SCENE 63
EXT. PERKANTORAN – DI SAAT YANG SAMA
Lalu lalang beberapa orang dalam blok perkantoran berpencar memadati kantin yang berjajar di sebuah gang di pinggir blok tersebut.
Nino dan Bagas berjalan menuju kantin yang mulai ramai para karyawan dari kantor sekitar.
BAGAS
No, gimana lu udah jadi telpon Alya?
NINO
Belum, entar deh abis makan, kalau nggak, besok gue mau langsung ketemuan aja.
BAGAS
Weeehh PETRUS DAH PETRUS!
NINO
Paan dah?
BAGAS
PEPET TERUUUSSS!
NINO DAN BAGAS
Yoi mamen! Hahahahaha...
CUT BACK TO
SCENE 64
INT. RUANG TAMU RUMAH BARA – SIANG HINGGA SORE
Alya duduk di ruang tamu menahan malu, mendekap mukanya yang merah padam.
ALYA (VO)
Bego banget sih gue! Sumpah malu! Muka gue mau di taruh dimana nih?! Belom selesai tadi pagi sekarang ini parah banget! Ini bener – bener nggak sehat nih buat jantung! Sumpah! (BEAT) Kenapa aku jadi makin deg - degan sih kalau ngliat mas Bara? Haduuuhhh... Kacau deh...
Alya menuju meja makan dan meminum segelas air putih untuk menenangkan diri, namun belum habis ia minum teriakan Bara membuatnya tersedak..
BARA
ALYAAAAAAA!!!
ALYA
Ukhuk ukhuuukk! Iyaaaaaaa! Ukhuk!
Setelah meletakkan gelasnya ia segera berlari menuju kamar kerja memenuhi panggilan Bara.
ALYA
I...Iya pak!
Bara menatap Alya yang berdiri gugup dan menahan malu.
BARA
Ngapain aja kamu?! Mana tugas yang saya kasih tadi? Sudah selesai belum?!
ALYA
Ahhh itu kurang 1 sampai 2 paragraf pak.
BARA
Terus kenapa malah keluyuran keluar?!
ALYA
Aaaahhh... Iya maaf!
Alya bergegas menuju meja kerja dan kembali membuka laptop. Namun kini posisi duduknya yang menghadap Bara bergeser menghadap lemari pajangan, untuk menghindari tatapan Bara.
BARA
Hari ini saya mau kamu tulis setidaknya 2 Bab. Tentang deskripsi yang sudah saya kasih kisi – kisinya tadi. Saya harap kamu paham, agar nggak terlalu banyak revisi.
ALYA
Iya pak!
BARA
Heh! Kalau lagi diajak ngomong itu ngliat muka donk, jangan iya – iya doank! Paham nggak?!
Alya menoleh dengan segan. Berusaha menutupi malu dengan mengatupkan bibirnya rapat – rapat sambil menjawab perkataan Bara.
ALYA
Iya pak.
BARA
Nah, gitu! Kalau diajak ngomong itu ngliat mukanya yang ngajak ngomong. Jadi saya bisa mastiin kamu itu paham atau nggak dengan apa yang saya omongin. Jangan iya – iya aja kayak robot. Kamu bukan robot kan?!
ALYA (Geleng)
Bukan pak.
BARA
Ya sudah. Lanjut sana
ALYA
Iya pak! Baik.
BARA
Bapak, bapak terus dari tadi?! Emang aku bapak - bapak?!
ALYA
I...eh... bukan pak, eh...maksud saya bukan.
Bara seolah mengomel sambil memiringkan badannya membelakangi Alya, untuk menutupi tawanya.
Posisi Bara menghadap kamera senyum – senyum dan Alya memonyongkan bibirnya dengan kesal kepada Bara dengan posisi jauh di belakang Bara.
MONTAGE
Alya mulai mengetik di laptop dan sesekali membaca rangkuman, lalu sesekali berpikir sambil bergumam.
Untuk beberapa lama, Alya mulai sibuk berkutat dengan coretan notesnya dan membandingkan dengan rangkuman asli milik Bara.
Tak berapa lama, terdengar suara dengkuran halus Bara.
Alya melongok terheran – heran lalu kembali mengetik di laptop, tapi langsung terhenti karena takut membangunkan Bara. Maka ia segera mematikan laptop milik Bara dan beralih ke buku – buku referensi lalu membuat rangkuman – rangkuman sendiri.
END MONTAGE
ALYA (Menggumam)
Dinyatakan over dosis dan menyayat tangan kirinya. Hah?! Kenapa dia harus menyayat tangannya juga? Ini kepotong, nggak ada penjelesannya lagi. Nanti kutanya lagi deh. Toh belum sampai bagian ini. Tapi Mas Bara bikin ceritanya detail banget! Kereeenn!
Alya melirik Bara yang tertidur, dan mencibirkan bibirnya kepada laki – laki itu.
ALYA (VO)
Tapi beda banget sama tabiat aslinya! Huuhhh... Nyebelinnya kebangetan!
Alya kembali dengan rangkuman milik Bara.
Tok tok tok!
Terdengar suara ketukan pelan di pintu yang setengah terbuka.
Alya melihat Bu Dewi melongok dari pintu. Tersenyum tanpa suara.
Bu Dewi masuk dengan nampan yang berisi 2 potong slice cheesecake dan 2 cangkir teh hijau.
Alya menyambutnya dengan wajah berbinar - binar.
ALYA(Berbisik)
Yeeeeyy! Cheesecake! Terima kasih bu! Wah kalau Ibu udah bawa – bawa kue berarti ini sudah sore ya? Tuh kan bener.
Alya melihat ke jam dinding yang memperlihatkan jam 3 sore lebih 15 menit.
Bu Dewi meletakkan nampan kue dan teh di atas meja kerja yang sudah di bersihkan dari buku – buku referensi oleh Alya.
BU DEWI
Makan kue dulu, sama ngeteh ya. Hihi… Mbak Alya suka kue keju ya?
ALYA
Iya bu! Suka banget!
BU DEWI
Waaahh... Kok pas sekali ya. Mas Bara juga suka banget Cheesecake, apalagi buatan neneknya, eemm enak banget! Gitu – gitu Mas Bara juga pinter bikin kue lho!
ALYA(Syock - Berbisik)
Hah! Orang itu bisa masak?! BIKIN KUE?!
BU DEWI(Berbisik)
Iya Hihi… Beneran! Kalau sabtu minggu selalu bikin kue sama nenek dan kakak. Enak lho kuenya!
Alya masih menyimpan syock di wajahnya sambil menyuap kue itu.
Bu Dewi yang tadinya ceria berubah sedih saat melihat Bara yang tidur di seberangnya.
Alya menangkap perubahan ekspresi wajah itu dan makan diam - diam.
BU DEWI
Ya karena sakit ini aja jadi nggak pernah bikin – bikin lagi. Apalagi nenek sudah meninggal dan kakak juga... Juga pergi - pergi... Aaah saya jadi sedih, haha… Aaahh mbak Alya cocok juga ya bajunya? Ukurannya juga pas, syukurlah.
ALYA
Ahhh... Iya bu Alhamdulillah. Eehh iya lupa! Terima kasih ya bu hehe... Saya jadi ngrepotin ibu terus. Besok saya cuci dulu ya sebelum saya balikin.
BU DEWI(Berbisik)
Aaahh nggak usah! Itu memang di beliin buat mbak! Mas Bara yang beliin! Lagian saya mana mungkin pake rok anak muda gitu mbak hihi...
ALYA(Syock)
Hah?!
Bu Dewi mengangguk sambil tersenyum dan mengangguk ke arah Bara.
Bu Dewi memegang pundak Alya dan berbicara perlahan - lahan.
BU DEWI
Bener kan apa saya bilang? Sebenernya mas Bara itu orang yang baik dan perhatian. Jadi nanti terima kasihnya sama orangnya langsung saja ya. Saya pamit ke dapur dulu, lagi masak air buat mandi mas Bara.
Alya berbisik mengucapkan terima kasih kepada bu Dewi yang melangkah pergi meninggalkannya sendirian.
Alya makan diam – diam sambil memperhatikan Bara yang mendengkur.
ALYA(Menggumam)
Perasaan dengkurannya lebih keras deh dari suara ketikan laptopnya.
Alya tersedak saat tiba – tiba Bara terbatuk – batuk dan bergerak dari tidurnya dan kini wajahnya menghadapnya ke arahnya duduk.
Alya segera pindah tempat duduk agar tak menghadapnya secara langsung, namun pergerakannya kepergok oleh Bara.
BARA
Ngapain kamu?!
Alya langsung diam di tempatnya berdiri (nge FREEZE) dan berbalik arah menghadap ke Bara.
ALYA
Adduuuhh! Bapak bikin saya kaget! Kalau udah bangun bilang donk!
BARA
Laaahh! Yakali! Masa bangun tidur aja harus laporan dulu sama kamu!
ALYA
Ah... Maksud saya..
BARA(Memotong)
Kenapa jadi kamu yang ngatur – ngatur saya! Kok jadi kamu yang repot sih? Bu Dewi aja nggak begitu lho! Padahal beliau yang sudah ngurusin saya dari bertahun – tahun lalu.
Alya menunduk diam dan mendengarkan, namun tangannya meremas rok yang ia kenakan.
Bara melihatnya dan segera menghentikan omelannya yang sebenarnya hanya pura - pura, namun Alya menelan mentah – mentah semua ucapannya seperti sebuah kemarahan.
Bara menghela napas dengan kasar dan berusaha bangkit dan bersandar.
BARA
Saya lapar.
ALYA
Ah iya. Sebentar.
Alya segera berjalan cepat hendak meninggalkan ruangan itu, namun terhenti di tengah ruangan karena panggilan Bara.
BARA
Mau kemana kamu?
Alya cepat – cepat berbalik arah menghadapi Bara.
Bara melihat rona wajah Alya yang menahan sedih.
ALYA
Ta... Tadi... Bapak bilang... Bapak laper.
BARA
Ya, terus? Kenapa kamu malah pergi?!
ALYA
Ya... Saya... Saya mau manggil bu... bu Dewi.
BARA
Jadi kamu nggak mau bawain kue itu kesini?
ALYA
Ah... Bukan...
BARA
Saya hanya ingin minta tolong bawain kue itu kesini, kenapa harus manggil bu Dewi?! Tapi kalau kamu keberatan bilang saja! Ya sudah panggil bu Dewi saja.
Tanpa menjawab Alya bergegas kembali ke meja kerjanya dan membawa nampan yang berisi kue dan teh ke kasur Bara.
Bara melihat gemetaran kedua tangan Alya yang berusaha di tutupinya dengan tegar.
Lalu Alya menyerahkan kue itu di pangkuan Bara dengan hati - hati. Sedang teh tetap di nampan sebelah kiri Bara.
Bara menyendok kue dengan kesusahan.
Alya melihatnya menahan gemas dan kesal. Lalu tanpa pikir panjang ia duduk di pinggiran ranjang, merebut kue itu dan menyuapi Bara.
Alya menyuapi Bara tanpa melihat tatapan Bara yang tajam.
Bara sengaja memajukan wajahnya ke kue dan akhirnya hidungnya terkena cream kue.
BARA
Kenapa? Kalau nggak ikhlas bilang saja! Saya bisa makan sendiri.
ALYA
Nggak pak...
BARA
Ya terus kenapa nyuapin saya nggak mau mandang ke saya?! Nih lihat kena hidung saya!
Alya kaget dan langsung buru – buru mengambil tisu dan dengan spontan mengelap cream yang ada di hidung mancung Bara.
Sesaat Bara terkejut menerima perlakuan itu, namun ia cepat – cepat mengelak.
Alya kaget dan merasa bersalah.
ALYA
Aaahh... Maaf! Maafkan saya... Saya nggak bermaksud lancang. Saya...
Ponsel Alya berdering, fokus Alya teralihkan. Dengan anggukan Bara mempersilakan Alya menerima telpon.
Sementara Alya menerima telpon, Bara melanjutkan makan dengan perlahan - lahan.
ALYA
Ah... Walaikumsalam. Ya mas Nino? (BEAT) Aaahh iya saya baik mas. (BEAT) Oh... Apa? Besok mau ketemu? Mau jemput ke rumah?
CUT TO