54. INT. KEDAI KOPI SIGARANING ATI — SIANG
Seorang pelayan dengan tablet ditangannya beranjak meninggalkan meja Gendhis dan Dimzi. Keduanya tampak asik melanjutkan obrolan diantara riuh tawa pengunjung lainnya di kedai kopi.
GENDHIS
(tertawa yang mulai mereda)
Mas Dimzi jail banget yah, kasian ih mas Satria dikerjain segitunya!
DIMZI
Jaman SMP tuh Satria culun banget anaknya, pendiem anteng. Tau tuh, kenapa sekarang jadi sangar gitu.
GENDHIS
Karena ditempa terus, jadi bulan-bulanan prank!
DIMZI
(terbahak)
Bisa jadi! Bisa jadi!
GENDHIS
(tersenyum penuh makna)
Tapi mungkin justru itu yang bikin mas Dimzi dan mas Satria sahabatan yah...
DIMZI
(mengusap kepala Gendhis)
Mungkin...
CUT TO :
55. EXT./INT. KANTIN FAKULTAS KEDOKTERAN — WAKTU YANG SAMA
Beberapa mahasiswi tampak berseliweran menopang nampan dengan kedua tangannya sembari mencari meja yang masih kosong. Sementara mahasiswi lainnya mengerubungi lapak-lapak kios penjual makanan. Sarah mencubit lengan Satria yang tengah memandangi para mahasiswi, kepalanya ikut sibuk mondar-mandir ke kanan dan ke kiri.
SARAH
(jemari Sarah masih mengunci pada lengan Satria)
Seger yah, Mas!
SATRIA
(terkekeh sembari mengaduh kesakitan)
Ampun, ampun...sakit! Tau sendiri kan, kantin kampus tehnik mesin gersang kering kerontang.
SARAH
(mengencangkan cubitannya)
Ow! Jadi boleh dipuas-puasin, gitu?!
SATRIA
(semakin mengaduh dan merengek)
Ampun, babe! Sakit banget cubitan kamu tuh!
Sarah melepaskan tangannya, Satria segera mengusap lengan dan mengamati bekas cubitan Sarah.
SATRIA (CONT'D)
(mengusap-usap lengan)
KDRT... bakal biru nih...
Sarah mendengus kesal sembari menarik segelas es teh manis miliknya yang sudah setengah gelas, lalu ia teguk sedikit.
CUT TO :
56. INT. KEDAI KOPI SIGARANING ATI — WAKTU YANG SAMA
Pintu kedai kopi terbuka, lonceng kecil yang terpasang tepat di atas daun pintu pun nyaring berbunyi.
PELAYAN (0.S.)
Selamat datang di Sigaraning Ati!
Meja Gendhis dan Dimzi yang tak jauh dari pintu masuk membuat keduanya reflek melempar pandangan pada pintu yang terbuka. Gendhis tersenyum geli.
DIMZI
(menoleh sekilas lalu kembali mengutak-atik layar ponsel)
Kreatif yah, setiap ada pengunjung yang baru datang langsung disapa.
GENDHIS
(semakin mengembangkan senyum)
Kreatif dan effort banget, kan. Semua pelayan lho yang menyapa. Jadi nggak cuma sapa ala kadarnya gitu.
DIMZI
Emang apa sih artinya sigaraning ati?
GENDHIS
(tersipu)
Belahan jiwa.
DIMZI
(menggeletakkan ponselnya di atas meja)
Kamu dong.
GENDHIS
Maksudku, sigaraning ati itu artinya belahan jiwa. Tadi mas Dimzi kan,
Dimzi menarik lembut tangan Gendhis dan menggenggamnya. Sontak membuat Gendhis terperanjat dan semakin tersipu, ia mengalihkan pandangannya dari Dimzi.
DIMZI
(menatap Gendhis)
Iya, tadi aku tanya. Maksudku...kamu belahan jiwaku.
GENDHIS
(menarik tangannya dari genggaman Dimzi)
Kebiasaan ih! Ngerjain mulu! Iseng! nge-prank! mas Satria sih udah kebal yah diisengin. Kalau aku tetep shock sih walau cuma prank.
DIMZI
(mengusap-usap dahinya sembari tersenyum kecut)
Gendhis... Gendhis... Kok kamu nggak percaya sih. Emang aku segitunya tampak konyol yah di mata kamu?
