82. Int – Ruang Periksa dr Winda – Siang
Ruang kerja dr Winda yang berantakan, beberapa kertas berhamburan, dr Winda terkapar dibawah gemetaran, pistol tidak mengenainya, Anton menembak kearah lain, pistol itu kini berada kurang lebih satu meter dari Anton, Anton menggigil ketakutan, dia merangkul lututnya sendiri. Kemudian menutup wajahnya. dr Winda bangkit, melihat Anton yang tengah shock berat. Dia mendekati Anton
Anton (menangis)
Wind, abang minta maaf win, maafin abang, abang gak tau abang kenapa sampe kaya gini wind, abang gilaa win!
Nangis Anton makin menjadi
Winda
Bang udah bang, udah. Gak papa. Its oke
Anton
Aku bodoh banget wind
Winda
Engga, bang Anton gak bodoh. udah udah yu bangun yu
Winda membimbing Anton bangun
Anton
Aku ga tau harus gimana Wind. Aku polisi dan anak jendral paling bodoh
Winda
Jangan bilang gitu bang. Bang Anton berhasil ngalahin diri sendiri. Bang, percaya sama aku, masalah itu dihadapi, bukan dihindari. Dalam hidup kita emang gak bisa menang terus bang. Kalau kalah ya ga papa bang. Gak papa. Lebih baik mengakui kekalahan dari pada maksain kemenangan.
Anton menunduk
Winda
Bang, hadapi. Bang Anton bisa bikin orang satu indonesia yakin. Bang anton bisa bikin banyak orang percaya. Sekarang, waktunya jujur. Waktunya bilang kalau memang kasusnya belum selesai. Jujur bang kuncinya
Anton berjalan, mengambil pistolnya, menyarungkannya kembali dan menuju pintu keluar. Kemudian terhenti dan berbalik
Anton
Wind, abang minta maaf ya
Winda
iya bang, selesain semuanya ya bang. Yakin, abang bisa
cut to
83. Int – Ruang Konferensi Pers – Malam
Wartawan berkumpul di ruangan konferensi pers, televisi menayangkan secara live konferensi pers yang akan di langsungkan. Hanya ada segelintir polisi yang hadir disana, Pak Lubis kemudian datang dengan wajah terkejut dan menghampiri Anton
Lubis
Nton! Apa ini. Kamu udah ketemu pelakunya? bukan begini prosedurnya
Anton
Pak, saya harus bicara dihadapan publik sekarang, mereka menunggu
Lubis
ya tapi apa yang mau kamu sampai kan?
Anton maju kedepan memegang mic, semua orang terdiam
Anton
Assalamualaikum, selamat malam. Nama Saya Anton Kusuma. Saya pimpinan timsus meninggalnya sodara Lintang Fauzi. seminggu lalu, di tempat ini, saya bilang ke publik bahwa saya akan menjaga marwah kepolisian. Saya akan menangkap pelakunya dalam waktu empat belas hari. Saya ingin bilang jika saya telah kalah
Suara riuh banyak orang wartawan, polisi terkaget
Anton
Kasus ini bukan kasus yang mudah. Ya, saya mungkin sesumbar minggu lalu, akan menyelesaikan semuanya dalam empat belas hari. Tapi, saya akui jika sampai detik ini saya belum berhasil menemukan pelaku. Sejujurnya, saya sudah sedikit lagi sampai menetapkan siapa pelaku pembunuhan Lintang Fauzi. Namun barang bukti yang saya dapatkan menunjukan hasil lain. Saya, tidak boleh memenjarakan orang yang tidak bersalah. Polisi hadir untuk melindungi semua masyarakat, bukan untuk mengelabuinya. Saya lebih baik dicopot dari jabatan saya daripada harus mengorbakan masyarakat yang tidak berdosa
Kepada keluarga almarhum Lintang Fauzi, saya memohon maaf jika saya belum berhasil membekuk pelakunya. Saya juga memohon maaf jika kini, keluarga Almarhum disibukan dengan berita minor tentang hubungan almarhum dengan salah satu saksi yang tengah kami selidiki. Saya hanya ingin bilang jika bukan saya yang mengabarkan prihal tersebut. Bukan juga tim saya. Saya menerima jika para saksi dan keluarga korban hendak menuntut saya kejalur hukum dan saya siap menerima segala konsekuensinya
Saya juga mau bilang pada papah saya, Pah maaf kalau Anton belum bisa jadi anak yang bisa papah banggakan. Maaf kalau Anton gak berhasil memenuhi ekspektasi papah. Anton selalu mencoba, tapi mungkin masih belum saatnya. Anton kalah pah, Anton akui anton kalah. Dan buat istriku Widya, sayang, aku akan berjuang lebih keras lagi setelah ini. Aku janji bakal bikin kamu bahagia dari sekarang sampai entah kapan
Barangkali itu yang ingin saya sampaikan. Oh iya satu lagi, terimakasih untuk saksi kunci saya, yang sudah membuka jalan hingga saya nyaris saja menyelesaikan kasus ini. Semangat ya bro. semoga cepet dapet kerja. Terimakasih semuanya. Saya Anton dengan ini saya mengaku kalah dan saya mundur dari jabatan saya sebagai ketua tim khusus. Terimakasih Assalamualaikum
Anton mundur, matanya merah menanhan duka. Pak Lubis menghampirinya dan memeluk Anton
Lubis
Kamu hebat nton
Anton
Saya cuma orang yang kalah pak, saya hanya..
HP Anton berdering, dari ayahnya. Anton memohon ijin kepada Pak Lubis untuk mengangkat telepon
Anton
Halo pah
Papah Anton (o.s)
Ini baru anak papah! Gentle, tangguh berani tampil buat akuin kesalahan
Anton terisak
Papah Anton (o.s)
Kamu nangis? polisi gak boleh nangis
Anton
Maafin anton pah, maafin
Papah anton (o.s)
Papah yang harusnya minta maaf nton. Papah yang salah sama kamu. Papah yang terlalu egois, neken kamu supaya jadi kaya papah. Nton dengerin papah. Jujur itu modal utama polisi. Dan kamu baru saja melakukannya. Papah bangga sama kamu. Kamu gak harus jadi orang lain. Jadi diri kamu ya nton!
Anton
pah
Papah Anton (O,s)
Papah sayang sama kamu nak
Anton tersenyum bahagia sambil sesekali terisak
cut to
84. Ext - Halaman Kantor Polisi – Pagi Hari
Tampak markas polisi dari luar dengan beberapa polisi yang berseliweran. Terdengar sayup-sayup lagu ‘revolusi mental’
Cut To
85. Int - Lorong kantor polisi – Pagi Hari
Suara tepuk tangan terdengar disalah satu ruangan, masih terdengar sayup sayup lagu revolusi mental
Cut To
86. Int - Ruangan Kantor Polisi – Pagi Hari
Ada belasan orang polisi yang berdiri sembari bertepuk tangan pada Anton, mereka memberikan penghormatan tertinggi pada anton yang berani menyebut kekalahannya. Ridwan datang dan menghampiri Anton. Kemudian memeluk dia
Ridwan
Maafin gue ya bro
Anton
its oke bro, gue hampir jadi orang paling bego
Televisi di ruangan itu menunjukan jika kepala Timsus kini dijabat oleh Guntur. Anton dan Ridwan saling tersenyum kecil. Dari belakang, kaki Anton disentuh oleh tangan kecil. Anton balik badan dan melihat jika tangan itu adalah Nayla
Anton
Nayla, Kamu sama siapa nak?
Widya tiba-tiba muncul dari balik pintu
Widya
Ya sama ibunya lah
Arya berlari memeluk Anton. Anton merangkul kedua anaknya
Anton
Maafin aku ya wid
Widya
Aku yang minta maaf, sekarang kita mulai semuanya lagi dari awal ya sayang
Anton
Makasih ya udah mau percaya sama aku
Anton dan Widya berpelukan.
Ridwan
hey-hey udah kangen kangenanya dirumah aja jangan di kantor polisi,
semua terbahak
cut to
87. Int – Kamar Eris – Pagi Hari
Eris mengenakan pakaian PNS warna coklat, dia bercermin dan kemudian tersenyum ke cermin
88. Int – Ruang televisi rumah eris – Pagi
Eris duduk ditempat duduk dekat tv, mengenakan sepatu. Mbak Tina masuk kerumah membawa nasi uduk dan ditaruhnya di meja
Mbak Tina
Dibawa ya ris. Jangan sampai hari pertama kerja pingsan kelaperan
Eris
Ya pasti dibawa lah, kalau gak sarapan bisa pingsan mbak
Mbak Tina pergi ke belakang. Ibunya Eris datang sambil membawa adonan gorengan duduk di salah satu kursi
Ibunya Eris
Aduuh yang hari pertama kerja. Cocok kamu jadi PNS ris, mukanya pas
Eris
Doain aja bu supaya bisa jadi PNS, ya sekarang honorer di kantor kecamatan dulu gak papa lah ya
Ibunya Eris
Amin. Yang penting jujur.
Eris
Siap bu
Eris mencium tangan ibunya, kemudian pamit berteriak pada mbak Tina
Eris
Mbak Eris berangkat ya
Tina (berteriak dari dapur)
Iya, kerja yang bener lu, jangan kebanyakan main zuma
Eris pamit dan keluar. Kemudian terdengar suara motor pergi. Mbak tina kembali ke ruang televisi
Ibunya Eris
Emang kalau udah rejeki ada aja jalannya ya tin
Tina
Ya gitu lah bu, eh bentar-bentar tuhkan nasi uduknya gak dibawa! Lupa mulu tuh anak!
Fade to black
Judul film
Cut to
Satu bulan kemudian
89. Int – Ruan Pak Lubis – Malam
Anton mengetuk pintu, Pak Lubis meminta dia masuk. Di televisi tersiar berita jika kasus Lintang Fauzi belum juga terpecahkan. Banyak orang meminta Anton menjabat kembali menjadi ketua Timsus
Lubis
Duduk ton
Anton kemudian duduk
Lubis
Menurut kamu gimana? (menunjuk kearah tv)
Anton
Maksudnya pak?
Lubis
Publik mau kamu jabat Timsus lagi, kamu siap?
Anton
Saya harus siap pak
Lubis
Tapi, saya tidak akan berikan jabatan itu ke kamu
Anton
Siap Ndan!
Lubis
Saya akan berikan jabatan saya ini untuk kamu. Saya akan pensiun sebentar lagi, dan saya sudah tau. Kamu yang paling cocok jadi komandan divsi
Anton terkejut, dan tersenyum
END