20. INT. RESTORAN — SORE
Sebuah meja panjang dengan papan bertuliskan "RESERVED" diatasnya, mulai dipenuhi oleh ibu-ibu arisan. Tampak Sukma dan Niken pun sudah hadir disana dengan dandanan yang cukup sederhana jika dibandingkan dengan ibu-ibu arisan lainnya yang duduk mengelilingi meja panjang.
Sontak ibu-ibu arisan yang hadir menjawab salam nyaris serentak dan semua pandangan langsung fokus tertuju pada Bu Sutejo.
Niken yang duduk di samping Bu Sutejo turut berdiri dengan mengangkat botol plastik berukuran 350 mililiter, didalamnya bukan air melainkan gulungan-gulungan kertas yang tertera nama peserta arisan.
Sontak tawa ibu-ibu arisan lainnya meledak, suasana menjadi riuh.
CUT TO :
21. EXT. POS 3 CACINGAN JALUR PATAK BANTENG — WAKTU YANG SAMA
Perjalanan menuju Pos Tiga Cacingan melewati hutan pinus yang menjulang tinggi namun dengan medan akar-akar pohon yang menonjol keluar ke permukaan tanah dan menanjak dengan kemiringan yang cukup curam, membuat lutut Gendhis terasa lebih sakit. Dimzi yang berjalan di belakangnya, mendorong tas carrier yang menggantung di bahu Gendhis untuk memberi energi tambahan.
Tak lama kemudian mereka berada di area Pos Tiga yang hanya bertandakan papan petunjuk. Gendhis dan Sarah segera menjatuhkan tubuh di atas tanah lapang itu dan menghempaskan carrier yang menggantung di bahu mereka.
Satria segera mengecek kondisi Sarah sementara Dimzi justru dengan berang menghampiri RENO (22 tahun) dan BAGAS (22 tahun), teman satu rombongan mereka.
Serta merta Dimzi kehilangan kesabaran, ia mengangkat kerah jaket Reno. Satria segera bangkit menghampiri mereka berusaha melerai. Sementara Gendhis dan Sarah pun turut beranjak mendekati dengan wajah panik.
Kedua tangan Satria mendorong tubuh Dimzi dan Reno, melerai keduanya.
Rahang Dimzi yang mengeras perlahan melunak, Reno pun memundurkan tubuhnya.
Reno yang terlebih dulu mengulurkan tangan, Dimzi pun menyambutnya dan merengkuh tubuh Reno. Keduanya berpelukan, sementara Gendhis dan Sarah terlihat lega dan Satria serta Bagas menertawakan kekonyolan mereka.
Satria mengkomando mereka untuk kembali bersiap melanjutkan perjalanan. Dimzi membantu Gendhis mengenakan kembali carrier di bahunya.
CUT TO :
22. INT. RESTORAN — WAKTU YANG SAMA
Niken membuka tutup botol dan perlahan mengeluarkan satu gulungan ke atas meja. Bu Sutejo segera memungut gulungan kertas yang keluar dari botol, perlahan membuka gulungan kertas lalu menutupya kembali. Ia tertawa lebar.
Ibu-ibu arisan sontak riuh dengan tepuk tangan, mereka ikut senang siapa pun pemenang arisan kali ini.
Nyaris bersamaan ibu-ibu mengamini doa Niken. Mereka turut bersuka cita.
Mendadak ibu -ibu arisan semakin riuh tak terkendali, saling sahut-sahutan. Sementara Niken ikut tertawa sembari melempar kerlingan mata pada Sukma yang ikut tertawa dengan ibu-ibu arisan lainnya.
CUT TO :
23. EXT. SUNRISE CAMP PUNCAK GUNUNG PRAU — SENJA
Sunset menyuguhkan langit kemerahan yang cantik di puncak gunung Prau, berlatar Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dimzi dan Reno mendirikan tenda sementara Satria membongkar barang di tenda lainnya yang sudah berhasil ditegakkan. Sedangkan Bagas mempersiapkan penerangan. Tidak jauh dari tenda mereka terdapat pula tenda-tenda milik rombongan pendaki lainnya.
Sarah mengeluarkan seluruh peralatan masak, sementara Gendhis mengeluarkan bahan masakan. Kemudian keduanya tampak gesit menyiapkan makan malam.
Gendhis meletakkan telur dadar ke atas kertas nasi, kemudian mengupas bawang merah dan bawang putih.
Sarah tertawa geli menyenggol lengan Gendhis, sementara Dimzi sedari tadi mencuri pandang pada Gendhis di bawah langit senja.
CUT TO :
24. EXT. SUNRISE CAMP PUNCAK GUNUNG PRAU — WAKTU SUBUH
Beberapa pendaki sudah tampak bersiap-siap menonton pertunjukan alam, menyaksikan detik-detik terbitnya matahari pagi. Sementara Gendhis dan Sarah masih tertidur lelap.
Gendhis yang terbangun lebih dulu dan mengguncang bahu Sarah untuk membangunkannya.
Sarah perlahan bangun dan reflek meliukkan tubuhnya.
Gendhis buru-buru melepaskan diri dari sleeping bag dan segera menarik tubuh Sarah agar terlepas juga dari sleeping bag. Keduanya terhuyung sempoyongan keluar tenda menemui Satria dan Dimzi.
Mata keduanya segera lebar terbuka begitu disuguhkan hamparan lautan awan yang begitu jernih ditengah gagahnya Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Gendhis tampak kedinginan. Ia memeluk tubuhnya sendiri, mendekap dengan kedua tangan. Dimzi yang menyadari keadaan Gendhis sontak melepas jaket tebal yang ia kenakan lalu dipasangkan pada tubuh Gendhis.
Kedua tangan Gendhis berusaha menolak dan hendak melepaskan, namun tangan Dimzi lebih cepat menahannya dan ia justru semakin menyematkan jaketnya lekat dan rapat menutupi tubuh Gendhis.
Gendhis tersenyum canggung, mengangguk mengiyakan Dimzi.
Semburat warna kuning perlahan berubah menjadi warna keemasan yang muncul dari ufuk timur. Matahari merayap menjadi terang benderang menampakkan jejeran Gunung Merapi, Gunung Merbabu hingga gunung Lawu di kejauhan.
Satria melempar ponselnya ke arah Bagas dan membawa Sarah ke posisi terbaik untuk mendapatkan view sunrise terbaik. Bagas segera mengekor keduanya.
Dimzi menatap Gendhis, ia membalas dengan tersenyum canggung.
Tiba-tiba Reno memutar tubuh Gendhis agar membelakangi matahari, Dimzi pun turut berputar. Reno juga mendorong tubuh Dimzi agar lebih rapat dengan Gendhis.
Dimzi mengangkat tangan kirinya membentuk setengah hati, ragu-ragu Gendhis mengangkat tangan kanannya dan menyambung bentuk hati dari tangan Dimzi.
DISSOLVE TO :