Puppy Love
6. Quang Ninh

25. EXT. QUANG NINH EXHIBITION PALACE OF URBAN PLANNING & EXPO — SIANG

Kemeriahan perhelatan SEA GAMES XXXI pun tampak di Quang Ninh Exhibition Palace Of Urban Planning and Expo. Gedung yang tampak atas berbentuk seperti lumba-lumba raksasa sedang bermain-main dengan ombak tersebut turut diramaikan dengan atribut SEA GAMES 2021 yang terpasang di sekitar gedung.

CUT TO :

26. INT. QUANG NINH EXHIBITION PALACE OF URBAN PLANNING & EXPO — SIANG

Dua buah bendera meja dipajang disamping papan catur, bendera Negara Indonesia dan bendera Negara Filipina. Tepat didepan kedua bendera tersebut terletak papan nama bertuliskan nama atlet yang akan bertanding.

Ganta duduk di sisi meja dengan bendera Merah Putih dan papan nama bertuliskan "Arganta Bayanaka". Ia segera mengulurkan tangan untuk menjabat lawannya atlet catur Negara Filipina dengan papan nama bertuliskan "Raiden Lumibao". Sementara di meja-meja lain yang memadati ruangan, para atlet catur dari mancanegara tampak bersiap berjuang mengharumkan nama bangsanya masing-masing.

Sejenak Ganta mengamati bidak catur warna hitam yang menjadi miliknya, lalu ia mulai permainan dengan menekan tombol jam. Kemudian jam mulai menghitung mundur untuk pemain dengan bidak catur putih.

Atlet catur Filipina itu memulai dengan menggeser pion putih ke kotak E4 lalu ia menekan tombol jam. Ganta membalas dengan menggeser pion hitam ke kotak E5, kemudian ia menekan tombol jam.

Tangan gesit atlet catur Filipina memindahkan kuda putih ke kotak F3, lantas menekan tombol jam. Sementara langkah Ganta berikutnya adalah menggeser kuda hitam ke petak C6, tak lupa ia juga menekan tombol jam.

Tanpa pikir panjang atlet catur Filipina segera memindahkan gajah putih ke petak C4, kemudian menekan tombol jam. Dibalas oleh Ganta dengan menggeser pion hitam ke D6, kembali ia menekan tombol dan menulis langkahnya di secarik kertas yang disediakan.

Atlet catur Filipina itu terdiam, merancang ulang strategi.

CUT TO :


27. EXT./INT. KANTIN FAKULTAS KEDOKTERAN — SIANG

Sebuah nampan plastik dengan semangkok bakso diatasnya, membuat Gendhis berjalan dengan hati-hati sembari menebar pandangan ke seluruh penjuru kantin Fakultas Kedoteran demi menemukan meja yang masih kosong tersisa. Namun pandangan mata Gendhis justru dibalas dengan tatapan sinis mahasiswi lainnya yang juga berada di kantin.

Tiba-tiba Sarah merangkul lengan Gendhis dengan cepat, membuat kuah bakso sedikit berceceran di atas nampan.

GENDHIS
(menoleh ke Sarah yang berdiri menempel)
Apaan sih, tumpah nih...
SARAH
Duh! Nggak penting deh kuah bakso itu! Ada yang lebih genting!

Sarah menarik lengan Gendhis buru-buru ke meja di pojok kantin yang masih kosong. Ia menyita nampan ditangan Gendhis dan meletakkan di atas meja namun jauh tersingkir dari Gendhis.

GENDHIS
(tangan hendak meraih mangkok)
Bakso gue...
SARAH
Duduk! Bakso nggak penting. Gue mau nunjukin lo sesuatu.

Gendhis terlihat kebingungan tapi ia menurut saja, ia segera duduk sesuai perintah Sarah dan meletakkan tas dipangkuannya.

SARAH (CONT'D)
(mengeluarkan ponsel dari dalam tas)
Tapi sebelumnya, gue mau tanya dulu. Jawab jujur!
GENDHIS
Apa sih? Galak bener, gue berasa maling.
SARAH
Iya, maling hati kak Dimzi. Lo pacaran sama dia?

Mata Gendhis terbelalak dengan mulut menganga. Lalu sedetik kemudian Gendhis justru tertawa geli, sembari mengguncang bahu Sarah.

GENDHIS
(tersipu malu)
Kalo mau nuduh, jangan yang bikin hati seneng gitu dong. Gue pacaran sama mas Dimzi? punya kontaknya aja enggak!


CUT TO :


28. QUANG NINH EXHIBITION PALACE OF URBAN PLANNING & EXPO — SIANG

Pertandingan catur antara Ganta dan atlet catur Filipina semakin sengit dan menguras emosi serta energi keduanya. Atlet catur Filipina mengurut dahinya kemudian menggeser mentri putih ke petak B5, mengincar benteng di petak D7. Ia menekan tombol jam.

Namun Ganta punya langkah brilian untuk mengantisipasi manuver atlet catur Filipina, Ganta mengorbankan gajah hitamnya untuk memukul pion putih di C2. Langkahnya tersebut menjadikan skak bagi raja putih di petak B1. Lantas Ganta menekan tombol jam.

Atlet catur Filipina tersentak dengan langkah Ganta, tangannya menggosok dagu. Ia mendorong raja putih memukul gajah hitam di petak C2, kemudian menekan tombol jam.

Benteng hitam milik Ganta memukul gajah putih di petak F3, lalu ia menekan tombol jam. Atlet catur Filipina semakin tersudutkan. Ia melihat ke langit-langit ruangan dan menghembuskan nafas panjang.

Atlet catur Filipina mendorong menteri putih ke petak C6, ia menekan tombol jam. Dibalas benteng hitam maju ke f2, Ganta menekan tombol jam. Langkah Ganta menjadikan skak pada raja putih di C2.

Atlet catur Filipina mengepalkan tangan kanan, ia mengamankan raja putih miliknya kembali ke B1.

Ganta meneruskan serangannya, mendorong mentri hitam ke petak D3. Ia menekan tombol jam dan berusaha tetap tenang setelah menjadikan skak bagi atlet catur Filipina. Ganta meneguk air mineral botolan yang disediakan di samping papan catur.

Atlet catur Filipina menggoyangkan kaki dengan resah, ia menggeser raja putih ke petak A1. Perlahan ia menekan tombol jam.

Ganta menyederhanakan permainan dengan mendorong benteng hitam ke F1, kembali skak. Tak lupa ia menekan tombol jam dan menorehkan catatan langkahnya di kertas.

Benteng putih terpaksa pukul benteng hitam di petak F1. Disambut Ganta dengan mentri hitam pukul balik benteng di F1. Ganta menekan tombol jam.

Atlet catur Filipina terdiam lama, ia mengamati bidak putih miliknya yang terpojok. Sementara bidak hitam masih bisa terus menyerang dengan berbagai kemungkinan. Tangannya terulur untuk mengakhiri pertandingan, ia menyerah kalah dengan berjabat tangan. Ganta menundukkan kepalanya, memberi penghormatan.


CUT TO :

29. EXT./INT. KANTIN FAKULTAS KEDOKTERAN — SIANG

Tidak sedikit pun senyum tercetak di bibir Sarah. Gendhis yang menyadari hal tersebut, menghentikan tawa gelinya. Kedua alis Gendhis bertaut.

SARAH
(menyentuh layar ponselnya)
Kalau nggak pacaran, terus ini apa?
(hendak menunjukan layar ponselnya namun segera ia urungkan)
Eh! Kak Dimzi!

Sarah menyapa Dimzi yang sudah berdiri di belakang Gendhis. Dimzi tersenyum lebar sembari mengucek lembut kepala Gendhis. Sementara Sarah justru mengecek pandangan mahasiswi lainnya yang tertuju pada mereka, Gendhis terlihat salah tingkah.

DIMZI
(duduk di samping Gendhis)
Siang-siang gini enaknya makan daging saudara sendiri, ya nggak?
GENDHIS
(menoleh)
Maksudnya? Gue pesen bakso, kok.
SARAH
(tersenyum kecut)
Maksudnya ngegibah.

Sontak Gendhis tertawa geli sendiri, Dimzi hanya meleleh melihat tawa lepas Gendhis. Sedangkan Sarah menarik mangkok bakso yang tak lagi panas di ujung meja dan ia sodorkan tepat di hadapan Gendhis.

DIMZI
(menyodorkan ponselnya pada Gendhis)
Bagi kontak lo.

Gendhis tercengang namun dengan cepat menambahkan nomernya sendiri pada kontak di ponsel Dimzi, kemudian ia segera menyerahkannya kembali. Dimzi membuka aplikasi chatting dan mengirim text pada Gendhis.

DIMZI (CONT'D)
(beranjak dari bangku)
Udah gue chat. Duluan ya, gue ada kelas.
GENDHIS
(terbata dan tersipu)
Ee...iya. Oke.
DIMZI
(berlari kecil menjauh)
Bales chat gue!

Gendhis hanya mengangguk dan tangannya serta merta mengubek isi tas, mencari ponsel. Ia bahkan melongok ke dalam tas yang penuh dengan barang-barang.

