SCENE 19
EXT. LONGSHOT RUMAH ALYA – TENGAH MALAM
Suasana perumahan malam hari yang sunyi.
JUMP TO
SCENE 20
INT. KAMAR ALYA – TENGAH MALAM
Alya gelisah dari tidurnya. Berkali – kali memeluk gulingnya dengan gemas dan senang. Lalu terbangun tiba - tiba.
ALYA
Oh iya?! Besok pakai baju apa ya?!
Bangkit dari kasur dan membuka lemari. Memilih – milih baju dengan antusias. Berkali – kali fitting di depan kaca.
ALYA(VO)
Apaan sih?! Udah kayak mau kencan aja sih gue?! Hihihihi...
Melirik jam dinding menunjukkan pukul 2.00 dini hari. Terkejut dan melempar baju ke dalam lemari dan menutupnya dengan sembarangan.
ALYA(VO)
Oh nooooo! Gue harus tidur sekarang! Kantung mata, please jangan muncul buat besok!
Buru – buru kembali ke kasur dan memaksa tidur. Namun tetap gelisah. Lama – lama ia pun tertidur.
CUT TO
SCENE 21
EXT. LONGSHOT. RUMAH/ VILLA – PAGI BERIKUTNYA.
Halaman rumah yang cukup besar, namun unik, taman bunga yang terawat dan ada ayunan di sudut taman itu. Serta bangku dan meja dari batu.
ANGLE FOKUS KE - Alya menatap diri di cermin bedak untuk memastikan dia sudah rapi. Memencet bel di pinggiran pagar dengan deg – degan namun senang.
ALYA(VO)
Yes! Kantung mata nggak ada! Duh ya Allah kak Davina dan Pak Evan baik banget! Mimpi apa aku bisa ketemu Martha! Ya Allaaahh…! Yeeeeyyy! Alhamdulillah! Nanti aku mau foto sama dia?! Oh iya? Tapi mana boleh. Orangnya kan nggak pernah membuka idnetitas dirinya? Kenapa ya? Aaahh nantilah itu! Yang penting.aku ketemu Martha! YEEESSS!
Alya berdiri dengan gugup di depan pagar yang di buka oleh seorang wanita cantik dan anggun berumur sekitar 40 tahunan. Tersenyum ramah dan menyambut Alya. Alya terpukau untuk sesaat menatap orang tersebut.
ALYA
Se… Selamat pa..gi bu…
BU DEWI
Selamat pagi mbak. Pasti mbak Alya ya? Mari… Mari silahkan masuk.
ALYA (Gelagapan/lepas dari kaget)
I… Iya bu… Terima kasih.
Dengan perasaan sangat senang, haru, deg – degan dan tak karuan, Alya mengikuti bu Dewi memasuki rumah.
SCENE 22
INT. RUANG TAMU YANG NYAMAN DAN ELEGAN - PAGI
BU DEWI
Silahkan duduk dulu Oh... Iya... Mbak Alya sudah sarapan?Saya buatkan makanan dulu ya...?!
ALYA
Su… Sudah bu… Terima kasih banyak bu, jangan repot – repot hehe…
BU DEWI
(Tersenyum ramah)
Sebentar dulu ya, anggap saja rumah sendiri ya mbak Alya. Saya akan siapkan minuman buat mbak dulu ya. Tunggu sebentar.
ALYA
Anu bu… Nggak usah repot – repot.
Bu Dewi meninggalkan Alya dengan mengkodenya untuk tetap duduk di ruang tamu tersebut.
Alya menurut, lalu memandang sekeliling ruangan dengan tegang namun senang, dan ia terpaku pada sebuah foto laki – laki yang iconic di tengah ruangan.
ALYA(VO)
Ini siapa? Sumpah ganteng banget! Tapi kok kayak nggak asing ya? Apa ini anak bu Martha? Kayak artis siapa ya?
CLOSE UP ALYA BENGONG DAN TERKAGUM - KAGUM.
BARA(OS)
Ekhem! Ekheeeemmm!
Alya terkejut, celingukan dan salah tingkah, makin bengong menoleh ke Bara.
Terpaku menatap Bara.
BARA (Menatap sinis/ kaku)
Kamu Alya kan?!
ALYA
Eeehh... I… Iya maaas… Eh e...pak? Ee... Anu… Saya kesini Eeemmm...
BARA
Iya aku tahu, mulai hari ini kamu yang akan jadi juru tulisku. Cepat ikuti aku!
ALYA
HAH?! Tapi… tapi…Saya akan jadi juru tulis buat ibu tadi. Ibu Martha yang kecela...kaan dan… dan…
BARA (Kesal)
Lalu... Kau pikir ini apa?
ZOOM IN. Bara duduk di sebuah kursi roda dengan perban tangan kanan hingga pundak dan kakinya, serta kepala yang hampir semua terbungkus perban. Alya terlihat bingung dan tak percaya.
ALYA(Bingung)
Tap...Tapi... Jadi... Anda...
BARA
IYA! AKU INI MARTHA!
Alya sangat syock.
BARA(CONTI'D)
Ayo pak, kita ke kamar kerja.
Pak Didi memutar kursi roda sesuai perintah Bara. Laki – laki itu menahan senyum melihat tingkah Alya yang masih kebingungan.
ALYA
Lho tapi... tapi...
BARA
BURUAN! NGGAK PAKE LELET!
CEPETAN!
ALYA
I...Iyaaaa...
ALYA(VO) - Nada seperti hendak menangis
Optimis Alya! Optimis!
Alya berjalan cepat mengikuti Bara yang di dorong oleh seorang laki – laki menuju sebuah ruangan.
CUT TO
SCENE 23
INT. RUANG PRODUKSI/ EDITORIAL – DI WAKTU YANG SAMA.
Nino dan Bagas sedang berbicara di meja Bagas, minum kopi bersama.
Bagas mengunyah sebuah biskuit.
Nino menghabiskan sisa kopinya hampir tersedak karena kaget.
NINO
APA?! Serius lu?! Jadi mulai hari ini Alya ditugasin disana? Di rumah Martha?!
BAGAS
Iya. Gue juga kaget. Padahal udah rahasia umum di kantor ini kalau si 'Martha' ini orang yang sangat nyentrik dan keras kepala. Susah banget deh tabiatnya! Kacau kan?!
NINO
Ya, gue juga denger Martha ini sama si Ibu deket banget, istimewa banget dimata Ibu di banding sama penulis – penulis lain. Gue jadi kawatir sama Alya.
BAGAS
Ekhem! Susah deh kalau lagi jatuh cinta. Apa – apa bawaannya kawatiiirr mulu hahaha…
NINO
Heh botak! Alya kan masih anak magang, dia nggak tahu apa – apa! Kok main di kirim kesana aja sih?! Gue rasa kalau dia nggak berhasil pasti langsung di pecat! Bener nggak apa kata gue?
BAGAS
Wuaaaahhh... Bener juga tuh! Bakal capek deh gue dengerin orang galau karena patah hati.
NINO
Aaahh gembel lu!
BAGAS
Hahaha…
NINO
Gue mau ajuin diri aja deh buat gantiin Alya. Harusnya kan bukan anak magang yang dikirim kesana. Gue mau nemuin mas Evan.
BAGAS
Weh tunggu! Tadi gue denger dari anak - anak, pak Evan lagi survey sama mbak Davina dan mas Raihan. Nggak tahu jam berapa balik kantor.
NINO
Yaaahh. Ya udahlah gue mau selesein ini ke bagian cetak dulu lah. Gue cabut dulu.
Bagas mengangguk dan mengacungkan jempolnya.
Nino beranjak keluar ruang editorial sambil membawa sebuah map warna biru.
BAGAS(VO)
Waduh, masalah lagi deh. Tapi emang bener juga sih pikiran Nino. Kasihan juga kalau Alya di pecat tanpa tahu apa - apa? Secara, harusnya bukan dia yang disana. Tapi kalau sampai ada apa – apa kan yang kena kantor sini juga? Haduuuuhh ribet deh.
Menghela napas berat, lalu meneruskan bekerja.
CUT TO
SCENE 24
EXT. ESTABLISHING SHOT RUMAH MARTHA/ BARA – MENJELANG SORE.
BARA(OS)
Yang benar saja kamu! Fokus donk!
SCENE 25
INT. RUANG KERJA + PERPUSTAKAAN KECIL – MENJELANG SORE.
Ruangan kerja sekaligus perpustakaan kecil. Ada ranjang single bed di pojok ruangan, untuk Bara istirahat..
Sesekali bu Dewi dan Pak Didi masuk ke ruangan untuk membawa camilan atau saat Bara membutuhkan sesuatu.
BARA
Aduuuhhh! Masa gitu aja nggak paham sih?! Capek banget deh! Buat apa kamu di kirim kesini, kalau aku juga yang harus mikirin mau di tulis seperti apa?! Kamu kan editor?! Masa nulis deskripsi situasi aja nggak ngerti?! Baca yang bener rangkumannya!
ALYA
Itu, masalahnya saya...
BARA
Mereka bilang, kamu ini fans garis kerasnya Martha! Harusnya paham donk gaya penulisannya kayak gimana?!
ALYA(Berkaca - kaca)
Iya... Tapi...
BARA
AAAHH... SUDAH SUDAH!! KEPALAKU PUSING!
ALYA(Memelas)
Tapi mas, eh pak. Tolong maafkan saya. Beri saya kesempatan lagi.
Alya memohon dengan berkaca - kaca.
Bara menatap tajam.
Lalu menghela napas dengan kasar sambil membuang muka.
BARA
Siapa atasanmu?
ALYA(Kaget)
EH?!
Alya gugup.
Bara kembali menatapnya dengan tajam.
BARA (Ketus)
Jawab aja! Nggak usah pake nangis! Saya nggak akan bunuh dia kok!
ALYA
Eee... Mbaak Da.. Da...vina pak.
BARA
Apa dia yang mengirim kamu ke sini?!
ALYA
Eee... I..ya sepertinya...begitu.
BARA
Sepertinya?!
ALYA
Anu... Sama pak... Pak Evan
BARA
Siapa dia?
EVAN
Ma..manager... eee... HRD juga sepertinya.
BARA(Mengernyit)
Kenapa selalu pakai sepertinya?!
ALYA(Gugup dan cepat)
Iya! Karena Pak Evan itu yang interview saya dan sepertinya sibuk sekali dan... dan di ruangan manager. Iya gitu.
Bara mendesah, seolah mencoba sabar.
BARA
Sudah berapa lama sih kamu kerja?
ALYA
Saya baru magang sebulan pak.
BARA(Memotong cepat)
Magang?!
ALYA
I...iya...
BARA
Jadi kamu masih magang?!
Alya mengangguk dengan cemas dan makin menunduk gugup.
Bara menatapnya lekat - lekat. Hening sesaat.
BARA
Apa kau punya teman di kantor itu?
ALYA(Langsung mendongak)
Hah?!
BARA
KAMU NGGAK ADA TEMEN NGOBROL – NGOBROL GITU?!
ALYA(Kaget)
ADA PAK! Eh mak...sud saya ada. Namanya mas Nino dan mas Bagas.
BARA
Seperti apa mereka?!
ALYA
Eemmm... Baik dan perhatian banget.
BARA(Menekankan)
Maksudku! SEPERTI APA mereka itu?!
ALYA
Ooooohh! Eeemm mas Nino... Eeemm Tinggi, sawo matang, tam...tampan dan berambut ikal. Eeemmm... Mas Bagas, rambutnya pendek sesisir, agak gemuk, berkulit putih dan tinggi juga.
BARA
Bagian apa mereka?
ALYA
Tim editorial juga pak.
Bara memalingkan wajahnya dari Alya sesaat. Tetap tajam dan kaku.
Alya berdiri dengan gugup yang jelas terlihat, menahan takut dan panik.
Untuk beberapa saat mereka terdiam. Hening. Alya serba salah.
BARA(Menggumam)
Pantas saja kau tak tahu apa - apa?
ALYA(Spontan)
Hah?!
BARA
Sudah. Aku mau istirahat! Kamu pikir aku bisa tidur dengerin suara kamu ketak ketik?! Keluar! Pelajari rangkumannya dengan benar! Kalau besok nggak paham juga! Nggak usah balik lagi!
ALYA
Aaaahhh... Iya! Baik! Baik pak!
Alya buru – buru keluar ruangan dan menutup pintu perlahan - lahan.
Tapi tak berapa lama Alya membuka pintu lagi dan melongok. Bara terkejut dan spontan menengok ke pintu.
BARA
APALAGI?!
ALYA
Ah maaf! Ada yang lupa. Saya cuma mau bilang terima kasih bapak tidak jadi memecat saya! Dan saya doakan semoga bapak lekas pulih! Permisi pak.
Bara speechless melihat Alya tersenyum lebar walau dengan mata berkaca - kaca, lalu ia menutup pintu.
Bara menghela napasnya dengan berat, seperti sedang memikirkan sesuatu.
CUT BACK TO