Puppy Love
3. Sesuap Dua Suap Nasi

10. INT. PERPUSTAKAAN FAKULTAS KEDOKTERAN — SIANG

Deretan rak penuh buku dan beberapa meja panjang memenuhi ruang Perpustakaan Fakultas Kedokteran. Gendhis tampak menduduki salah satu kursi dengan tiga tumpukan buku dihadapannya. Ia tertuduk dalam hingga tidak menyadari kehadiran Dimzi yang duduk berseberangan dengan Gendhis, menatap lekat dirinya.

Tiba-tiba Gendhis mengangkat kepala, ia beranjak dari kursinya menuju rak buku. Dimzi perlahan mengekor tepat di belakang Gendhis, menyisakan sedikit jarak.

Gendhis menyusuri deretan buku dan langkah kakinya terhenti. Lantas kepala Gendhis menengadah dengan mata tertuju pada satu buku di rak paling atas. Ia memanjangkan tangan untuk meraihnya, namun tidak berhasil. Dimzi yang berdiri dua langkah dari Gendhis perlahan mendekat, ia turut menjulurkan tangan dan dengan mudahnya buku itu ditarik keluar dari barisan buku lainnya.

DIMZI
(membaca judul buku ditangannya)
Ilmu Biomedika Dasar.
GENDHIS
(terpana menatap Dimzi)
Ee...iya.

Dimzi melempar senyum sembari menyodorkan buku ditangannya pada Gendhis.

GENDHIS (CONT'D)
(menerima buku dengan tersipu)
Makasi.
DIMZI
(menangkup tangan di dada)
Mahasiswa baru, ya?
GENDHIS
(menimang buku ditangannya)
Iya, mas angkatan berapa?

Dimzi menahan tawa gelinya, tangan kanan yang menangkup didada terangkat menutupi sebagian wajahnya.

DIMZI
Langsung ditodong angkatan berapa, segitu tuanya ya wajahku.
GENDHIS
(tertawa canggung lalu mengecilkan suaranya)
Bukan gitu, maksudnya. Masih ganteng kok. Eh, umm...nggak keliatan tua maksudnya. Cuma kalo baru lulus SMA...
DIMZI
(terkekeh)
Makasi lho, udah semakin diperjelas.

Gendhis dan Dimzi menahan tawa agar tidak mengganggu pengunjung perpustakaan lainnya. Dimzi mengulurkan tangan kanannya dan Gendhis segera menyambut untuk berjabat tangan.

DIMZI (CONT'D)
Dimzi Permana, angkatan 2019.
GENDHIS
(senyum mengembang)
Gendhis Gantari, angkatan 2022.
DIMZI
(melepas jabatan tangan lalu mengetuk pelan buku ditangan kiri Gendhis)
Oke, see you around Gendhis. Belajar yang benar ya, jangan kelamaan di FK!

Gendhis hanya mengangguk dengan senyum sumringah sementara pandangan matanya masih terkunci pada punggung Dimzi yang perlahan menjauh dan menghilang tertutup rak buku.

Gendhis kembali ke kursinya sembari mengulum senyum, ia berusaha untuk menahan diri agar tidak berteriak kegirangan. Sementara benaknya mencerna pertemuan manisnya dengan Dimzi.

SARAH (20tahun) mahasiswi baru asal Jakarta yang duduk di samping Gendhis ikut tertawa geli mengamati.

SARAH
(menggoda Gendhis)
Ciyehhh... yang abis kenalan sama the most wanted kakak senior Fakultas Kedokteran.
GENDHIS
(tersipu malu menutupi wajah dengan kedua tangan)
Ganteng banget, ya. Bisa-bisanya bentukan begitu nyasar kuliah di FK.
SARAH
(terkekeh sembari menebar pandangan ke seluruh pengunjung perpustakaan Fakultas Kedokteran)
Cocoknya tuh yang kacamata tebel, rambut belah pinggir, kemeja dikancing sampai nyekek leher. Gitu, ya?

Gendhis dan Sarah menutupi mulut untuk menahan tawa geli mereka.

SARAH (CONT'D)
(memajukan badan mendekati Gendhis)
But wait, rumor yang gue denger di angkatan kita, kak Dimzi ini orangnya cuek banget... dingin. Belum ada satu pun cewek di kampus kita yang berhasil ngedeketin dia.
GENDHIS
(menyatukan alis)
Masa sih? Perasaan dia ramah banget, lho. Tadi dia bantu ambilin buku ini.
(menepuk buku di atas meja)
Padahal aku nggak minta tolong.

Gendhis dan Sarah terdiam dan saling memandang, lalu Gendhis megangkat kedua bahu.

SARAH
(menopang dagunya)
Eh, lo sadar nggak sih? Sebelum lo ke rak buku, kak Dimzi tuh duduk didepan kita persis.
GENDHIS
(terkejut)
Enggak... masa sih?
SARAH
Dan, dia tuh ngeliatin lo. Nggak berasa?
GENDHIS
(semakin terkejut)
Enggak... masa sih?

Pengunjung perpustakan yang duduk di sekitar meja Gendhis dan Sarah mulai terganggu, mereka menatap kesal keduanya. Sarah mengacungkan telunjuknya didepan bibir.

SARAH
(berbisik)
Tapi udah deh nggak perlu dipikirin. Mungkin cuma kebetulan. Nggak bakal bisa lo ngedapetin kak Dimzi.
GENDHIS
(memanyunkan bibir)
Nggak bakal bisa?
SARAH
(kembali membuka buku dihadapannya)
Susah deh, nggak bakal bisa.
GENDHIS
(menggeser buku yang dibaca Sarah agar pandangannya teralihkan)
Kalau ternyata bisa, gimana?
SARAH
(terkekeh sembari menggeser kembali bukunya lalu membalas tatapan Gendhis)
Kalo gue jadi lo, gue bahkan nggak akan berekspektasi terlalu tinggi.

Sarah kembali memfokuskan pandangan pada buku di hadapannya, sementara Gendhis berdecak kesal sembari membuka sampul buku bertuliskan "Ilmu Biomedika Dasar".


DISSOLVE TO :

11. EXT. TERAS RUMAH GENDHIS — PAGI

Matahari pagi menyinari rumah sederhana Gendhis, terdengar suara kicau burung saling bersahut-sahutan. SULISTYO (52 tahun) memungut koran yang dilempar melewati pagar rumah dan terjatuh di garasi, tepat di belakang mobil. Kemudian ia duduk di kursi teras, mengangkat kaki sembari membuka lipatan koran.

INSERT : KORAN

"KEDAULATAN RAKYAT, Suara Hati Nurani Rakyat. Terbit Sejak 27 September 1945. SABTU, 30 APRIL 2022.

Sulistyo fokus membaca deretan kalimat sarat informasi, namun sejenak kemudian perhatiannya teralihkan. Ia mengendus wangi masakan dari dalam rumah.

SULISTYO
(berteriak sambil melongok ke dalam rumah)
Ma, masak sarapan apa?
SUKMA (O.S)
Anak wedok sing masak!
SULISTYO
(bergumam sendiri)
Anak cantik Papa masak apa sih, wangi banget. Jadi lapar.

Sulistyo melipat kembali koran yang terhampar dihadapannya. Ia pun segera masuk ke dalam rumah sembari mengelus perutnya.

CUT TO:


12. INT. RUANG TENGAH RUMAH GENDHIS — KONTINU

Sulistyo memasuki ruang tengah dan mendapati anak lelakinya, Relung baru saja keluar dari kamarnya dengan mata masih setengah terpejam dan rambut berantakan. Relung mengacak-acak rambutnya sambil menguap lebar dan panjang.

SULISTYO (CONT'D)
(memukul pelan bahu Relung dengan koran yang terlipat)
Cuci muka sana! Habis subuh tuh jangan tidur lagi, kebiasaan!
RELUNG
(mengucek mata)
Semalem ngerjain tugas, Pa...

Relung menutup pintu kamarnya lalu beranjak ke kamar mandi, sementara Sulistyo menghampiri Sukma yang sedang menempelkan ganggang telepon ke kuping kanannya. Sukma tengah serius mendengarkan seseorang di ujung telepon.

SULISTYO
(berdiri tepat didepan Sukma)
Siapa, Ma? Telepon siapa?
SUKMA
(berbisik)
Niken.

Gendhis dari arah dapur membawa dua piring di kedua tangannya dengan masakan yang masih panas mengepul.

GENDHIS
(meletakkan kedua piring di atas meja)
Sarapan, yuk!
SULISTYO
(berjalan cepat menghampiri meja makan)
Masak apa anak cantik Papa?
GENDHIS
(tersenyum bangga)
Sapo tofu seafood dan ikan dori goreng tepung.
SULISTYO
(menarik kursi meja makan)
Sedaaap! Ayo sarapan, Papa sudah lapar.

Sulistyo memberi kode pada Sukma untuk mengakhiri sambungan teleponnya dengan Niken, tangannya mengulang gerakan menyuap. Sementara Gendhis seakan baru ingat sesuatu, ia buru-buru kembali ke dapur bersamaan dengan Relung yang baru saja keluar kamar mandi dan berjalan cepat menyusul Sulistyo yang sudah siap di meja makan.

Sukma hanya mengangguk namun tidak juga menyudahi sambungan teleponnya.

SUKMA
Perut mungkin lapar, ya tho. Tapi udah nggak minat makan.
NIKEN (V.O)
Kebiasaan Ganta begitu mbak, menjelang turnamen pasti makannya berantakan. Jangankan nasi, ngemil cemilan juga enggak. Seharian cuma diganjel susu aja.
SUKMA
Lha wong, kita aja telat makan bisa masuk angin ya. Apalagi Ganta, buat mikir... energinya dari mana kalo cuma minum susu.
NIKEN (V.O)
Itulah mbak, doaku dia sehat aja...jangan sakit.

Gendhis keluar dari dapur membawa dua lunchbox yang sudah berisi sapo tofu dan ikan dori goreng. Relung melirik sekilas isi kotak nasi sebelum tangan Gendhis menutup rapat.

RELUNG
Pantesan masak, ada yang nggak mau makan.

Gendhis hanya melirik sinis sekilas.


CUT TO :

13. EXT. RUMAH GANTA — SIANG

Jalanan didepan rumah Ganta terliat lenggang, panas matahari yang bersinar begitu terik membuat sebagian orang mengurungkan niat untuk keluar rumah. Namun tidak dengan Gendhis, ia justru sangat bersemangat.

GENDHIS (O.S.)
Assalammualaikum!
NIKEN (O.S.)
Walaikumsalam! Makasi ya Gendhis! Tolong yah mas Ganta dipaksa makan.
GENDHIS (O.S.)
Nggak apa-apa, Tante. Udah biasa...pasti begini mas Ganta setiap menjelang turnamen.


CUT TO :


14. INT. KAMAR GANTA — SIANG

Gendhis sengaja tidak mengetuk pintu kamar Ganta, perlahan Gendhis membuka pintu dan mendapati Ganta sedang berdiri didepan meja dengan papan catur dan jam catur diatasnya. Ganta tidak menoleh sedetik pun ke arah pintu, pandangannya terkunci pada papan catur.

Ganta berdiri di sisi hitam, ia menggeser pion mentri hitam ke kotak H4 lalu menekan jam catur. Ganta bergerak cepat ke sisi putih untuk menggeser pion gajah putih mundur ke kotak B3 lalu kembali menekan jam catur.

Sementara Gendhis membuka kotak makan di meja belajar Ganta tanpa bersuara sedikit pun. Kemudian memotong lauk dengan sendok, menumpuk lauk, sayur serta nasi menjadi satu di atas sendok.

Ganta kembali bergerak cepat ke sisi hitam untuk menggeser pion gajah hitam ke kotak D4, lalu menekan jam catur di samping papan. Kemudian ia bergerak cepat lagi ke sisi putih untuk memindahkan pion gajah putih ke kotak E3 menantang pertukaran, lalu menekan jam catur lagi.

Gendhis berdiri tepat di samping meja catur, menghadap jam catur yang membelakangi dirinya. Tangan kiri Gendhis memegang kotak nasi sementara tangan kanannya siap dengan sesendok nasi.

Ganta bergerak cepat ke sisi hitam untuk menerima pertukaran, pion gajah hitam memakan pion gajah putih. Lalu ia kembali menekan jam catur, tersenyum pada Gendhis dan membuka mulutnya menerima sesuap nasi beserta lauk dan sayurnya. Ganta bergerak cepat ke sisi putih untuk melakukan gerakan pion putih memakan pion gajah hitam, lalu menekan jam catur.

Sementara Gendhis dengan gesit menyiapkan suapan berikutnya, Ganta bergerak cepat ke sisi hitam untuk menggeser pion mentri hitam mundur ke E7 lalu menekan jam catur. Ganta kembali membuka mulutnya dan Gendhis dengan sigap memberi suapan kedua. Ganta bergerak cepat ke sisi putih untuk menggeser pion kuda putih ke kotak D5.


DISSOLVE TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar