9. INT. KAMAR NARA – PAGI
SOUND EFFECT: Alarm.
Close up Nara (16 tahun) membuka mata dan mematikan alarm. Move to beberapa bingkai foto di atas meja belajar Nara yang memperlihatkan persahabatannya dengan Mada, ada foto mereka di hari kelulusan SMP, swafoto Mada dan Nara yang sedang tertawa, dan lain yang lainnya. Nara duduk di ranjang, menguap lalu berjalan menuju kamar mandi.
CUT TO:
10. INT. RUMAH MADA – PAGI
Mada (16 tahun) mengenakan seragam putih abu-abu, berjalan menghampiri Ibunya (Devi, 39 tahun) yang sedang menjahit di ruang tengah sejak pagi buta demi mengejar target pesanan jahitan.
MADA
Bu, Mada berangkat sekolah dulu (Salim)
DEVI
(Menoleh dan tersenyum) Hati-hati ya Nak.
CUT TO:
11. EXT. HALAMAN RUMAH MADA - PAGI
Mada menghampiri Ayahnya (Surya, 42 tahun) di halaman yang sedang mencuci mobil sedan putih; taksi. Pekerjaan Surya adalah sopir taksi.
SURYA
Udah sarapan kamu, Da? (Membersihkan tangan)
MADA
(Salim) Udah, Pak. (beat) Mada pamit, assalamu’alaikum. (Naik sepeda, menuju rumah Nara).
CUT TO:
12. EXT. HALAMAN RUMAH NARA - PAGI
Nara mengikat tali sepatunya sementara Mada baru saja datang, Mada menghentikan sepedanya di depan pagar rumah Nara. Mada menyapa Bundanya Nara (Binar, 37 tahun) yang sedang menyiram bunga di depan rumah.
NARA
Bunda, Nara pergi dulu ya (Menghampiri Binar kemudian salim)
BINAR
Iya, jangan ngebut bawa sepedanya. (Menoleh pada Mada dan tersenyum) Mada, Bunda titip Nara ya.
MADA
Siap, Bunda. Mada jagain terus Nara-nya.
Nara dan Mada melajukan sepeda meninggalkan rumah Nara menuju sekolah.
CUT TO:
13. EXT. SEKOLAH - PAGI
Establishing shot gedung SMA yang ramai oleh para pelajar, move to Mada dan Nara yang sedang berjalan di koridor sambil bercanda tawa, kemudian mereka berpisah menuju kelas masing-masing.
CUT TO:
14. INT. KELAS NARA – PAGI
Nara berjalan masuk ke dalam kelas, menyapukan pandangan ke seisi kelas untuk mencari tempat duduk.
TISHA
(Duduk di meja barisan paling depan dan mengenali Nara) Semesta?
NARA
(Menoleh pada Tisha, terkejut, ragu-ragu) Tisha?
TISHA
(Semringah) Iya! Ini aku, Ta! (Memeluk Nara erat) Oh my God, lama banget kita enggak ketemu.
NARA
(Senang) Eh, apa kabarnya kamu? Enggak nyangka bisa ketemu di sini, satu sekolah, satu kelas. Parah.
TISHA
Bisa dilihat, kabar aku baik, Ta. (Tertawa) Iya juga ya, lost contact banget kita. Tapi gapapa, berarti kita emang jodoh makanya bisa ketemu lagi. Sini, duduk sama aku aja.
NARA
Kamu sejak kapan ada di Jakarta? Kenapa enggak jadi tetanggaku lagi aja?
TISHA
(Menggeleng) Bokap nyokap masih di Kalimantan. Aku di sini tinggal sama Om, aku juga sih yang keukeuh mau lanjut SMA di Jakarta lagi.
SOUND EFEECT: Bel masuk jam pelajaran pertama.
Seluruh siswa dan siswi di kelas tersebut bersiap-siap menjalani hari pertama sekolah mereka.
CUT TO:
15. INT. PERPUSTAKAAN – SIANG
Nara berjalan mengendap-endap menghampiri Mada yang sedang serius memilih buku di rak.
NARA
(Berbisik) Ciye udah pacaran aja.
MADA
(Sangat terkejut, menoleh pada Nara) Apaan sih, kebiasaan banget tiba-tiba muncul kayak hantu. Pacaran apaan maksudnya?
NARA
Pacaran sama buku (Mengambil sembarang buku dan membaca sekilas). Selow, Mada. Ini baru hari pertama SMA.
MADA
(Tersenyum tipis) Kalau aku enggak rajin belajar, terus siapa yang ngajarin kamu? Siapa yang bantuin kamu nugas? Giliran ada PR Matematika aja, nangis-nangis tuh minta pertolongan (Mencibir).
NARA
(Raut wajah datar, meletakkan kembali buku ke rak) Iya, Pak Profesor.
Mada tertawa.
NARA (CONT’ D)
Ya udah, selamat belajar. Bye.
MADA
Mau ke mana, Nar?
NARA
Kantin. Sebelum isi otak, harus isi perut dulu.
MADA
Sendirian?
NARA
(Menepuk kening) Aduh, lupa cerita. Aku satu kelas sama Tisha.
MADA
Oh ya? Tisha yang teman SD kamu itu?
NARA
(Mengangguk) Iya. Makanya sini bentar, dia nunggu di depan perpus. Kenalan dulu, bentar aja. (Menarik tangan Mada dan menyeretnya keluar perpustakaan).
CUT TO:
16. INT. KORIDOR SEKOLAH – SIANG
Close up Nara memperkenalkan Tisha kepada Mada. Mada dan Tisha saling menjabat tangan satu sama lain, ketiga remaja itu terlihat mudah akrab.
NARA (VO):
Tisha, kenalin ini Mada.
TISHA (VO):
Kenapa enggak sekalian aja diajak makan bareng sama kita, Ta?
INSERT:
Mada sedang fokus belajar di perpustakaan.
NARA (VO):
Udahlah, biarin. Dia emang gitu anaknya. Kalau lagi serius, jangan diusik. Aku kenal dia sejak kelas tujuh, hidupnya tuh lurus banget. Dia kalau malas belajar masih bisa dapat seratus, otaknya beda kasta sama aku, yang kalau malas belajar langsung anjlok deh tuh nilai.
INSERT:
Ketika SMP, Mada seringkali terpilih menjadi siswa berprestasi di sekolah. Nara yang berdiri di antara barisan siswa ikut bersorak senang.
NARA (VO):
Hobinya ikutan olimpiade sains, yah kompetisi-kompetisi akademik semacam itulah, dan aku selalu ikutan bangga setiap kali dia pulang bawa medali. Oh iya, dia juga pernah jadi wakil ketua OSIS loh waktu SMP.
TISHA (VO):
Gila… Temen kamu itu multitalenta atau serakah sih, Ta? Udah pinter, baik, keren, ganteng pula.
NARA (VO):
Naksir ya? Tenang aja, Sha. Mada belum punya pacar, kok.
TISHA (VO):
Hmmm... Kalau kamu sendiri, apa enggak pernah suka sama dia?
NARA (VO):
(Tertawa) Aku sama Mada itu sahabatan, enggak ada ceritanya suka-sukaan.
TISHA (VO):
Basi banget.
Nara dan Tisha tertawa.
CUT TO:
17. EXT. HALAMAN RUMAH NARA – SORE
Nara duduk di ayunan, ia menggambar sisi wajah samping Mada di buku sketsa miliknya. Mada duduk di sebelahnya, mengerjakan PR sekolah.
MADA
(Melirik gambaran Nara) Hidung aku kurang mancung tuh.
NARA
(Mencibir) Mana ada. Ini udah sangat proporsional (Mengukur wajah Mada dengan pensil).
MADA
(Menyerahkan buku tugas Nara) Udah aku tulis rumusnya, tinggal kamu kerjain sendiri.
NARA
Makasih (Tersenyum senang). Oh iya, Da. Kamu nanti mau ngambil ekskul apa?
MADA
Basket, Jurnalistik, atau mungkin KIR. Kalau kamu?
NARA
Ih kok susah-susah semua sih. (Mengangkat bahu) Aku belum tahu. Tapi rencananya mau ikut kamu.
MADA
(Tertawa) Ya enggak bisa gitulah, pilih sesuai kemauan kamu, yang sesuai sama minat dan bakat kamu.
NARA
Sesuai minat dan bakat tapi sendirian, ya enggak asik juga Da.
MADA
Dulu siapa ya yang ngomong, “Kadang sendirian lebih menyenangkan ketimbang punya banyak teman tapi enggak pernah dianggap ada.”
NARA
(Menepuk pundak Mada) Ya itu kan dulu, udah beda cerita sama sekarang, Da. Sekarang ‘kan udah ada kamu (Tersenyum sedih) Enggak ada lagi yang berani jahat ke aku. Thanks ya mabro.
Mada menatap Nara dengan senyum geli.
CUT TO:
18. INT. KORIDOR SEKOLAH – PAGI
Nara berdiri di depan madding sekolah, membaca brosur tentang macam-macam kegiatan ekstrakurikuler. Kavin Mahendra (16 tahun) tiba-tiba berdiri di sebelah Nara.
KAVIN
Bingung milih ekskul, ya?
Nara tersentak, ragu-ragu menoleh ke arah Kavin. Nara mengitarkan pandangan ke sekeliling.
KAVIN
(Tertawa) Aku ngomong sama kamu.
NARA
Oh, maaf. Aku kira…
KAVIN
Gapapa, santai.
Hening sejenak, Nara selalu sulit berhadapan dengan orang baru.
NARA
Kata Mada, aku harus pilih yang sesuai sama minat dan bakat aku, tapi tetap aja aku enggak tahu pilihanku.
KAVIN
Kalau sama seni musik, kira-kira tertarik enggak?
NARA
Musik?
KAVIN
Iya, belajar alat musik, juga tentang band dan… yah sejenis itulah.
NARA
Kamu… mau masuk… ekskul itu?
KAVIN
(Mengangguk) Karena aku suka musik. Kalau kamu bingung, coba aja dulu ikut seni musik daripada enggak ada pilihan sama sekali, iya kan?
NARA
Tapi aku enggak bisa main alat musik.
KAVIN
Kita di sini itu buat belajar, yang belum bisa menjadi bisa dan yang udah bisa menjadi makin terampil.
NARA
Iya juga sih.
KAVIN
Oh iya, kita belum kenalan (Mengulurkan tangan) Namaku Kavin.
NARA
(Menjabat tangan Kavin) Nara.
KAVIN
Jadi, gimana? Mau daftar seni musik juga?
Nara masih berpikir dan tidak tahu harus memberikan jawaban apa.
KAVIN
(Tersenyum manis) Oke, sampai ketemu di sana, Nara.
CUT TO:
19. INT. KANTIN SEKOLAH – SIANG
Nara, Tisha dan Mada duduk di satu meja yang sama, menyantap makan siang mereka masing-masing.
NARA
(Berbisik dengan wajah berseri-seri) Mada, aku daftar ekskul musik! (Menoleh pada Tisha) Kira-kira nanti jadwal latihannya barengan enggak ya sama anak tari, Sha?
TISHA
Kayaknya sih iya, Ta.
NARA
Asik (Bertepuk tangan).
MADA
Serius? Aku enggak pernah tahu kamu suka main musik, Nar.
NARA
Ya emang enggak suka-suka banget sih, tapi kayaknya bakalan asik.
TISHA
Hmm, pasti karena ada gebetan nih.
Mada melirik Tisha lalu menatap Nara cukup lama dengan pandangan tak terbaca.
NARA
(Menahan senyum sambil menggeleng) Enggak, enggak gitu.
TISHA
Udahlah ngaku aja. Kenalin dong. Anak kelas berapa?
NARA
(Salah tingkah) Ih, apaan sih. Makan aja ya... kesian tuh baksonya keburu dingin.
CUT TO: