Puppy Love
9. Bajingan Manis

49. INT. WARMINDO — MALAM

Dua mangkok indomie telur goreng dan dua gelas es teh manis diletakkan di atas meja Dimzi dan Satria, keduanya pun segera mengaduk mie di mangkoknya masing-masing.

PELANGGAN (O.S.)
Mas, intel goreng satu sama soda gembira.
SATRIA
(mengaduk mie)
Lo sama Gendhis makin deket, serius nih kayaknya.
DIMZI
(menyuap mie)
Kapan sih gue pernah bercanda, tulus gue dab.

Satria hanya tersenyum sinis sembari mengunyah mie di dalam mulutnya. Matanya ia alihkan pada pelanggan warmindo yang baru saja datang.

PELANGGAN (O.S.)
Mas! Indomie rebus tante satu! Es nutrisari satu!
SATRIA
Bote lo! Mana ada lo tulus, lo ngejer Gendhis karena lo kalah saing kan sama si pecatur.

Dimzi terbahak dan segera meneguk segelas es teh manis untuk mengosongkan kerongkongan.

SATRIA (CONT'D)
Makanya lo berusaha kalahin si pecatur dengan ngedapetin dia.
DIMZI
(berhenti terbahak, serius dan menyelesaikan suapan terakhirnya)
Awalnya emang iya, gue ngejer Gendhis cuma pengen ngalahin si pecatur sok famous.

Satria meneguk habis es teh manis dalam gelas miliknya, lalu serius menyimak ucapan Dimzi. Sementara Dimzi mendorong mangkok kosongnya menjauh.

DIMZI (CONT'D)
(meneguk teh manis)
Tapi...
(kembali meneguk)
Gue nggak paham, kali ini rasanya beda. There's something about her...
(kembali meneguk)
yang bikin gue pengen jadi orang baik.


CUT TO :


50. EXT. RUMAH GENDHIS — MALAM

Jalanan perumahan terlihat lenggang dan sepi, sementara lampu taman di setiap rumah sudah menyala. Terdengar kentongan dari penjual nasi goreng keliling, menggema di sepanjang jalan.

GENDHIS (O.S)
Mas Relung! Makan malam! Buruan!
RELUNG (O.S.)
Iyaaa!
GENDHIS (O.S.)
Cepetan!
RELUNG (O.S.)
Bawel!


CUT TO :

51. INT. KAMAR RELUNG — MALAM

Relung tidak bergegas meski setelah Gendhis berteriak memanggilnya untuk makan malam. Jemarinya masih bergerak cepat menekan tombol-tombol pada keyboard sementara matanya fokus terkunci pada layar laptop.

GENDHIS (O.S.)
Mas Relung!
RELUNG
Nggak laper!

Relung sama sekali tidak kehilangan fokus, ia juga tidak mengurangi kecepatan jemarinya menekan tombol-tombol.

RELUNG (CONT'D)
Harus dapet!

Gendhis membuka pintu kamar Relung dan melongokkan kepalanya melalui daun pintu yang terbuka sedikit.

GENDHIS
Beneran nggak laper? Ada bakmi godog Pak Tris, yakin nggak laper?
RELUNG
(tanpa menoleh sedikit pun)
Makan aja, makan!
GENDHIS
Asek! Makasi mas!

Gendhis menutup pintu bersamaan dengan jemari Relung berhenti menekan tombol keyboard dan kedua tangannya terangkat ke udara.

RELUNG
Yes! Ketangkep kamu, bajingan!


CUT TO :

52. INT. CAFE — SIANG

Jemari Tika membentuk lingkaran mengelilingi pinggiran gelas berisi lemon tea, sementara pandangan matanya terkunci pada pintu masuk cafe. Tiba-tiba senyumnya merekah, ia pun melambaikan tangan pada seseorang yang ditunggu sejak tadi.

TIKA
(menarik tangan orang itu agar duduk disampingnya)
Lama banget sih, Mas. Aku udah nunguin dari tadi. Kangen banget...
DIMZI
(mengusap lembut kepala Tika)
Maaf sayang...tadi masih belum selesai.
(menatap meja)
Kamu baru pesen minum aja? Belum makan?
TIKA
(merengek manja)
Enggak ah, mau makan bareng mas Dimzi aja.
DIMZI
(merangkul pundak Tika)
Kamu punya maag, jangan telat makan. Lain kali makan duluan ya kalo aku terlambat.

Dimzi memanggil pelayan sementara Tika masih saja merengek manja, lalu Dimzi merengkuh kepala Tika agar bersandar pada dada Dimzi yang bidang.


CUT TO :

53. INT. KAMAR GANTA — SIANG

Papan catur dengan beberapa bidak yang sudah berpindah posisi itu dibiarkan begitu saja di atas meja, Ganta menghentikan permainan. Ia justru membungkukkan badan dan serius menatap layar laptop Relung di meja belajarnya, sementara Relung berkonsentrasi penuh menekan tombol keyboard dengan cepat.

RELUNG
(tangannya berhenti dan menggeser secara kasar laptop tepat di depan Ganta)
Lo liat sendiri, nilai sendiri.

Relung beranjak dari kursi, bertukar posisi dengan Ganta yang berdiri disampingnya. Jemari Ganta menggeser tampilan layar sementara matanya pun ikut terbelalak.

GANTA
Gila, kamu bisa hack ponsel orang. Ini secure? Yakin?
RELUNG
Aman...aman..

Rahang Ganta mengeras serta tangannya mengepal, sementara matanya melototi layar laptop Dimzi.

RELUNG (CONT'D)
Jadi gimana? Kita nggak bisa biarin cowok bajingan ini deketin Gendhis.

Nafas Ganta semakin menderu, amarahnya meletup-letup. Sementara matanya masih terkunci pada layar laptop. Ia bahkan tidak sedikit pun menoleh pada Relung.

GANTA
Bener-bener bajingan...
(jemari Ganta masih menekan tombol keyboard untuk menggeser tampilan layar)
Dia keluar masuk hotel dengan cewek yang berbeda-beda. Bajingan...
RELUNG (CONT'D)
(menggebrak meja)
Kita harus kasih tau Gendhis! Jangan sampai dia jadi korban bucin!

Ganta menggeleng dengan pandangan masih terkunci pada layar laptop.

GANTA
Kita nggak bisa kasih tau Gendhis.
RELUNG
(mengkernyitkan dahi)
Maksudmu? Jadi kita biarin aja Gendhis terjerat dalam rayuan busuk dia!
GANTA
(menoleh dan menatap tajam Relung)
Kita nggak bisa kasih tau Gendhis.

Relung semakin mengkernyitkan dahi, sementara Ganta beranjak dari kursi dan berdiri berhadapan dengan Relung.

GANTA
(mengguncang keras bahu Relung)
Kita nggak bisa kasih tau Gendhis. Adekmu itu bukan anak kecil lagi. Dia sudah dewasa, dia berhak untuk jatuh cinta pada siapa pun.
RELUNG
(menggertakan gigi, menggeleng menolak dengan nafas menggebu)
Jadi kita biarin aja dia jadi korban cowok bajingan ini?!
GANTA
(kembali mengguncang keras bahu Relung)
Gendhis bukan gadis yang mudah dibodohi. Biar dia mencari tahu sendiri.

Nafas Relung perlahan melambat, ia pun tak lagi menggertakan gigi.

GANTA (CONT'D)
Kamu kenal adekmu, kan? Kamu tau bagaimana dia?
(menepuk pelan bahu Relung)
Kalau kamu benar-benar kenal adekmu, kamu nggak akan khawatir sedikit pun...sedikit pun.

Relung mencengkeram rambutnya dengan kedua tangan, ia membuang nafas yang panjang sembari membalas tepukan di bahu Ganta dengan keras.


DISSOLVE TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar