SCENE 71
EXT. PERKANTORAN PENERBIT – DI WAKTU YANG SAMA
Ramai lalu lalang orang yang sebagian besar pulang kerja atau sekedar minum di sekitar parkiran kantor dan kantin.
EVAN (OS)
Seharusnya hal ini bisa di cegah ya. Lain kali tolong perkirakan jarak waktu sebelum di cetak dan kapan jadwal masuk toko.
JUMP CUT TO
SCENE 72
INT. RUANG MEETING – DI WAKTU YANG SAMA.
EVAN
Tolong koordinasikan dengan pihak percetakan juga ya guys. Oh ya, Nino dan siapa yang selalu dapat giliran keliling toko?
Terdengar suara ponsel Evan bergetar di atas meja. Berusaha di abaikan, namun tak berhenti bergetar dan mengganggu jalannya meeting.
NINO
Saya bergantian dengan Bimo kalau nggak ya sama Bagas mas.
Nino menunjuk ponsel Evan yang terus bergetar. Dengan tak enak Evan meraih ponsel yang lupa ia matikan.
EVAN (Bergumam)
Alya? Kenapa ya?
Nino sangat terkejut, termasuk Davina dan Sarah. Mereka saling memandang satu sama lain.
Evan mengernyit bingung, tegang dan penuh tanda tanya.
Lalu Evan mengkode semua yang meeting untuk diam, kemudian ia meletakkan ponselnya di tengah meja, di loudspeaker dan di rekam.
Semua mengernyit bingung namun penasaran.
WANITA(OS)
Bangunkan dia!
LAKI – LAKI CODET(OS)
Baik bos! Hei bangun! Ketemu lagi nona!
ALYA(OS)
Kenapa tuan menculik saya?! APA SALAH SAYA?!
Semua yang mendengarkan terlihat syock dan bingung. Nino segera menulis sesuatu di kertas ''TELPON POLISI! LACAK! LACAK!'' Di tujukan kepada Evan.
Evan meraih telpon kantor yang terletak di ujung meja, namun suara pergerakannya membuatnya bergema dan terdengar di saluran telepon.
WANITA (OS)
Suara apa itu?
Evan menghentikan langkahnya dengan kesal. Saling bertatapan dengan Nino dan yang lainnya.
Terdengar suara Alya yang mulai menangis.
ALYA(OS)
Saya mohon lepaskan saya... Saya...
WANITA(OS)
Diam dulu!
ALYA (Memotong)
Saya rasa anda salah orang. Jadi lepaskan saya!
WANITA (OS)
Melepaskanmu? Nggak akan! Aku sudah terlalu capek untuk berbelit - belit. Pandai sekali Bara menyembunyikanmu selama ini.
ALYA (OS)
Apa?!
WANITA (OS)
Jangan berlagak bego ya! Kau ini Martha kan?!
Alya terkejut namun diam. Ia memikirkan Bara.
WANITA(OS)
Hahahaha kau diam, itu berarti benar! Hahaha...
Berbeda dengan orang – orang yang mendengar percakapan mereka. Semua sangat syock.
DAVINA
APA? JADI Al...
WANITA (OS)
Suara apa itu?
ALYA (OS)
TIDAK! TIDAK! ITU... ITU... BUKAN APA - APA! IYA KALAU AKU MARTHA MEMANG KENAPA?!
WANITA (OS)
DIAM DULU!
Para peserta rapat, Evan, Nino dan Sarah melotot kepada Davina yang keceplosan dan mendekap mulutnya rapat - rapat.
Davina merasa sangat bersalah.
Terdengar suara Alya yang mengaduh kesakitan.
WANITA (OS)
KURANG AJAR! SIAPA YANG KAU TELPON?! KAU PASTI MENELEPON BARA KAN?! KURANG AJAR!
PLAK! Terdengar suara pukulan dan teriakan Alya sebelum telepon terputus.
Semua yang mendengarkan sangat syock tak percaya.
Cepat – cepat Nino beranjak berdiri.
NINO
Mas izin ke kantor Polisi mas!
EVAN
Oke, ayo! Rapat kita tunda. Yang lain boleh pulang duluan. Masalah ini jangan sampai bocor keluar!
SARAH DAN DAVINA
I...Iiya mas...
Davina dan Sarah terlihat panik dan bingung. Davina menangis.
CUT BACK TO
SCENE 73
INT. GUDANG TUA – MENJELANG MALAM
Alya menangis kesakitan setelah mendapat tamparan dari wanita itu, darah menetes dari sudut bibirnya.
ANGLE FOKUS KE – ponsel Alya yang pecah berantakan karena di banting, Alya meliriknya dengan sedih. Wanita itu menginjak ponsel Alya dengan high heelsnya.
WANITA
Kurang ajar sekali kamu!
ALYA(Menangis)
Anda siapa? Anda bukan Bu Mitha, kenapa anda berdandan seperti bu Mitha?!
WANITA(Terbahak)
Martha... Kau memang pintar... Akhirnya kau menyadarinya ya?
Alya menatap wanita itu lekat – lekat dan dia teringat sesuatu.
MONTAGE
Alya melihat Bu Mitha melewatinya sambil berbicara di ponselnya dan tersenyum kepadanya. – Bu Mitha memakai setelan jas dan celana panjang sepatu pantovel dengan kuku berwarna putih biasa dan pendek, rambut di cepol berponi lurus dan sederhana.
Bu Mitha menulis dan menandatangi surat dengan tangan kanan.
Alya melihat foto – foto Reinara dalam berita di tv.
Adegan scene 22 – Alya bengong menatap foto Bara yang Iconic
ALYA (OS)
Kok kayak nggak asing? Mirip artis siapa ya?
Adegan scene 59 – Alya bingung mendengar suara Bu Mitha yang tak mengenalinya.
WANITA (OS)
Alya? Siapa dia? Di data karyawan kok nggak ada?
ALYA (OS)
Loh bu bos, bu Mitha kok nggak kenal aku?!
Adegan scene 61 – Alya melihat Bara sedang berbicara dengan Wanita. Kuku wanita yang panjang dan berkutek merah. Kuku merah dan tangan kiri yang lebih aktif.
WANITA (OS)
Hebat kan?! Kalau gini nggak akan ada yang menyadari kalau kita bertiga adalah saudara.
Adegan scene 66 – Alya membaca rangkuman dari map asli Bara.
ALYA (OS)
Dinyatakan over dosis dan menyayat pergelangan tangan kirinya.
Berita – berita di tv tentang Reinara yang bunuh diri dengan meminum beberapa obat tidur dan menyayat pergelangan tangan kirinya.
END MONTAGE
BACK TO
SCENE 74
INT. GUDANG TUA – MENJELANG MALAM
ALYA(Syock)
Re...i... Reinara?! Harusnya anda sudah mati?! Oooohh! Bagaimana...
REINARA(Terbahak)
Exactly! Akulah Reinara! Dan aku belum mati. Hahaha…
ALYA(Histeris)
Lalu...! BU MITHA! BU MITHA! Anda membunuh Bu Mitha! Benar kan?!
Reinara terbahak dan bertepuk tangan dengan senangnya.
Wanita itu duduk diatas bangku yang ada di depan Alya.
REINARA
Hebat! Bagus sekali! Martha memang penulis luar biasa seperti reputasinya. Kau pasti sudah membaca dokumen itu ya?
ALYA(Gugup)
Dokumen?!
REINARA
Rangkuman yang di pegang Bara! Lalu kau tahu darimana bahwa aku yang membunuh Paramitha?!
ALYA
Lalu kenapa anda menculik saya? Ini nggak ada hubungannya sama sekali dengan saya.
REINARA
Oh tentu ada. Apa kau tahu, novel yang sedang kau ketik, dan rangkuman itu berasal darimana? Itu... MITHA yang menulisnya. (BEAT) Disitu ada bukti – bukti tentang aku yang menggelapkan uang perusahaan keluarga. Lalu aku bertengkar dengan nenek dan nenek terbunuh, itu nggak sengaja kok. Tapi Mitha menuduhku sebagai pembunuh. Tentu saja aku nggak terima! (BEAT) Dan aku sangat kesal saat ia menulis semua itu lalu meminta Bara untuk memberikannya padamu! Agar kau menulisnya menjadi berita, untuk menjebakku! (BEAT)
Alya mendengar dan berusaha mencerna semua perkataan Reinara. Ia mengernyit tak paham.
REINARA (CONTIN'D)
Jangan pura – pura lupa! Beberapa kasus yang pernah kau tulis, mengungkapkan sisi lain sebuah fakta yang akhirnya menyeret pelaku yang tak terjamah oleh hukum. (BEAT) Makanya sampai sekarang kau tak pernah menampakkan batang hidungmu di depan publik. Karena nyawamu pasti bakal terancam!
Alya menelan ludah dengan susah payah tanpa bisa berkutik. Ia tahu benar tentang tulisan – tulisan itu. Yang sempat menghebohkan dan viral selama beberapa waktu.
MONTAGE
Berita media sosial menampilkan '' SOSOK DI BALIK "RUNTUHNYA" SD NEGERI ***" By Martha.
Berita online " WAKIL RAKYAT YANG TIDAK MERAKYAT" – By Martha.
Artikel di sebuah majalah ''SISI LAIN SANG TOKOH – EDISI – SANG HAKIM" – By Martha.
Artikel di sebuah media online ''DIMANA KEADILAN SAAT ITU? – EDISI MAK MINAH"
END MONTAGE
Alya merasa terpojok, ia diam dan mendengarkan.
REINARA
Dan dari sumber yang kudengar kau sudah menjadi orang kepercayaan pihak berwajib. Bahkan kalian sering bekerjasama.
ALYA
Tapi saya masih nggak ngerti, apa hubungannya dengan kematian bu Mitha dan saya?
REINARA
Aaahh singkat sajalah. Novel atau apalah itu, itu adalah fakta tentang aku. Jadi jika kau tetap menulisnya, maka aku akan membunuhmu dan juga BARA.
ALYA
TAPI DIA ADIKMU SENDIRI?!
REINARA
Ahh bulshit! Kami tak pernah bertemu sebagai saudara! Baru setahun belakangan saja. Jadi dia bukan siapa – siapa buatku.
ALYA
Lalu kenapa anda lakukan semua ini? Harusnya saudara yang baru bertemu setelah sekian lama terpisah bukannya harus saling menjaga?
REINARA
Uang! Apalagi. Aku menuntut warisanku sebagai kakak tertua. Namun apa? Aku malah di coret dari daftar keluarga. Jadi siapa yang jahat sekarang?! HAH?!
Reinara membentak Alya dan terkadang sesekali menahan amarahnya dengan mata berkaca – kaca dan kadang mengacak – acak rambutnya.
REINARA(CONTIN’D)
Ini semua gara – gara LAKI – LAKI SIALAN ITU! AGHHKK! PAPA YANG NGGAK BERTANGGUNG JAWAB! AAAGGHHK! SEMUANYA SIALAN!!! AAAGGHHKKK!!! Aku sudah muak dengan semuanya! Aku muaaaaaakkk!
Reinara melemparkan potongan kayu ke dinding, berteriak histeris seolah meluapkan emosinya yang tertahan.
Mengobrak abrik benda – benda yang ada di sekitarnya.
Alya meringis menahan sedih dan bingung.
Setelah tenang, Reinara menyulut sebatang rokok dan menghisapnya dalam - dalam. Dia duduk di sebuah kursi kayu. Bermain – main dengan asap. Sangat menikmati rokoknya.
Sesekali ia terlihat seperti orang menahan sakit/ sakau.
Alya memperhatikannya dengan seksama. Hening untuk beberapa lama.
REINARA
Lalu? Darimana kau tahu aku yang membunuh Mitha?
Alya terhenyak dan mencoba berpikir.
ALYA
Anda bertangan kidal. Sedangkan bu Mitha tidak. Tetapi di catatan itu, bu Mitha mengiris pergelangan tangan kirinya. Kenapa? Toh dia sudah over dosis. (BEAT) Bisa saja anda melakukannya karena takut bu Mitha akan tertolong sepeninggal anda?
REINARA
Ya ya... itu betul tapi apa kau tahu aku tak mengiris pergelangan tangannya. (BEAT) Aku hanya memberinya obat banyak – banyak sampai dia over dosis. Itu saja. (BEAT) Lalu aku mengirim chat kepada Bara dengan HP Mitha, agar Bara segera datang menjemput. Lalu aku meninggalkan kamar itu tanpa menguncinya, aku hanya mengunci kamar mandinya. (BEAT) Aku yakin Bara akan cepat datang karena kami memang sedang liburan bersama di Bandung.
Alya tersentak kaget. Reinara masih bersikap santai dan menghisap rokoknya.
ALYA
APA?!
REINARA
Saat kutinggalkan Mitha masih hidup, cuma lagi nggak sadar aja. Eeemm... Itu seingatku. Dan apa kau tahu? Tangan kidal atau tidak, semua orang bisa melakukan sayatan itu.
Alya masih tak mengerti.
Reinara menghembuskan asap rokok dengan sangat puas, lalu tersenyum sedih.
Alya terbatuk – batuk dan mengernyit menahan perih di matanya.
REINARA (CONTIN’D)
Apa kau tahu, Bara lah yang menemukan Mitha pertama kali. Saat itu aku sengaja ingin menjebaknya, tapi Polisi tiba – tiba berdatangan. Mau tak mau aku pergi diam – diam sebagai Mitha.
ALYA
APA?!
REINARA
Jadi sekarang sudah tahu kan siapa pembunuh yang sebenarnya. (BEAT) Yang jelas saat itu Mitha masih hidup. Dan aku tidak menyayat tangannya.
ALYA
APA?!
CUT TO