SCENE 81
INT. KAMAR TIDUR UTAMA/ KAMAR TIDUR BARA – SIANG
Alya melongok dan hendak mengetuk pintu kamar Bara yang terbuka. Namun ia urungkan karena melihat Bara sedang tidur.
Alya mendekat sambil membawa nampan kue dan teh hangat untuk Bara yang ia letakkan di meja samping tempat tidur.
Alya duduk dengan hati – hati di tepian ranjang Bara dan memperhatikan Bara lekat - lekat. Saat ia hendak pergi, tiba – tiba Bara menarik tangan Alya dan memeluknya.
ALYA(Syock)
Maaass... Bara?!
BARA
Kumohon sebentar saja.
Alya mengernyit sedih dan balas memeluk Bara saat melihat Bara basah oleh airmatanya.
DHEG!
Jantung Alya berdetak tak karuan.
Merekaterdiam beberapa saat.
Alya FLASHBACK
REINARA(OS)
Apa kau tahu, Bara lah yang menemukan Mitha pertama kali. Saat itu aku sengaja ingin menjebaknya, tapi Polisi tiba – tiba berdatangan. Mau tak mau aku pergi diam – diam sebagai Mitha.
REINARA(OS)
Jadi sekarang sudah tahu kan siapa pembunuh yang sebenarnya. Yang jelas saat itu Mitha masih hidup. Dan aku tidak menyayat tangannya.
END FLASHBACK
Tiba – tiba Alya gemetaran dan Bara merasakannya.
ALYA(Gugup)
Eeemmm... Mas Bara harus makan. Saya... Saya sudah bawain kue - kue. Ayo makan dulu.
Bara melepas pelukannya pada Alya. Mereka sesaat saling menatap.
Alya segera bangkit dari duduknya untuk menyiapkan kue – kue dan menyuapi Bara.
Bara menerima kue itu dengan pasrah dan lambat - lambat.
Alya diam seolah sedang memikirkan sesuatu. Bara melihatnya.
BARA
Ada apa?
ALYA
Ah eem itu mas, kok waktu itu mas Bara bisa cepet banget datang ke tempat Alya di culik?
Bara menatap Alya dan tersenyum.
FLASHBACK
ADEGAN SCENE 55 - FOCUS CAMERA KE – Tangan Bara yang memegang ponsel Alya dan meletakkannya di meja sebelah tempat tidur. Bara memandangi Alya yang tidur dengan nyenyak.
END FLASHBACK
BARA
Saat kau pingsan waktu itu, aku memasang GPS di HP mu yang terhubung dengan HP ku.
ALYA
APA?! Kenapa?!
BARA
Ya, nggak tahu tapi tiba – tiba kepikiran aja. Ya aku takut kamu kenapa – kenapa kayak waktu itu kan?!
Alya menyebik dengan dalih Bara yang tak mau mengakui niatnya yang sebenarnya.
ALYA
Eemmm... Oh ya...
BARA
Apalagi?
Alya menyuapi Bara sambil terus mencoba bertanya.
ALYA
Eeemmm... Maaf kalau ini membuat mas mengungkit lagi. Tapi apa benar mas yang menemukan jasad bu Mitha saat itu? Yang di hotel itu.
Bara berhenti mengunyah, dia diam dan membuang muka karena mulai berkaca – kaca.
ALYA(CONTIN’D)
Maaf... Maafkan saya... Saya nggak bermaksud...
BARA
Benar. Aku lah yang menemukannya.
Hening sejenak, Bara menatap Alya lekat - lekat. Alya merasa berdebar – debar menahan takut.
BARA(VO)
Semua berawal dari waktu itu. (BEAT) Kak Nara datang ke rumah dan mengaku sebagai kakak kembar kak Mitha. Dia membawa bukti – bukti semuanya. Awalnya semua terasa sangat indah dan lengkap.
MONTAGE
Reinara datang dan menjelaskan kepada Bara dan Mitha. Nenek pun menangis menyambutnya. Akhirnya Bara dan Mitha pun memeluknya.
Makan bersama, tertawa dan sedih bersama mendengar cerita – cerita nenek tentang orangtua Bara – nenek menangis sambil memegang foto Ibu Bara.
NENEK
Sejak berumur 3 tahun, kak Nara dibawa papa yang telah bercerai dengan mama. Kak Mitha tinggal bersama mama dan nenek. Tanpa mama ketahui, ternyata mama mengandung Bara kecil saat itu. Dan mama meninggal saat melahirkan Bara kecil.
Cerita berlanjut ke Reinara yang menerima telpon dari penagih utang. Tanpa sengaja Mitha mendengar pembicaraan itu.
REINARA
700 juta! Gila lu ya?! Kenapa utang gue jadi makin bengkak! kalian macem – macem sama gue?! Nggak bisa! BRENGSEK! Dasar Mafia penipu!
Mitha melihat Reinara mengobrak – abrik lemari nenek untuk mencari sertifikat rumah, karena kepergok nenek, Reinara ribut dengan nenek dan mendorong nenek hingga nenek terjatuh.
Mitha ribut dengan Reinara, Reinara kabur dari rumah.
Nenek di rumah sakit bersama Bara, sementara Mitha menguntit Reinara.
Mitha melihat Reinara bersama para laki – laki mafia, dan Reinara yang mengkonsumsi narkoba.
Mitha memeriksa khas kantor yang mengeluarkan uang dalam jumlah besar.
Di rumah, Mitha mengumpulkan foto – foto dan tulisan – tulisan tentang Reinara yang terjerat utang karena narkoba dan penggelapan dana perusahaan milik kakek Bara – yang kini dijalankan Bara.
Reinara memergoki Mitha yang mencuri foto transaksi Reinara dan mafia.
Reinara membuntuti Mitha yang meminta bertemu Bara di luar rumah.
Reinara mendengar pembicaraan Mitha dan Bara
MITHA
Bara, tolong kakak, serahkan dokumen ini pada Martha. Kakak mohon. Martha pasti tahu apa yang harus dilakukan.
BARA
Hahaha… kak, kakak gimana sih, Martha itu kan ak...
Mitha membungkam Bara untuk diam, karena Mitha tahu Reinara sedang mendengarnya.
MITHA
Sudah lakukan saja!
Bara mengangguk setelah melihat jari Mitha yang mengkodenya untuk mengikuti pembicaraannya.
Cerita berlanjut ke Mitha yang datang ke hotel atas telpon Reinara.
REINARA(OS)
Mithaaaa... Tolong aku... cepatlah... aku sekarat... Toloooongg!
Mitha datang ke hotel setelah menelpon Bara, memberitahukan tentang Reinara. Bara segera mendatangi hotel.
Namun terlambat, Bara menemukan Mitha yang telah di dandani sebagai Reinara oleh Reinara yang tergolek di kamar mandi memakai piyama tidurnya.
Bara segera menelpon kepolisian setempat melalui teman polisinya dan memanggil petugas hotel untuk melapor tentang kematian Mitha.
END MONTAGE/ FLASHBACK
BARA
Apa kau tahu? Semua sangat sempurna sampai aku benar – benar mengira itu kak Nara. (BEAT) Sampai dokter datang dan memeriksa jasad kak Mitha, lalu aku melihat sayatan di tangan kiri kak Mitha. Saat itu dokter Ilham juga bingung, kenapa dia harus menyayat pergelangan tangan kirinya jika dia berniat bunuh diri dengan pil?
ALYA
Apa?! Jadi bukan mas yang... Ah maksudku...
BARA
Apa maksudmu?! Apa kau berpikir aku yang membunuh kak Mitha?!
ALYA
Bukan gitu! Kak Reinara yang mengasumsikan seperti itu. Karena dia bilang kemarin itu, dia ninggalin kak Mitha masih hidup walau sudah mulai ada gelagat overdosis, dan dia tidak menyayat pergelangan tangan kiri kak Mitha.
BARA
Lalu dia mengira aku yang mengiris pergelangan tangan itu?! Dan kau percaya?!
Alya menggeleng dengan tegas dan memperlihatkan wajah merasa bersalah.
Bara menghela napas panjang.
BARA
Ternyata benar dugaanku waktu itu. (BEAT) Aku sempat tertipu, kupikir itu benar – benar kak Nara yang bunuh diri. Tapi setelah aku menemukan luka sayatan itu, aku baru sadar dia adalah kak Mitha. Dia sengaja menyayat pergelangan tangan kirinya untuk memberi pesan kepadaku, bahwa dia adalah Mitha, bukan Nara. (BEAT) Karena Nara bertangan kidal, jadi jika itu Nara dia pasti akan menyayat pergelangan tangan kanannya.
Alya mendekap mulutnya dengan syock dan mulai berkaca - kaca.
BARA (CONTIN’D)
Lalu aku memastikan lagi, aku membuka poni kak Mitha, untuk melihat bekas luka yang ia punya sejak awal masuk kuliah. Ada. Jadi aku benar – benar yakin itu kak Mitha. (BEAT) Tapi hanya aku yang tahu kebenaran itu. Dan aku menutup kasus itu. Agar publik tetap menganggap Reinara lah yang bunuh diri.
Alya meletakkan kue yang hendak ia suapkan kepada Bara, dia fokus mendengar cerita Bara.
BARA (CONTIN’D)
Aku berpura – pura tak tahu dan mengikuti permainan kak Nara yang mulai hidup sebagai kak Mitha. Dengan begitu dia juga lolos dari para mafia itu. Aku hanya ingin membuatnya sadar dan mencoba menerimanya sebagai kakakku. Tapi apa? (BEAT) Dia masih saja mengejar surat warisan itu. Sampai aku harus bersembunyi disini. Sebagai akibatnya aku pun hampir terbunuh karena kecelakaan yang dia buat. See?! Seperti yang kau lihat sekarang. (BEAT) Padahal semua sudah sesuai rencana, lalu tiba – tiba kau muncul dan merubah semuanya.
ALYA(Kaget)
Saya?! Kok saya?
BARA
Ya. Kak Nara yang gagal membunuhku, terus menerorku dan mencegahku membuat novel itu. Aku pun merencanakan untuk menjebaknya dengan meminta 1 asisten. Saat itu aku sangat yakin, dia akan mengirimkan orang suruhannya, dan itu pasti laki - laki. Tapi ternyata yang datang itu kau.
Alya mengernyit seolah mencerna kata – kata Bara.
ALYA
Jadi mas mengira saya orangnya kak Nara?
BARA
Awalnya begitu, makanya aku ngetes kamu, aku tanya – tanya tentang orang kantor, dan kau paham. Setidaknya aku pernah main ke kantor kak Mitha jadi sedikit banyak aku kenal mereka. Terutama Evan.
Alya mengangguk dan membuat huruf 'O' di bibirnya tanda ia mengerti.
BARA (CONTIN’D)
Akhirnya aku rubah semua rencana, aku berniat menyembunyikanmu dari kakak. Tapi ada 1 celah yang lolos, kakak tak tahu identitas Martha sebenarnya. Lalu ia menculikmu karena mengira kau adalah Martha. Aku merasa kalah telak! Saat dia berhasil menculikmu. Tapi kuingat tentang GPS itu. Maka aku buru – buru meminta bantuan teman – teman Kepolisian. Aku... nggak bisa kehilangan seseorang lagi... (BEAT)
ALYA
Iya... Kak Nara...
Alya menghela napas berat dengan sedih dan menyalah artikan kata – kata Bara yang mengira kehilangan Nara.
Bara mendengus kesal, Alya tak memahami kata - katanya.
Lalu menerima suapan Alya dengan menahan kesal.
ALYA
Terus, Martha itu sebenarnya siapa mas?
BARA
Aku! Kan sejak awal kubilang itu aku.
ALYA(Syock)
Jadi mas Bara itu namanya Martha?! Nama cewek?!
BARA
Yakali aku pake nama cewek! Kak Mitha yang memberiku nama itu, singkatan namaku. Mario Baratha. Jadi disingkat Martha.
ALYA
Oalah hahaha... Kupikir nama mas itu ada Martha nya haha... Nama cewek. Hahaha...
Bara mencubit pipi Alya karena menertawakan namanya.
Alya meringis kesakitan dan mengusap pipinya yang kemerahan. Gantian Bara yang tertawa.
BARA
Hei, kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi?
ALYA
Pertanyaan yang mana?
BARA
Apa kau percaya kalau aku yang membunuh kak Mitha?
ALYA
Enggak! Kan saya tadi sudah jawab? entah kenapa saya merasa mas nggak akan berbuat sejahat itu. Yaaahh... walau mas Bara itu nyebelin setengah mati, ngambekan...
BARA
Hei... Hei... Tapi kamu suka kan sama aku?!
ALYA
APA?! Idih... Sejak kapan...?!
BARA
Kalau nggak, kenapa waktu kak Nara mau menembakku, kamu malah melindungiku?!
Alya tergagap dan salah tingkah. Bara meraih Alya untuk mendekat. Saling menatap.
ALYA
Ya itu... Itu...
Alya makin gugup saat Bara mendekat dan hampir menciumnya.
CKLEK! – Suara orang membuka pintu
PAK DIDI(OS)
Asalamu'alaikuuuuummm... Mas Bara, mbak Alya kami pulang...
BU DEWI(OS)
Iya yuk kita makan dulu. Saya siapin dulu.
Spontan Bara melepaskan genggaman tangannya pada Alya. Sama – sama malu.
ALYA
Iya pak... Sebentar kami keluar.
BARA
Oh ya, sebentar deh ambil bungkusan itu.
Alya beranjak dari duduknya menuju sebuah bungkusan tanggung yang terletak di meja samping jendela sesuai petunjuk Bara. Lalu kembali duduk di tepian ranjang dan menyerahkannya kepada Bara.
BARA(CONTIN’D)
Buka aja.
Alya tertegun dan bertanya – tanya, ia mengernyit tak mengerti.
ALYA
Apa ini?
BARA
Kamu nggak tahu yang namanya HP?
ALYA
Iiihh iya saya tahu, ini HP. Kenapa saya yang...
BARA
Buat kamu!
ALYA (Excited)
APA?! BENERAN MAS?! Waaahh I-Phone seri terbaru! Nggak salah nih?! Aaa... Bisa – bisa harus potong gaji seumur hidup baru bisa beli ini! Ahahaha...!
BARA
Nggak mau?! Sini!
Alya sangat histeris senang dan berbinar - binar. Bara terkekeh.
ALYA
Aaahhkk! Mau mauuuu! Terima kasiiiihhh! Hehehehe... Oh iya baju yang waktu itu juga terima kasih! Hehehe... Ngomong – ngomong mas kapan belinya?!
BARA
Tadi pengacaraku, Pak Hadi yang beliin.
ALYA
Aaahhh makasih makasiiiiih... Makasih banyak banyaaaaakkk pokoknya! Sempet – sempatnya sih. Hehehe...
Alya masih heboh dan terlihat sangat bahagia, mulai membuka bungkus box HP dengan antusias. Bara berdehem.
BARA
Jangan seneng dulu. Itu potong gaji lho. Seperti yang kamu bilang. SEUMUR HIDUP!
ZOOM OUT – Alya sangat terkejut dan spontan melempar ponsel itu kepada Bara. Alya dan Bara saling melempar box HP.
ALYA(VO)
Ahh nggak jadi! Yakali seumur hidup potong gaji!
BARA(VO)
Oh tidak bisa! Membuka berarti membeli!
CUT TO