GENDHIS
(tercengang dan terbata)
B-Bukan gitu maksudku, Mas.
DIMZI
(menarik nafas dalam)
Kalau aku nggak serius, masa foto kita jadi profil picture di semua akun chat dan medsos.
GENDHIS
(terbahak sembari menonjok pelan bahu Dimzi)
Ih! Itu kan foto sunrise. Wajar aja kalo dijadiin profile picture.
Rahang Dimzi mengeras menahan kesal, ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Kemudian menekan gambar foto dan mengangkat ponselnya ke udara.
DIMZI
(tangan Dimzi merangkul bahu Gendhis)
Satu, dua, tiga...
Meski terperanjat namun Gendhis memaksa diri untuk senyum begitu kamera ponsel mengambil foto.
DIMZI (CONT'D)
(tangan Dimzi beralih pada kepala Gendhis, mendekatkan dengan bahunya)
Cheese!
Gendhis pun tersenyum tersipu malu begitu kamera ponsel mengambil foto. Sementara Gendhis masih membisu dan salah tingkah, Dimzi justru fokus mengutak-atik ponselnya.
DIMZI (CONT'D)
(meletakkan ponselnya di atas meja dan menatap Gendhis lekat)
Aku tahu, aku nggak sesempurna itu di mata kamu. Aku juga tahu, ada cowok lain yang lebih pantas buat kamu dengan backgrond kehidupan yang lebih baik juga.
(menarik nafas dalam)
Tapi aku tulus, aku beneran sayang sama kamu. Aku beneran serius sama kamu.
Dimzi menarik lembut tangan Gendhis dan kembali menggenggamnya, sementara Gendhis semakin salah tingkah dengan irama jantung yang tak karuan.
GENDHIS
(menggigit bibir bawahnya)
Maksudnya pacaran, kan? Bukan nikah.
DIMZI
(tersenyum geli)
Kita nggak harus tergesa-gesa, Gendhis.
(menatap tajam Gendhis)
Tapi tujuanku kesana, bukan untuk main-main buang waktu. Aku pengen punya seseorang yang bisa bikin aku lebih baik, bisa nemenin sampai tua dan terlebih bisa terima baik dan buruknya aku.
(tertunduk sesaat lalu kembali menatap tajam Gendhis)
Dan, aku juga nggak ngerti...kenapa aku justru merasakan ini ke kamu. Cewek yang bahkan baru hitungan minggu aku kenal.
GENDHIS
Aku juga nggak sempurna kok, Mas. Tapi kalo memang niatnya serius...
(menganggukan kepala)
Kita sama-sama belajar lebih baik ya.
Gendhis tersipu malu, sementara Dimzi tersenyum lebar dengan raut wajah yang riang. Kemudian Dimzi mengecup lembut punggung tangan Gendhis.
CUT TO :
57. EXT./INT. KANTIN FAKULTAS KEDOKTERAN — WAKTU YANG SAMA
Satria menjejalkan sesendok suapan terakhir nasi goreng kambing ke dalam mulutnya. Sementara Sarah masih asik dengan mie ayam dihadapannya, sesekali menggigit pangsit goreng.
SARAH
(mengunyah dengan kening berkerut)
Menurut kamu, mas Dimzi itu serius nggak sih sama Gendhis?
SATRIA
(meneguk segelas es teh manis)
Nggak tau yah, tapi dia sempat bilang kalau Gendhis ini nggak gampang dibaperin.
SARAH
(menggulung mie dengan garpu)
Oh, gitu...emang cuek sih anaknya. Jadi harus extra effort.
SATRIA
(mendengus)
Tapi kalau soal serius, nggak tau juga ya. Dimzi tuh bandel dan bosenan anaknya. Ntar ketemu bawa si A, minggu depan udah beda lagi.
SARAH
(meletakkan garpu yang sudah berlilitkan mie)
Hah?! Maksudnya mas Dimzi playboy gitu? Masa sih? Di Fakultas Kedokteran tuh dia terkenal cowok cool lho. Nggak ada satu pun kakak senior yang berhasil ngedeketin dia.
SATRIA
Ah itu kan, sekedar pencitraan. Disini aja dia cool, diluar dia belingsatan. Stock ceweknya bejibun jadi harus digilir satu-satu biar semua kebagian.
Spontan cubitan Sarah mendarat di lengan Satria yang segera membuat Satria mengaduh kesakitan.
SATRIA (CONT'D)
Sakit, Beb! Aduh! Kamu kenapa sih?
SARAH
(melepaskan cubitannya)
Kok nggak bilang kalau mas Dimzi playboy! Jangan macem-macem yah. Gendhis itu temenku!
SATRIA
(mengusap-usap lengannya)
Yang playboy siapa...yang teraniaya siapa.
SARAH
Pokoknya aku nggak mau tau ya! Awas aja kalo mas Dimzi mainin Gendhis. Mas Satria ikut bersalah.
SATRIA
(terbelalak tidak terima)
Loh, kok aku?! Tuh kan! yang playboy siapa, yang diancem siapa. Apa hubungannya aku sama kelakuan Dimzi. Emang aku emaknya?!
Satria dan Sarah yang sedang ribut sendiri tidak menyadari kondisi kantin Fakultas Kedokteran yang tiba-tiba riuh, beberapa mahasiswi menatap nanar dan meratapi ponsel di tangan mereka sementara mahasiswi lainnya yang turut mengerubungi berdesakan mencoba mencuri lihat yang terpampang di layar ponsel.
SARAH
(mendorong mangkok mie ayamnya menjauh)
Yah, justru itu. Kalau mas Satria tau kayak gimana sahabatnya, harusnya dari awal bilang dong. Minimal kasih tau aku, jadi aku bisa warning ke Gendhis. Jangan malah diem aja!
SATRIA
(menarik mangkok mie ayam milik Sarah)
Lah, kan bukan aku yang ngenalin mereka berdua.
(menjejalkan mie ayam ke dalam mulutnya dengan kesal)
Pas kita naik ke Prau, ternyata mereka berdua udah saling kenal. Iya, kan?
(menjejalkan lagi mie dengan kalap)
Dan, aku nggak ada niatan sama sekali untuk comblangin mereka.
MAHASISWI #1 (0.S.)
Lihat dong! Lihat! Siapa sih?!
MAHASISWI #2 (O.S.)
Geser ih! Gantian!
Sarah yang menyimak semua ucapan Satria dengan fokus mulai terganggu dengan riuhnya kantin, ia menoleh ke sekitar meja dan menemukan beberapa kerumunan mahasiswi yang tengah mengamati layar ponsel.
SATRIA
(mencomot segelas es teh manis milik Sarah lalu meneguk habis)
Kalau pada akhirnya mereka jadi semakin dekat setelah dari Prau, it's beyond my control and I owe nothing to explain!
(mendorong mangkok kosong lalu menatap Sarah)
Kamu dengerin aku nggak sih, babe?
SARAH
(menoleh ke belakang dan ke samping)
Iya, denger...mie ayamku udah habis dan you owe nothing to explain.
Satria yang keheranan dengan sikap Sarah, ikut memutar kepala mengamati keadaan kantin yang lebih dari sekedar riuh.
SATRIA
Ada apaan yah? Pada ngeliatin apa sih?
SARAH
Nggak tau, aku juga penasaran.
MAHASISWI (0.S.)
Yang ceweknya siapa sih itu?
SATRIA
(menoleh ke belakang lalu membuka layar ponsel miliknya)
Bokep siapa kesebar nih? Bagi link aja sih, daripada ribut.
SARAH
(memukul lengan Satria)
Hush, ngaco ah!
Mata Satria terbelalak menatap layar ponselnya, reflek ia memukul balas lengan Sarah.
SATRIA
Dimzi sama Gendhis!
SARAH
(merebut ponsel Dimzi)
Bokep?! Nggak mungkinlah!
(menatap layar ponsel Satria)
Ini profile picture mas Dimzi di wassap? Foto kapan ini? So sweet banget kepala Gendhis di rengkuh gitu.
Sontak Satria merengkuh kepala Sarah yang segera ditepis tangan Sarah.
SARAH (CONT'D)
Kita pantesnya berantem, nggak sweet-sweetan begini.
MAHASISWI #1
(berjalan melewati meja Satria dan Sarah)
Beruntung banget ceweknya, diposting di semua medsos lho! Gila sih ini!
MAHASISWI #2
(mengekor di samping mahasiswi #1)
Ceweknya maba kan?
Mata serta kuping Satria dan Sarah menyimak dua mahasiswi yang baru saja melintasi mereka, keduanya tercengang.
SATRIA
Mungkin yang kali ini serius.
DISSOLVE TO :