Puppy Love
2. Sang Grandmaster

7. EXT./INT. RESTORAN — SORE

Hamparan sawah yang menghijau luas terbentang dengan latar belakang gunung merapi menjadi spot foto yang instagramable, beberapa pengunjung restoran tampak asik berpose. DIMZI PERMANA (22 tahun), sedang menyesap segelas kecil piccolo sementara SATRIA (22 tahun), melahap sepiring nasi goreng kampung. Sedangkan sepiring kentang goreng, sepiring roti bakar oreo keju dan dua gelas es teh manis yang turut terhidang di atas meja mereka belum tersentuh.

Tepat di seberang meja, empat gadis cantik tengah asik bersenda gurau. Sesekali mata mereka tertuju pada Dimzi, lalu tersenyum salah tingkah. Salah satu dari mereka mengambil foto Dimzi diam-diam lalu menunjukkan pada yang lain dan kembali tersipu malu.

SATRIA
(menjejalkan sesendok penuh nasi goreng kampung ke dalam mulut lalu melirik Dimzi)
Lo sadar, kan?

Dimzi hanya tertawa kecil menanggapi Satria, sontak membuat empat gadis di meja seberang semakin meleleh.

SATRIA
(berteriak ala bunda Corla)
Memang bandit kau, ya! Bandit!

Kali ini Dimzi terbahak yang membuat meja seberang semakin riuh.


CUT TO :


8. EXT./INT. MOBIL DI PARKIRAN RESTORAN — WAKTU YANG SAMA

Lahan parkir restoran yang luas itu dipadati beberapa kendaraan roda empat yang tertata rapi, sementara kendaraan roda dua berjejer di bagian kanan. Seorang petugas parkir dengan sigap memandu sebuah mobil SUV hitam.

GANTA
(menarik rem tangan kemudian mematikan mesin mobil)
Bener ini restonya? Yakin?
GENDHIS
(tersenyum manja)
Yang ini bener. Maaf ya mas, tadi salah resto. Maaf ya...

Ganta hanya tersenyum pada Gendhis yang duduk disampingnya, sembari mengusap lembut kepala Gendhis. RELUNG (24 tahun), kakak Gendhis sengaja berdehem di kursi tengah, matanya sinis melihat Ganta dan Gendhis.

RELUNG
(berdecak kesal)
Kenapa ya, aku kok selalu merasa jadi obat nyamuk setiap pergi bertiga bareng kalian.

Gendhis terkekeh menoleh ke belakang, sementara Ganta hanya melirik dari kaca spion tengah. Ia menyembunyikan senyumnya lalu membuka pintu mobil.

RELUNG (CONT'D)
Awas ya, kalau kalian pacaran. Aku bilangin Mama.
GENDHIS
(beranjak keluar mobil)
Apaan sih mas Relung. Ntar kalo ada malaikat lewat, di-aamiin-in gimana?
GANTA
(bergumam sembari menutup mobil)
Aaamiin.
RELUNG
(membanting kesal pintu mobil)
Awas aja kalau nikah duluan. Pelangkahnya, dua setengah kilo emas.
GANTA
Beras?
RELUNG
Telur aja.

Ketiganya terbahak sembari berjalan menuju restoran.


CUT TO :

9. EXT./INT. RESTORAN — WAKTU YANG SAMA

TIKA (19 tahun) bersama tiga temannya masih saja curi-curi pandang pada Dimzi. Tika sengaja mengurai rambut panjangnya dan sesekali menyeka dengan jemarinya.

Tangan Tika meraih segelas iced latte kemudian menyesap melalui sedotan sembari terus memandang ke arah Dimzi.

TIKA
(tersedak)
Arganta Bayanaka!

Tika meletakkan gelasnya ke atas meja dengan buru-buru. Kedua tangannya mengipas wajah lalu menutup mulut, mengipas kembali dan menutup mulut kembali. Nafasnya memburu kian cepat.

Relung sudah menduduki meja yang tepat berada di samping meja Dimzi, sementara Ganta menarik dua kursi sekaligus untuknya dan Gendhis.

GADIS #1
(kebingungan)
Apa? Siapa? Kenapa? Ada apa sih?
GADIS #2
(mulai ikut histeris)
Oh My God! Serius itu Arganta Bayanaka? Sumpah, aslinya ganteng banget!
GADIS #3
(menggoyang lengan Tika)
Please, kita harus foto sama dia. Please, Tika. Ayo dong!

Tika mengatur nafas, menghembuskan nafas panjang dengan kedua tangan mencengkeram Gadis #2 dan Gadis #3. Ia berusaha menenangkan dirinya sendiri. Perlahan nafasnya mulai teratur.

TIKA
(melonggarkan kedua tangannya)
Tenang... tenang...Kita harus tetap elegan bestie. Uhhh...kenapa aslinya harus ganteng banget sih...
GADIS #1
(masih kebingungan namun turut memandang ke arah Ganta)
Siapa sih? Kok cuma gue doang yang nggak tau.

Seorang pelayan tampak mendekati meja Ganta dan menyodorkan buku menu. Gendhis dan Relung segera menyusuri deretan menu yang tersedia. Sementara Ganta mengecek ponselnya.

GADIS #2
(melirik ke arah meja Ganta)
Makanya bestie, jangan cuma oppa drakor aja yang lo pantengin. Produk lokal juga nggak kalah saing.
GADIS #3
(menepuk paha sendiri dengan kesal)
Serius lo nggak tau? Arganta Bayanaka tuh lagi viral banget setahun terakhir ini. Kemana aja sih lo?
GADIS #1
(menggeleng)
Siapa sih? Youtuber? Salebgram? Saleb TikTok? Siapa?

Tika tertawa geli sembari menyibak rambut, sementara kedua temannya semakin kesal.

Gendhis menutup buku menu, lalu menumpuknya di pinggir meja. Sementara pelayan mencatat pesanan secara manual di atas buku kecil.

PELAYAN #1
Baik, kami ulangi pesanannya. Satu mie aceh tanpa udang, satu nasi kebuli, satu sop buntut, dua es jeruk, dan satu teh manis panas.
GENDHIS
(mengangguk)
Betul. Terima kasih, mbak.

Relung masih mengkernyitkan dahi, sementara pelayan membawa pergi buku menu diatas meja mereka.

RELUNG
(menatap curiga Gendhis, lalu matanya beralih pada Ganta)
Kok bisa sih, kamu hapal makanan kesukaan Ganta, sampe tau dia alergi udang?
GENDHIS
(mengeluarkan tisu basah dari dalam tasnya)
Emang mas Relung nggak tau? Dih, sahabat macam apa.

Relung masih memandang keduanya silih berganti dengan tatapan curiga. Gendhis menyapu meja dengan tisu basahnya, sementara Ganta hanya menahan senyum sembari membantu Gendhis mengangkat kotak tisu yang tersedia di meja.

GENDHIS (CONT'D)
Nggak usah mikir yang aneh-aneh deh, aku juga tau mas Relung nggak suka trasi sama pete.
RELUNG
(menepuk keras bahu Ganta)
Nah ini, baru adekku! Nikahin! Nggak nyesel punya istri kayak begini!

Ganta dan Relung tertawa lepas, sementara Gendhis memanyunkan bibir.

GENDHIS
Mas Relung apaan sih! Ntar kalo ada malaikat lewat gimana! Nggak lucu ah!

Tawa Ganta dan Relung semakin meledak menjadi-jadi. Di sela tawanya, Ganta terbatuk dan menutupi mulutnya.

GANTA (V.O.)
Aamiin...aamiin...aamiin

Dimzi dan Satria menoleh sekilas pada meja sebelah yang riuh. Pandangan mata Dimzi tidak sengaja bertubrukan dengan mata Gendhis, Dimzi segera membuang pandangan, mengalihkan pada sawah hijau yang terhampar.

SATRIA
(mengkerlingkan mata)
Cakep , tuh meja sebelah. Eh tapi bukan selera lo banget sih.
DIMZI
(menyunggingkan bibir sembari mencomot potongan roti bakar)
Sok tau lo.
SATRIA
(ikutan mencomot potongan roti bakar)
Semua cewek lo tuh setipe. Cantik, putih, seksi.
DIMZI
(terbahak)
Nggak juga, itu cuma kebetulan. Gue tuh lebih liat ke personality cewek.
SATRIA
(mengunyah dengan kesal)
Halah! Peres lo!
DIMZI
(meraih gelas es teh manis di atas meja)
Serius... gue tuh yang penting hatinya tulus, bisa ngertiin gue dan bisa nerima gue apa adanya.
SATRIA
(mencibir)
Omdo! Omong doang!
DIMZI
(meneguk es teh manis lalu meletakkan kembali ke atas meja)
Nah kebetulan, mereka juga cantik, putih dan seksi. Tapi itu cuma kebetulan.

Keduanya terbahak sembari menghabiskan potongan roti bakar.

Pada meja seberang, Tika layaknya sales marketing yang berapi-api menjabarkan keunggulan produknya. Sementara ketiga sahabatnya adalah calon pembeli yang dengan serius menyimak, sesekali jadi tersenyum salah tingkah.

GADIS #1
(terpukau)
Wow! Jadi Arganta Bayanaka ini atlet catur bergelar Grand Master.
TIKA
(mengangkat alis)
Grand Master di usia delapan belas tahun, which is nggak gampang karena harus melawan setidaknya tiga Grand Master dari negara yang berbeda, dan mencapai elo rating FIDE.
GADIS #2
(sumringah)
Dan, yang bikin dia viral karena dia ganteng plus tajir. Suamiable banget kan.
TIKA
(menengadahkan kepala dengan mata terpejam terbuka membayangkan)
PON tahun lalu, dia dapat lima medali emas. Padahal satu medali dapat bonus 300 juta. Belum lagi bonus rumah dari pemerintah daerah. Segitu baru kejuaraan nasional ya, belum kejuaraan dunia.
GADIS #3
(antusias)
Gimana, kita berani nggak nih ngajak foto bareng?
GADIS #1
(mencuri pandang ke arah Ganta)
Tapi itu pacarnya, bukan?
TIKA
(terlihat kesal)
Masa pacaran, bawa orang ketiga. Bukanlah, kabar infotaiment masih single kok. Pokoknya sebelum ada janur kuning melengkung, he still available bestie!

Sementara pada meja Ganta, makanan dan minuman yang mereka pesan mulai berdatangan. Gendhis menggeser mie aceh untuk Ganta, Sop buntut untuk Relung dan nasi kebuli untuk dirinya sendiri.

GENDHIS
(menyuap sesendok nasi kebuli)
Umm... enak banget. Rempahnya berasa, wangi khas kambingnya tajam tapi nggak prengus. Gimana masaknya ya...nasinya juga pakai beras basmati nih, cakep kepyur takaran airnya pas, tekstur nasinya tuh nggak lembek light banget.
RELUNG
(menuang sambal pada mangkok sop buntut kemudian mengaduknya)
Setiap makan kok repot banget sih, pakai dianalisa. Kamu tuh salah jurusan!

Ganta terkekeh mengangguk mengiyakan sembari menuang acar pada sepiring mie aceh dihadapannya.

GENDHIS
(sewot)
Lagian mas Relung sih, pakai nantangin aku bisa jadi dokter kayak Papa atau nggak. Aku kan paling nggak bisa ditantangin gitu. Harusnya tuh mas Relung yang ambil fakultas kedokteran, kenapa malah nyemplung ke IT.

Sontak Ganta dan Relung terbahak.

GANTA
(meletakkan kembali garpu yang sudah berlilit mie)
Dulu ada anak kecil yang pulang sekolah jalan kaki sambil nangis sesenggukan.
RELUNG
(semakin terbahak)
Gara-gara aku tantangin, berani nggak pulang sendirian. Abis aku lagi asik main bola, dia ribut minta pulang.

Meski terlihat kesal, Gendhis ikut terbahak bersama Ganta dan Relung.

Sementara pada meja Dimzi, Satria terbahak lepas kendali.

SATRIA
(terkagum)
Gia! Gila! Gila! Jadi modal tampang doang nggak cukup ya.
DIMZI
(terkekeh)
Sentuhlah dia tepat di hatinya.
SATRIA
(menegak habis es teh manis dalam gelasnya, lalu menoleh ke arah meja Tika)
Naga-naganya mereka mau kenalan tuh. Gila, aura lo bener-bener dah! Nggak ada lawan!

Dimzi menyunggingkan bibir saat Tika dan ketiga sahabatnya ragu-ragu beranjak dari meja mereka, keempatnya perlahan dan saling salah tingkah berjalan mendekati meja Dimzi.

Satria tampak antusias untuk menyambut, sementara Dimzi tetap berusaha tenang. Ia bahkan dengan sengaja asik mengutak-atik ponsel ditangannya, seolah tidak menyadari kedatangan mereka.

Tepat ketika langkah kaempat gadis cantik itu ternyata melewati meja Dimzi, tangan Satria menyenggol lutut Dimzi. Mata Satria terbelalak, Dimzi pun segera menoleh pada keempatnya yang justru berjalan terus mendekati meja Ganta.

GENDHIS
(menyuapkan sesendok nasi kebuli pada Ganta, dengan tangan kiri tengadah dibawah sendok agar tidak ada yang tumpah)
Enak banget, kan?
GANTA
(mengangguk sembari mengunyah)
Wangi rempah, dagingnya juga empuk banget.
RELUNG
(berdecak kesal melihat Ganta dan Gendhis)
Kalian berdua ini benar-benar mencurigakan.
TIKA
(berdiri canggung di depan meja Ganta dengan ketiga sahabatnya)
Maaf mengganggu, mas Arganta Bayanaka ya? Boleh minta foto bareng nggak?

Ganta tercengang dengan kehadiran mereka namun tidak lantas memberikan jawaban, ia justru segera mengalihkan pandangannya pada Gendhis.

GENDHIS
(berdiri menyambut dengan senyum ramah)
Boleh banget, sini aku fotoin!

Ganta turut berdiri dengan canggung. Gendhis menerima ponsel yang diberikan Tika, sementara Relung pun turut beranjak memberi ruang untuk Tika dan tiga sahabatnya berfoto bersama Ganta.

GENDHIS
(memposisikan didepan mereka dengan ponsel siap foto)
Mbak yang paling kanan, tolong lebih rapat lagi ya.

Ganta diapit ditengah-tengah, Tika dan seorang sahabatnya disamping kanan Ganta sedangkan dua sahabat lainnya berdiri di samping kiri.

GENDHIS (CONT'D)
Satu, dua...

Tiba-tiba Ganta justru menghampiri Gendhis, meraih ponsel ditangannya dan mengalihkan pada Relung. Jemari Ganta mengunci jemari Gendhis lalu membawanya turut berfoto. Gendhis berdiri tepat disamping Ganta dengan kedua tangan yang masih bertaut.

RELUNG
(senyum mengembang dan haru)
Satu, dua, tiga! Gaya bebas ya... satu, dua tiga! Oke, satu lagi... satu, dua, tiga!

Dimzi dan Satria di meja sebelah hanya bisa tertegun, sementara beberapa pengunjung restoran lainnya pun tampak berangsur menghampiri meja Ganta untuk foto bersama.


DISSOLVE TO :



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar