, melongok ke arah Gendhis)
Yaelah, gelap! Mana keliatan! Rempong amat sih.
GANTA
(sembari menyetir tangan kirinya menghidupkan lampu didalam mobil)
Masih cantik kok.
GENDHIS
(mengoles liptik pada bibirnya)
Nggak pe-de, ah. Abis makan.

Sedikit merapikan rambut, tangan kanan Gendhis menyentuh layar ponselnya untuk menerima video call dari Dimzi.

GENDHIS
(tercengang mengamati layar)
Siapa, yah? Mas Dimzi mana?

64. INTERCUT — PERCAKAPAN VIDEO CALL

TIKA
Harusnya gue yang tanya, siapa lo?

Gendhis tercengang, sementara Relung semakin mencondongkan tubuhnya agar bisa melihat layar ponsel Gendhis. Ganta yang menyetir berkali-kali menoleh ke arah layar ponsel Gendhis, ia tak lagi fokus pada jalan raya didepannya.

TIKA (CONT'D)
Gue pikir profile picture mas Dimzi sengaja dikosongin. Ternyata di hide dari gue yah, karena dia pajang foto bareng lo. Wajah lo kayak familier, kita pernah ketemu dimana yah?
GENDHIS
(terbata)
K-kamu siapa? mas Dimzi mana?
TIKA
(tertawa sinis)
Pacarnya dong! Lo pikir siapa? Mas Dimzi lagi ke toilet.

Relung dan Ganta bolak-balik bertukar pandangan, Ganta perlahan menginjak pedal rem dan menyalakan lampu sein kiri. Mobil yang semula melaju kencang, perlahan menepi ke kiri dan berhenti di pinggir jalan dengan mesin masih menyala.

GENDHIS
(terbata dengan air mata mulai mengalir)
P-pacar?
TIKA
Eh maaf, bukan pacar.
(menunjukkan alat tespek kehamilan pada layar)
Calon istri.

Tiba-tiba Dimzi merebut ponselnya dari tangan Tika, membuat ia sekilas muncul pada layar dan sambungan video call pun terputus.


CUT TO :

65. INT. CAFE — WAKTU YANG SAMA

Tika beranjak dari kursinya dengan nafas yang memburu, air matanya deras bercucuran. Sementara Dimzi berdiri mematung dengan ponsel di tangannya.

TIKA
(menampar wajah Dimzi)
Bajingan! Lo bajingan!

Tika menghabiskan amarahnya dengan memukuli dada Dimzi bertubi-tubi, sedangkan Dimzi hanya berdiri memantung membiarkan Tika meluapkan emosinya. Tak sepatah kata pun ia lontarkan hingga pukulan Tika melemah dengan sendirinya. Dimzi merengkuh tubuh Tika, memeluk sekedarnya.


CUT TO :

66. EXT./ INT. MOBIL GANTA — WAKTU YANG SAMA

Tangis Gendhis pecah namun tanpa suara, tubuhnya tersungkur berguncang hebat dengan kedua tangannya menutupi wajah. Tangan Relung hendak mengusap bahu Gendhis namun tangan Ganta dengan cepat justru mencegahnya, ia menggeleng pada Relung.

GANTA
(berbisik nyaris tanpa suara)
Biarin dulu.

Perlahan tangis Gendhis mereda, ia membuka kedua tangan yang menutupi wajah dan mengangkat kepalanya. Ganta segera menyodorkan tissue.

GENDHIS
(membersihkan wajah yang basah dengan tissue)
Boleh nggak nontonnya lain kali aja?
GANTA
Lain kali aja.
(mengusap lembut kepala Gendhis)
Mau martabak Mandala Krida?
GENDHIS
(membersihkan ingus di dalam hidung)
Bungkus aja ya, aku pengen wedang ronde di Alkid terus kalau masih laper, makan bakmi godog pak Pele yuk di Altar.
GANTA
(menyalakan sein lampu kanan lalu menginjak pedal gas)
Siap! Laksanakan!

Perlahan Relung menyandarkan punggungnya pada jok tengah mobil, ia tersenyum lebar penuh haru mengamati bagaimana Ganta mengatasi keadaan Gendhis yang berantakan.

RELUNG (V.O.)
Aku pikir, hanya bidak catur yang Ganta tahu. Ternyata aku salah, Ganta memahami Gendhis melebihi aku, kakak kandungnya.
(menangkupkan kedua tangan di dada)
Atau diam-diam, ini cinta?


DISSOLVE TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar