Polisi yang Tak Melawan Penjahat
10. Chapter #10
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

82. Int – Ruang Periksa dr Winda – Siang

Ruang kerja dr Winda yang berantakan, beberapa kertas berhamburan, dr Winda terkapar dibawah gemetaran, pistol tidak mengenainya, Anton menembak kearah lain, pistol itu kini berada kurang lebih satu meter dari Anton, Anton menggigil ketakutan, dia merangkul lututnya sendiri. Kemudian menutup wajahnya. dr Winda bangkit, melihat Anton yang tengah shock berat. Dia mendekati Anton

Anton (menangis)

Wind, abang minta maaf win, maafin abang, abang gak tau abang kenapa sampe kaya gini wind, abang gilaa win!

Nangis Anton makin menjadi

Winda

Bang udah bang, udah. Gak papa. Its oke

Anton

Aku bodoh banget wind

Winda

Engga, bang Anton gak bodoh. udah udah yu bangun yu

Winda membimbing Anton bangun

Anton

Aku ga tau harus gimana Wind. Aku polisi dan anak jendral paling bodoh

Winda

Jangan bilang gitu bang. Bang Anton berhasil ngalahin diri sendiri. Bang, percaya sama aku, masalah itu dihadapi, bukan dihindari. Dalam hidup kita emang gak bisa menang terus bang. Kalau kalah ya ga papa bang. Gak papa. Lebih baik mengakui kekalahan dari pada maksain kemenangan.

Anton menunduk

Winda

Bang, hadapi. Bang Anton bisa bikin orang satu indonesia yakin. Bang anton bisa bikin banyak orang percaya. Sekarang, waktunya jujur. Waktunya bilang kalau memang kasusnya belum selesai. Jujur bang kuncinya

Anton berjalan, mengambil pistolnya, menyarungkannya kembali dan menuju pintu keluar. Kemudian terhenti dan berbalik

Anton

Wind, abang minta maaf ya

Winda

iya bang, selesain semuanya ya bang. Yakin, abang bisa

cut to

83. Int – Ruang Konferensi Pers – Malam

Wartawan berkumpul di ruangan konferensi pers, televisi menayangkan secara live konferensi pers yang akan di langsungkan. Hanya ada segelintir polisi yang hadir disana, Pak Lubis kemudian datang dengan wajah terkejut dan menghampiri Anton

Lubis

Nton! Apa ini. Kamu udah ketemu pelakunya? bukan begini prosedurnya

Anton

Pak, saya harus bicara dihadapan publik sekarang, mereka menunggu

Lubis

ya tapi apa yang mau kamu sampai kan?

Anton maju kedepan memegang mic, semua orang terdiam

Anton

Assalamualaikum, selamat malam. Nama Saya Anton Kusuma. Saya pimpinan timsus meninggalnya sodara Lintang Fauzi. seminggu lalu, di tempat ini, saya bilang ke publik bahwa saya akan menjaga marwah kepolisian. Saya akan menangkap pelakunya dalam waktu empat belas hari. Saya ingin bilang jika saya telah kalah

Suara riuh banyak orang wartawan, polisi terkaget

Anton

Kasus ini bukan kasus yang mudah. Ya, saya mungkin sesumbar minggu lalu, akan menyelesaikan semuanya dalam empat belas hari. Tapi, saya akui jika sampai detik ini saya belum berhasil menemukan pelaku. Sejujurnya, saya sudah sedikit lagi sampai menetapkan siapa pelaku pembunuhan Lintang Fauzi. Namun barang bukti yang saya dapatkan menunjukan hasil lain. Saya, tidak boleh memenjarakan orang yang tidak bersalah. Polisi hadir untuk melindungi semua masyarakat, bukan untuk mengelabuinya. Saya lebih baik dicopot dari jabatan saya daripada harus mengorbakan masyarakat yang tidak berdosa

Kepada keluarga almarhum Lintang Fauzi, saya memohon maaf jika saya belum berhasil membekuk pelakunya. Saya juga memohon maaf jika kini, keluarga Almarhum disibukan dengan berita minor tentang hubungan almarhum dengan salah satu saksi yang tengah kami selidiki. Saya hanya ingin bilang jika bukan saya yang mengabarkan prihal tersebut. Bukan juga tim saya. Saya menerima jika para saksi dan keluarga korban hendak menuntut saya kejalur hukum dan saya siap menerima segala konsekuensinya

Saya juga mau bilang pada papah saya, Pah maaf kalau Anton belum bisa jadi anak yang bisa papah banggakan. Maaf kalau Anton gak berhasil memenuhi ekspektasi papah. Anton selalu mencoba, tapi mungkin masih belum saatnya. Anton kalah pah, Anton akui anton kalah. Dan buat istriku Widya, sayang, aku akan berjuang lebih keras lagi setelah ini. Aku janji bakal bikin kamu bahagia dari sekarang sampai entah kapan

Barangkali itu yang ingin saya sampaikan. Oh iya satu lagi, terimakasih untuk saksi kunci saya, yang sudah membuka jalan hingga saya nyaris saja menyelesaikan kasus ini. Semangat ya bro. semoga cepet dapet kerja. Terimakasih semuanya. Saya Anton dengan ini saya mengaku kalah dan saya mundur dari jabatan saya sebagai ketua tim khusus. Terimakasih Assalamualaikum

Anton mundur, matanya merah menanhan duka. Pak Lubis menghampirinya dan memeluk Anton

Lubis

Kamu hebat nton

Anton

Saya cuma orang yang kalah pak, saya hanya..

HP Anton berdering, dari ayahnya. Anton memohon ijin kepada Pak Lubis untuk mengangkat telepon

Anton

Halo pah

Papah Anton (o.s)

Ini baru anak papah! Gentle, tangguh berani tampil buat akuin kesalahan

Anton terisak

Papah Anton (o.s)

Kamu nangis? polisi gak boleh nangis

Anton

Maafin anton pah, maafin

Papah anton (o.s)

Papah yang harusnya minta maaf nton. Papah yang salah sama kamu. Papah yang terlalu egois, neken kamu supaya jadi kaya papah. Nton dengerin papah. Jujur itu modal utama polisi. Dan kamu baru saja melakukannya. Papah bangga sama kamu. Kamu gak harus jadi orang lain. Jadi diri kamu ya nton!

Anton

pah

Papah Anton (O,s)

Papah sayang sama kamu nak

Anton tersenyum bahagia sambil sesekali terisak

cut to

84. Ext - Halaman Kantor Polisi – Pagi Hari

Tampak markas polisi dari luar dengan beberapa polisi yang berseliweran. Terdengar sayup-sayup lagu ‘revolusi mental’

Cut To

85. Int - Lorong kantor polisi – Pagi Hari

Suara tepuk tangan terdengar disalah satu ruangan, masih terdengar sayup sayup lagu revolusi mental

Cut To

86. Int - Ruangan Kantor Polisi – Pagi Hari

Ada belasan orang polisi yang berdiri sembari bertepuk tangan pada Anton, mereka memberikan penghormatan tertinggi pada anton yang berani menyebut kekalahannya. Ridwan datang dan menghampiri Anton. Kemudian memeluk dia

Ridwan

Maafin gue ya bro

Anton

its oke bro, gue hampir jadi orang paling bego

Televisi di ruangan itu menunjukan jika kepala Timsus kini dijabat oleh Guntur. Anton dan Ridwan saling tersenyum kecil. Dari belakang, kaki Anton disentuh oleh tangan kecil. Anton balik badan dan melihat jika tangan itu adalah Nayla

Anton

Nayla, Kamu sama siapa nak?

Widya tiba-tiba muncul dari balik pintu

Widya

Ya sama ibunya lah

Arya berlari memeluk Anton. Anton merangkul kedua anaknya

Anton

Maafin aku ya wid

Widya

Aku yang minta maaf, sekarang kita mulai semuanya lagi dari awal ya sayang

Anton

Makasih ya udah mau percaya sama aku

Anton dan Widya berpelukan.

Ridwan

hey-hey udah kangen kangenanya dirumah aja jangan di kantor polisi,

 

semua terbahak

cut to

87. Int – Kamar Eris – Pagi Hari

Eris mengenakan pakaian PNS warna coklat, dia bercermin dan kemudian tersenyum ke cermin

88. Int – Ruang televisi rumah eris – Pagi

Eris duduk ditempat duduk dekat tv, mengenakan sepatu. Mbak Tina masuk kerumah membawa nasi uduk dan ditaruhnya di meja

Mbak Tina

Dibawa ya ris. Jangan sampai hari pertama kerja pingsan kelaperan

Eris

Ya pasti dibawa lah, kalau gak sarapan bisa pingsan mbak

Mbak Tina pergi ke belakang. Ibunya Eris datang sambil membawa adonan gorengan duduk di salah satu kursi

Ibunya Eris

Aduuh yang hari pertama kerja. Cocok kamu jadi PNS ris, mukanya pas

Eris

Doain aja bu supaya bisa jadi PNS, ya sekarang honorer di kantor kecamatan dulu gak papa lah ya

Ibunya Eris

Amin. Yang penting jujur.

Eris

Siap bu

Eris mencium tangan ibunya, kemudian pamit berteriak pada mbak Tina

Eris

Mbak Eris berangkat ya

Tina (berteriak dari dapur)

Iya, kerja yang bener lu, jangan kebanyakan main zuma

Eris pamit dan keluar. Kemudian terdengar suara motor pergi. Mbak tina kembali ke ruang televisi

Ibunya Eris

Emang kalau udah rejeki ada aja jalannya ya tin

Tina

Ya gitu lah bu, eh bentar-bentar tuhkan nasi uduknya gak dibawa! Lupa mulu tuh anak!

Fade to black

Judul film

Cut to

Satu bulan kemudian

89. Int – Ruan Pak Lubis – Malam

Anton mengetuk pintu, Pak Lubis meminta dia masuk. Di televisi tersiar berita jika kasus Lintang Fauzi belum juga terpecahkan. Banyak orang meminta Anton menjabat kembali menjadi ketua Timsus

Lubis

Duduk ton

Anton kemudian duduk

Lubis

Menurut kamu gimana? (menunjuk kearah tv)

Anton

Maksudnya pak?

Lubis

Publik mau kamu jabat Timsus lagi, kamu siap?

Anton

Saya harus siap pak

Lubis

Tapi, saya tidak akan berikan jabatan itu ke kamu

Anton

Siap Ndan!

Lubis

Saya akan berikan jabatan saya ini untuk kamu. Saya akan pensiun sebentar lagi, dan saya sudah tau. Kamu yang paling cocok jadi komandan divsi

Anton terkejut, dan tersenyum

END

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar