49. INT. WARMINDO — MALAM
Dua mangkok indomie telur goreng dan dua gelas es teh manis diletakkan di atas meja Dimzi dan Satria, keduanya pun segera mengaduk mie di mangkoknya masing-masing.
Satria hanya tersenyum sinis sembari mengunyah mie di dalam mulutnya. Matanya ia alihkan pada pelanggan warmindo yang baru saja datang.
Dimzi terbahak dan segera meneguk segelas es teh manis untuk mengosongkan kerongkongan.
Satria meneguk habis es teh manis dalam gelas miliknya, lalu serius menyimak ucapan Dimzi. Sementara Dimzi mendorong mangkok kosongnya menjauh.
CUT TO :
50. EXT. RUMAH GENDHIS — MALAM
Jalanan perumahan terlihat lenggang dan sepi, sementara lampu taman di setiap rumah sudah menyala. Terdengar kentongan dari penjual nasi goreng keliling, menggema di sepanjang jalan.
CUT TO :
51. INT. KAMAR RELUNG — MALAM
Relung tidak bergegas meski setelah Gendhis berteriak memanggilnya untuk makan malam. Jemarinya masih bergerak cepat menekan tombol-tombol pada keyboard sementara matanya fokus terkunci pada layar laptop.
Relung sama sekali tidak kehilangan fokus, ia juga tidak mengurangi kecepatan jemarinya menekan tombol-tombol.
Gendhis membuka pintu kamar Relung dan melongokkan kepalanya melalui daun pintu yang terbuka sedikit.
Gendhis menutup pintu bersamaan dengan jemari Relung berhenti menekan tombol keyboard dan kedua tangannya terangkat ke udara.
CUT TO :
52. INT. CAFE — SIANG
Jemari Tika membentuk lingkaran mengelilingi pinggiran gelas berisi lemon tea, sementara pandangan matanya terkunci pada pintu masuk cafe. Tiba-tiba senyumnya merekah, ia pun melambaikan tangan pada seseorang yang ditunggu sejak tadi.
Dimzi memanggil pelayan sementara Tika masih saja merengek manja, lalu Dimzi merengkuh kepala Tika agar bersandar pada dada Dimzi yang bidang.
CUT TO :
53. INT. KAMAR GANTA — SIANG
Papan catur dengan beberapa bidak yang sudah berpindah posisi itu dibiarkan begitu saja di atas meja, Ganta menghentikan permainan. Ia justru membungkukkan badan dan serius menatap layar laptop Relung di meja belajarnya, sementara Relung berkonsentrasi penuh menekan tombol keyboard dengan cepat.
Relung beranjak dari kursi, bertukar posisi dengan Ganta yang berdiri disampingnya. Jemari Ganta menggeser tampilan layar sementara matanya pun ikut terbelalak.
Rahang Ganta mengeras serta tangannya mengepal, sementara matanya melototi layar laptop Dimzi.
Nafas Ganta semakin menderu, amarahnya meletup-letup. Sementara matanya masih terkunci pada layar laptop. Ia bahkan tidak sedikit pun menoleh pada Relung.
Ganta menggeleng dengan pandangan masih terkunci pada layar laptop.
Relung semakin mengkernyitkan dahi, sementara Ganta beranjak dari kursi dan berdiri berhadapan dengan Relung.
Nafas Relung perlahan melambat, ia pun tak lagi menggertakan gigi.
Relung mencengkeram rambutnya dengan kedua tangan, ia membuang nafas yang panjang sembari membalas tepukan di bahu Ganta dengan keras.
DISSOLVE TO :