SARAH
(ikut tidak sabar)
Buruan! Dia chat apa? Buruan!
GENDHIS
(berhasil menemukan ponsel dan antusias membuka layar ponsel yang terkunci)
Sabar ih...gue tremor nih!

Keduanya sama-sama antusias menatap layar ponsel Gendhis.

DIMZI (V.O.)
Sabtu malam, jalan yuk!

Sontak Gendhis dan Sarah teriak kegirangan, membuat pengunjung kantin semakin bising bergunjing menatap sinis keduanya. Lalu perlahan tawa Gendhis mereda, ia mengamati layar ponselnya dengan seksama.

GENDHIS
Eh, kok profil picture kak Dimzi foto gue sama dia pas sunrise? Ini yang tadi mau lo tunjukin ke gue?
SARAH
(mengangguk dengan wajah berubah serius)
Gue rasa kak Dimzi serius deh sama lo. Kata pacar gue, seumur-umur dia sahabatan sama kak Dimzi belum pernah ada foto cewek yang jadi profil picture-nya dia.

Tiba-tiba terdengar bunyi dering telepon dari ponsel Gendhis, menyela keduanya. Gendhis segera menatap layar ponselnya.

GENDHIS
(antusias sekali dengan senyum sumringah)
Mas Ganta!
SARAH
(ikut mengintip layar ponsel Gendhis)
Mas Ganta? Ganta siapa?
GENDHIS
(menempelkan ponsel ke daun telinga)
Assalammualaikum mas! Gimana, menang nggak?


CUT TO :


30. INT. QUANG NINH EXHIBITION PALACE OF URBAN PLANNING & EXPO — SIANG

Ganta baru saja selesai konferensi pers terkait perolehan medali emas pertama untuk kontingen Indonesia dari cabor catur di SEA GAMES XXXI. Ia beranjak menjauh dari kerumunan wartawan dengan ponsel menempel di daun telinga.

GANTA
(suaranya terdengar lemas)
Walaikumsalam, alhamdulillah dapat emas.

31. INTERCUT — PERCAKAPAN TELEPON

GENDHIS
Alhamdulillah. Mas Ganta capek ya? Udah makan siang?
GANTA
Tadi belum nafsu makan.
GENDHIS
Kemaren, makan nggak?
GANTA
Makan dikit...gula arennya juga udah mau habis.
GENDHIS
Habis ini makan ya... makan yang banyak. Masih ada jadwal tanding lagi?

Sarah disamping Gendhis turut mendekatkan kupingnya ke sisi ponsel, ia mencuri dengar dengan sengaja. Gendhis mendorong menjauhkan tubuh Sarah dari ponsel.

GANTA
Sabtu pertandingan kelas catur kilat.

Sementara itu mahasiswi yang berada di kantin tiba-tiba berteriak heboh, pandangan mata mereka tertuju pada layar televisi tabung yang ditempel di dinding milik salah satu pemilik warung di kantin Fakultas Kedokteran. Sarah pun ikut-ikutan menonton layar telivisi, meskipun tidak dapat melihat dengan jelas.

Layar telivisi tabung itu menampilkan Breaking News yang meliput Arganta Bayanaka sebagai atlet cabor catur yang baru saja menambah perolehan medali untuk kontingen Indonesia.

GANTA (O.S.)
Lawan kali ini cukup berat, atlet catur Negara Filipina yang juga menyandang gelar GM membuat saya kewalahan dan kehabisan langkah di awal pertandingan. Saya sangat bersyukur di tengah pertandingan dapat mengambil alih dan berhasil menyumbangkan medali emas di kategori perorangan catur klasik.

Sarah kembali menempelkan daun telinganya pada sisi ponsel Gendhis, begitu liputan SEA GAMES XXXI di layar televisi tabung itu berakhir.

GENDHIS
Lawannya negara mana?
GANTA
Tuan rumah dan udah pasti berat lawannya.
GENDHIS
Semoga lancar ya, aku cuma bisa doain.
GANTA
Itu udah lebih dari cukup. Aku telepon besok lagi ya.
GENDHIS
Iya, jangan lupa makan!

Gendhis menurunkan ponsel dari telinganya. Sarah menatap Gendhis dan berdecak takjub sembari menggelengkan kepala.

SARAH
Berat saingannya kak Dimzi, nggak kaleng-kaleng. Angel wes angel.
GENDHIS
Ngawur! Mas Ganta tuh seusia mas kandung gue. Udah gue anggap mas sendiri. Jangan ngawur deh!

Tanpa Gendhis sadari, sambungan telepon belum terputus dan Ganta pun masih menempelkan ponsel pada telinga. Ia mendengar jelas semua percakapan Gendhis dan Sarah. Ganta mematikan sambungan telepon, matanya memerah.


DISSOLVE TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar