86. EXT. PEMAKAMAN UMUM – SIANG
Close up batu nisan bertuliskan Devi Lestari binti Muhammad Fajar. Move to Mada dan Nara yang menaburkan bunga. Mada tidak menangis, tapi Nara tetap selalu ada di sisi Mada karena Nara tahu Mada sangat kehilangan ibunya.
CUT TO:
87. INT. KAMAR ABHI - MALAM
Abhi duduk di tepi ranjang, memandangi jendela kamar dengan tatapan kosong. Tisha mengintip dari celah pintu kamar yang terbuka, perlahan-lahan Tisha masuk ke dalam kamar. Di atas meja belajar Abhi, ada banyak foto-foto kebersamaan Abhi, Gibran dan Hanna.
TISHA
Kalau lo beneran sayang sama Nara, ngomong ke dia.
ABHI
Enggak bisa.
TISHA
Enggak bisa gimana?
ABHI
Menurut lo, setelah semua yang gue lakukan, gue pantas buat jatuh cinta? Gue pantas buat Nara? Nara cewek baik, sedangkan gue…
TISHA
Berhenti menyalahkan diri lo sendiri atas kecelakaan itu, Abhi. Lo enggak salah apa-apa. Lo korban, sama kayak yang lainnya. Mungkin hari itu memang sudah waktunya Gibran pergi buat selamanya, Hanna menyalahkan lo karena dia enggak bisa terima kenyataan bahwa kakaknya meninggal.
ABHI
(Menahan tangis) Tapi seandainya gue enggak maksa Gibran buat pergi sama gue hari itu, Hanna enggak bakalan kehilangan Gibran, Sha. (Menangis terisak) Gue enggak bakalan kehilangan Gibran.
TISHA
(Menangis) Kecelakaan itu bukan salah lo, Abhi. Itu takdir, dan semuanya di luar kendali lo. Lo pantas jatuh cinta, sangat pantas buat bahagia. Mau sampai kapan lo terjebak dalam luka-luka itu? Gue sayang sama lo, Om Wira sayang sama lo, kita mau lo kayak dulu lagi. Abhideru Kastara yang ceria, jahil, walaupun nyebelin tapi lo selalu bikin semua orang bahagia, Bhi.
Abhi menangis. Tisha memeluk Abhi.
ABHI
Tapi cuma Mada yang ada di hati Nara.
TISHA
Setidaknya lo enggak boleh nyerah sebelum berjuang, iya ‘kan?
Abhi menatap Tisha cukup lama, Tisha tertawa saat Abhi mengacak-acak puncak kepalanya.
CUT TO:
88. INT. KORIDOR SEKOLAH - SIANG
Nara sedang berdiri membaca mading ketika Abhi tiba-tiba menghampirinya, membawa setangkai bunga mawar. Nara tersenyum geli. Sikap Abhi sukses menarik perhatian banyak orang.
NARA
Makasih.
ABHI
Sama-sama.
NARA
Akting kamu emang enggak perlu diragukan ya.
ABHI
(Mengusap tengkuk) Sebenarnya yang tadi bukan akting.
Nara terkejut.
ABHI
(Mengambil kembali mawar di tangan Nara, kemudian menatap Nara serius) Nara Lintang Semesta, aku jatuh cinta sama kamu. Kalau kamu mau jadi pacar aku, ralat maksudku pacar beneran… Kamu terima bunga ini. Dan kamu bisa buang bunganya kalau kamu enggak mau.
Nara terdiam beberapa saat.
ABHI
Aku tahu, hati kamu pernah patah, dan seperti yang kamu tahu, aku juga punya banyak luka. Tapi setiap kali sama kamu, aku merasa jauh lebih baik dan entah kenapa aku yakin semua luka yang aku punya bisa sembuh pada saatnya. Nara, kamu mau, kita pulih sama-sama?
NARA
(Tersenyum, mengangguk) Kita pasti bisa saling menyembuhkan, Bhi. (Menerima bunga dari Abhi)
Abhi tersenyum lebar, menatap Nara lekat.
SFX: Riuh rendah sorak sorai tepuk tangan dan siul-siulan.
89. INT. SEKOLAH – SIANG
Nara dan semua siswa-siswi terlihat bahagia merayakan momen kelulusan SMA mereka. Mada dan Nara sudah kembali berteman baik, sedangkan Abhi sudah menjadi pribadi yang lebih ramah, banyak tersenyum dan tertawa. Tisha memeluk Nara dan mengabadikan banyak momen lucu dengan kamera digitalnya.
CUT TO:
90. INT. KAMAR NARA – SIANG
SFX: Dering pesan masuk.
Mada mengirimkan Nara sebuah foto undangan masuk kuliah (beasiswa) salah satu Universitas di London.
CUT TO:
91. INT. BANDAR UDARA – SIANG
Nara datang bersama Abhi, berlari-lari mencari Mada. Nara menelepon Mada, hingga akhirnya mereka bertemu.
NARA
Kenapa tiba-tiba banget, Da? Kok aku enggak tahu?
MADA
Aku juga enggak nyangka bisa jadi salah satu penerima program beasiswa ini, Nar. Lagian aku udah enggak punya siapa-siapa lagi di sini.
NARA
Mada… Kamu punya aku. Kamu mau ninggalin aku lagi?
MADA
(Tertawa singkat) Kamu kan udah punya Abhi, aku yakin dia bisa jaga kamu. Makasih banyak ya, Nar. Maaf juga karena aku belum bisa jadi sahabat yang baik.
NARA
(Memeluk Mada) Aku yang seharusnya berterima kasih.
MADA
Iya, sama-sama. (beat) Aku harus pergi.
NARA
Hati-hati, jangan lupa kabarin kita semua.
MADA
Abhi, makasih ya.
ABHI
(Mengangguk) Good luck, Da.
Mada berbalik dan melambaikan tangan. Abhi merangkul Nara, membiarkan kepala Nara bersandar di bahunya. Nara menangis, bukan sedih karena harus kehilangan Mada, tapi karena senang bisa melepaskan Mada dan bangga melihat kepergian sahabatnya demi mengejar cinta-cita dan kehidupan yang jauh lebih baik.
FADE OUT.
TAMAT.